Mengenal Teori Persia, Salah Satu Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Mengenal Teori Persia, Salah Satu Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Annisa Dayana Salsabilla - detikHikmah
Jumat, 03 Mei 2024 09:30 WIB
masjid
Ilustrasi sejarah masuknya Islam ke Indonesia berdasarkan teori Persia. Foto: (Agus Setyadi/detikTravel)
Jakarta -

Sejarah masuknya Islam ke Indonesia dijelaskan oleh banyak teori, salah satunya teori Persia. Teori ini memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti teori-teori lainnya.

Menukil Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia karya Adi Sudirman, teori masuknya Islam ke Indonesia memiliki latar belakang, bukti pendukung, serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hingga saat ini, belum ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dari masing-masing teori tersebut.

Latar Belakang Munculnya Teori Persia

Mengutip buku Awal Mula Muslim di Bali Kampung Loloan Jembrana karya Bagenda Ali, teori ini dilatarbelakangi oleh bukti maraknya paham Syiah khas Iran pada awal masuknya Islam ke Indonesia, juga beberapa persamaan tradisi dengan budaya Persia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Isi Teori Persia

Dikutip dari buku Serba-serbi Pendidikan Islam karya Ihsan Harun, pencetus dan pendukung teori Persia adalah Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat. Menurut mereka, Islam yang masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi adalah Islam yang dibawa kaum Syiah Persia.

Sumber lain sebagaimana dikatakan Rizem Aizid dalam buku Sejarah Islam Nusantara menyebut dilihat dari waktu masuknya Islam ke Nusantara, teori ini sependapat dengan teori Gujarat, yakni pada abad ke-13.

ADVERTISEMENT

Bukti yang Menguatkan Teori Persia

Adapun bukti yang menguatkan teori Persia disampaikan oleh Ahmad Mansyur Suryanegara, sebagaimana dijelaskan Sarkawi B. Husain dalam buku Sejarah Masyarakat Islam Indonesia. Ia mencatat persamaan budaya antara Islam di Persia dan di Indonesia, yaitu sebagai berikut.

Adanya Peringatan 10 Muharram atau Asyura

Peringatan ini merupakan kebiasaan yang berkembang dalam masyarakar Syiah untuk memperingati hari kematian Husain di Karbala. Hari Asyura biasa diperingati dengan membuat bubur Syura.

Di Minangkabau, bulan Muharram atau Syura biasa disebut dengan bulan Hasan-Husain, sedangkan di Sumatera Tengah sebelah barat biasa disebut dengan bulan Tabut. Masyarakat di daerah tersebut memperingati bulan Tabut dengan mengarak keranda yang disebut Keranda Kabut. Keranda tersebut lalu dilempar ke sungai.

Adanya Persamaan Ajaran

Persamaan ajaran tersebut yaitu antara ajaran al-Hajj, tokoh sufi Iran dengan ajaran Syaikh Siti Jenar. Keduanya pun dihukum mati oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam dan membahayakan stabilitas sosial-politik.

Persamaan Sistem Mengeja Huruf Arab

Persamaan sistem mengeja huruf Arab ada pada pengajian Al-Qur'an tingkat awal.

Persamaan Batu Nisan Malik Al-Shalih dengan Maulana Malik Ibrahim

Terdapat persamaan batu nisan pada makam Malik al-Shalih di Pasai dengan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang dipesan dari Gujarat. Menurut Hoesein Djajadiningrat, Gujarat merupakan daerah yang mendapat pengaruh paham Syiah dari Persia. Dari situlah Syiah dibawa ke Indonesia.

Bukti Penguat Lain

Teori Persia juga didukung oleh Muens yang berkata bahwa pada abad ke-5 M banyak orang Persia di wilayah Aceh. Ia berpendapat kata 'Pasai' berasal dari kata 'Persia'.

Muens juga berpendapat bahwa ketika Ibn Batutah datang ke Aceh, terdapat dua ulama dari Persia yaitu Tadjuddin al-Syirazi dan Sayyid Syarif Ashbahani.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Persia

Menukil buku Serba-serbi Pendidikan Islam, dengan banyaknya bukti pendukung yang dimiliki, teori ini sempat diterima sebagai teori masuknya Islam ke Indonesia yang paling benar oleh sebagian ahli sejarah.

Akan tetapi, setelah ditelisik teori ini memiliki kelemahan utamanya pada masa masuknya ulama Persia ke Indonesia. Bila dikatakan bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M, maka kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dalam genggaman Dinasti Umayyah yang berada di Damaskus, Baghdad, Makkah, dan Madinah. Oleh karena itu, tidak memungkinkan bagi ulama Persia untuk menyokong penyebaran Islam secara besar-besaran ke Indonesia.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads