Sosok Ilmuwan Muslim Penemu Cikal Bakal Kamera

Sosok Ilmuwan Muslim Penemu Cikal Bakal Kamera

Hanif Hawari - detikHikmah
Jumat, 12 Apr 2024 06:00 WIB
Symbol of the Shia Muslim religion with an Ayatollah who prays and preaches in front of his followers by stretching a finger upwards.
Ilustrasi Ibnu Haitsam (Foto: Getty Images/iStockphoto/Pict Rider)
Jakarta -

Seorang ilmuwan muslim memiliki andil yang cukup besar untuk kehidupan modern sekarang ini. Ia adalah Ibnu Haitsam, cendekiawan penemu cikal bakal kamera.

Menukil buku Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia karya Prof. Dr. Raghib As-Sirjani, Ibnu Haitsam adalah orang pertama yang meletakkan teori-teori pantulan dan kencondongan dalam ilmu cahaya, mengulas pecahnya cahaya dalam perjalanannya, yaitu pecah yang terjadi akibat sarana-sarana seperti air, kaca dan udara. Ibnu Haitsam dalam hal ini telah mendahului apa yang dikatakan ilmuwan Inggris, Isaac Newton.

Di antara pencapaian Ibnu Haitsam yang menakjubkan yang disebutkan dalam bukunya adalah eksperimen tentang kotak hitam (black box), yang ditetapkan sebagai langkah pertama dalam menemukan kamera. Ibnu Haitsam diakui sebagai orang pertama yang merancang dan menciptakan kamera, yang dikenal dengan sebutan camera obscura.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biografi Ibnu Haitsam

Merujuk buku Matematika dalam Kajian Islam oleh Fatrima Santri Syafri, Ibnu Haitsam memiliki nama lengkap Abu Ali Muhammad bin Hassan bin al Haitsam. Ia lahir di Basrah, Iraq pada 354 h / 965 M.

Ibnu Haitsam kadang-kadang dipanggil dengan nama Al-Bashri sesuai dengan kota kelahirannya. Di dunia barat, ia dikenal dengan beberapa nama seperti Alhazen, Avennathan, Avenetan. Tapi lebih terkenal dengan panggila Alhazen.

ADVERTISEMENT

Ibnu Haitsam meneruskan pendidikan pertamanya di kota kelahirannya. Setelah itu, ia bekerja sebagai pegawai kerajaan Basrah. Namun, minat Ibnu Haitsam tentang ilmu pengetahuan sangatlah besar daripada sekadar menjadi pegawai kerajaan.

Selepas itu, ia pergi ke Ahwaz dan Mesir. Di perjalanan ke Ahwaz, Ibnu Haitsam dapat menghasilkan beberapa karya tulis yang menakjubkan. Kecintaannya dengan ilmu pengetahun membuat ia akhirnya hijrah ke Mesir.

Selama tinggal di Mesir, Ibnu Haitsam diharapkan dapat mengatasi banjir Sungai Nil yang sering melanda negeri itu setiap tahun. Selain itu, ia disibukkan dengan menyalin buku-buku Eulikdes dan Ptolemaeus dan menjualnya di depan Masjid Al-Azhar. Uang dari hasil menjual salinan buku itu ia gunakan untuk melanjutkan jenjang pendidikannya ke Universitas Al-Azhar.

Peran Ibnu Haitsam dalam Penemuan Kamera

Ibnu Haitsam merupakan tokoh yang menetapkan fondasi pengetahuan optik pada zaman pertengahan. Semasa hidupnya, Ibnu Haitsam menghasilkan lebih dari 100 judul yang meliputi 50 persen dibidang matematika, 14 persen dibidang optik, 23 persen di bidang astronomi dan topik lainnya.

Pada era sebelumnya, para filsuf Yunani lebih tertarik dengan teori penglihatan (vision). Namun teori tersebut ditolak Ibnu Haitsam dengan menampilkan paradigma baru tentang teori optika. Ibnu Haitsam membagi optika menjadi dua bagian, pertama teori penglihatan, fisiologi mata dan persepsi, selanjutnya yang kedua tentang optika geometri dan optika fisis.

Ibnu Haitsam adalah seorang cendekiawan muslim yang mengkaji ilmu optik dengan penelitian yang berkualitas tinggi dan sistematis. Salah satu karya paling fenomenal adalah kitab al-Manazir (buku optik) yang diterbitkan pada 1028 M.

Selama lebih dari 500 tahun, buku ini telah menjadi rujukan dan pegangan dalam ilmu optik. Dalam buku ini, Ibnu Haitsam mengupas idenya tentang cahaya dan percaya bahwa sinar cahaya keluar dari garsi lurus setiap titik pada permukaan yang bersinar. Selain itu, Ibnu Haitsam memecahkan misteri lintasan cahaya melalui berbagai media melalui serangkaian eksperimen dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Selain itu, karya-karya Ibnu Haitsam di bidang optik adalah dasar dari pembuatan kamera. Melalui tembakan kamera, manusia dapat merekam dan menangkap berbagai bentuk gambar mulai dari sel manusia hingga galaksi di luar angkasa.

Menurutnya, cahaya adalah bagian yang paling penting dan independen dari proses visual. Ibnu Haitsam menyimpulkan bahwa penglihatan hanya akan terjadi ketika sinar cahaya keluar dari sumber cahaya atau dipantulkan dari sumber ke mata.

Ia kemudian menjelaskan sifat cahaya dan penglihatan melalui penggunaan ruang gelap yang disebutnya "Albeit Almuzlim," yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai "camera obscura," suatu perangkat yang menjadi dasar bagi fotografi.

Melalui penemuan dan karyanya, Ibnu Al Haitsam kemudian memberi pengaruh besar terhadap para pemikir Abad Pertengahan dan Renaisans Eropa. Seperti Roger Bacon, René Descartes, dan Christian Huygens, yang mengenalnya sebagai "Alhazen."




(hnh/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads