6 Jalur Penyebaran Islam di Indonesia

6 Jalur Penyebaran Islam di Indonesia

Annisa Dayana Salsabilla - detikHikmah
Minggu, 28 Apr 2024 08:00 WIB
Kapal nelayan melintas dengan latar belakang matahari terbit di perairan Selat Malaka, Lhokseumawe, Aceh, Rabu (8/4/2020). Para nelayan kembali beraktivitas melaut pascagelombang tinggi sebagai dampak fenomena supermoon. ANTARA FOTO/Rahmad/aww.
Ilustrasi jalur penyebaran Islam di Indonesia. Foto: ANTARA FOTO/RAHMAD
Jakarta -

Penyebaran Islam di Indonesia terjadi melalui beberapa jalur. Salah satu yang populer adalah jalur perdagangan. Namun, ada sejumlah jalur lain pada saat itu.

Terdapat pendapat bahwa penyebaran Islam di Indonesia dimulai dari kota-kota pantai atau pesisir, hingga memasuki pedalaman dan daerah-daerah lain secara bertahap.

Menukil buku Sejarah Kebudayaan Islam dan Pembelajarannya karya Muhammad Aswar Yanas, berita dan teori mengenai masuknya Islam di Indonesia di antaranya bersumber dari Arab, Eropa, India, China, bahkan dari dalam negeri. Berita tertua bersumber dari Arab. Menurut berita tersebut pedagang Arab telah datang ke Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalur Penyebaran Islam di Indonesia

Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Imam Subchi, jalur penyebaran Islam di Indonesia terdiri dari jalur perdagangan, pernikahan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik. Berikut penjelasannya.

1. Jalur Perdagangan

Pada tahap permulaan, penyebaran Islam dilakukan dengan jalur perdagangan. Ini terlihat dari kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M. Menurut Tome Pires, aktivitas perdagangan pada masa itu banyak melibatkan bangsa-bangsa penjuru dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, China, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

Di pesisir pulau Jawa, banyak pedagang muslim bermukim hingga berhasil mendirikan musala, masjid, dan pondok atau lembaga pendidikan Islam. Para pedagang muslim tersebut pun memanfaatkan kesempatan ini untuk berdakwah.

2. Jalur Pernikahan

Jalur ini berkaitan dengan jalur perdagangan, karena pada masa itu para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari kebanyakan pribumi. Maka dari itu, penduduk pribumi, utamanya putri-putri bangsawan tertarik menjadi istri para pedagang tersebut.

Sebelum melangsungkan pernikahan, penduduk pribumi harus diislamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga tidak merasa keberatan dengan persyaratan ini, karena proses pengislaman berlangsung sederhana.

3. Jalur Tasawuf

Jalur tasawuf tidak kalah penting dalam proses penyebaran Islam di Indonesia. Sifat khas dari jalur ini adalah mengakomodasi budaya lokal, sehingga banyak masyarakat Indonesia tertarik menerima ajaran Islam.

Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi memiliki kesamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut Hindu. Ini membuat ajaran agama baru mudah dimengerti dan diterima.

Adapun ahli tasawuf pada masa itu di antaranya Hamzah Fansuri, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung.

4. Jalur Pendidikan

Pendekatan pendidikan tidak luput menjadi salah satu jalur penyebaran Islam di Indonesia. Pendidikan Islam pada masa itu utamanya terjadi di pesantren ataupun pondok-pondok yang mulai tersebar.

Di pesantren atau pondok tersebut, calon ulama, guru, atau kiai mendapat pengetahuan keagamaan dari seorang guru. Setelah keluar dari pesantren atau pondok tempat mereka belajar, mereka akan kembali ke kampung halaman masing-masing kemudian meneruskan dakwah untuk menyebarkan agama Islam di berbagai tempat.

5. Jalur Kesenian

Salah satu tokoh yang melakukan penyebaran Islam melalui jalur kesenian adalah Sunan Kalijaga. Salah satu anggota wali songo tersebut menampilkan cerita yang dipetik dari kisah seperti Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran Islam dan nama-nama pahlawan Islam.

6. Jalur Politik

Jalur politik menjadi salah satu cara penyebaran Islam di Indonesia yang memiliki peran besar. Hal ini lantaran banyak rakyat pribumi masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu.

Berdasarkan keadaan ini, pada masa itu muncul pepatah bahwa agama raja adalah agama rakyat. Artinya, seorang rakyat akan tunduk pada perintah raja dan segala tindak-tanduk raja akan diikuti oleh rakyatnya, begitu pula dalam hal keagamaan.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads