Benarkah Ada Bumi Baru setelah Kiamat? Ini Penjelasannya

Benarkah Ada Bumi Baru setelah Kiamat? Ini Penjelasannya

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Selasa, 02 Apr 2024 04:00 WIB
Planet landscape black hole nebula made with photoshop CS4Planet earth armageddon made with photoshop cs4
Ilustrasi kiamat (Foto: Getty Images/iStockphoto/sdecoret)
Jakarta -

Kiamat diartikan sebagai berakhirnya segala kehidupan di dunia. Tidak ada yang tahu pasti kapan datangnya hari akhir ini.

Meski demikian, dalam sejumlah hadits Rasulullah SAW menerangkan tanda-tanda datangnya kiamat. Salah satunya hadits dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:

"Hari kiamat tidak akan terjadi, hingga dua kelompok berperang. Pembunuhan besar-besaran akan berlangsung dan mereka berperang dengan tuntutan yang sama." (HR Bukhari dan Muslim)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menukil dari buku Fikih Akhir Zaman susunan Dr KH Rachmat Morado Sugiarto Lc M A Al Hafizh dikatakan bahwa tanda kiamat terbagi menjadi dua, yaitu kecil dan besar. Tanda kiamat kecil muncul setelah Rasulullah SAW wafat, sementara tanda kiamat besar akan terjadi berdekatan dengan hari akhir.

Lantas, setelah kiamat terjadi akankah ada bumi baru?

ADVERTISEMENT

Benarkah Ada Bumi Baru setelah Kiamat?

Menurut Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Profesor Amany Lubis, tidak akan ada bumi baru setelah kiamat terjadi. Sebab, semua makhluk hidup akan hancur dan dikumpulkan di Padang Mahsyar.

Hari kiamat diciptakan untuk memperhitungkan segala perbuatan yang dilakukan manusia. Menurutnya, semua yang diciptakan oleh Allah SWT di bumi menjadi satu hal yang pasti dan akan berakhir dengan hari kebangkitan dan keadilan.

"Tidak ada bumi baru lain dari Allah setelah kiamat. Ciptaan saat ini juga tidak sia-sia, semua ada tujuannya untuk sampai ke hari kiamat," katanya dalam acara Tanya Jawab Seputar Islam (TAJIL), dikutip dari CNN Indonesia pada Senin (1/4/2024).

Padang Mahsyar adalah tempat berkumpulnya kembali umat manusia setelah dibangkitkan oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah Yunus ayat 30,

Ω‡ΩΩ†ΩŽΨ§Ω„ΩΩƒΩŽ ΨͺΩŽΨ¨Ω’Ω„ΩΩˆΨ§ΫŸ كُلُّ Ω†ΩŽΩΩ’Ψ³Ω Ω…ΩŽΩ‘Ψ’ Ψ£ΩŽΨ³Ω’Ω„ΩŽΩΩŽΨͺΩ’ ۚ ΩˆΩŽΨ±ΩΨ―ΩΩ‘ΩˆΩ“Ψ§ΫŸ Ψ₯ΩΩ„ΩŽΩ‰ Ω±Ω„Ω„ΩŽΩ‘Ω‡Ω Ω…ΩŽΩˆΩ’Ω„ΩŽΩ‰Ω°Ω‡ΩΩ…Ω Ω±Ω„Ω’Ψ­ΩŽΩ‚ΩΩ‘ Ϋ– ΩˆΩŽΨΆΩŽΩ„ΩŽΩ‘ ΨΉΩŽΩ†Ω’Ω‡ΩΩ… Ω…ΩŽΩ‘Ψ§ ΩƒΩŽΨ§Ω†ΩΩˆΨ§ΫŸ ΩŠΩŽΩΩ’ΨͺΩŽΨ±ΩΩˆΩ†ΩŽ

Artinya: "Di tempat itu (Padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan."

Dikutip dari buku Sang Pengatur Kehidupan oleh Risa Anggraini, di Padang Mahsyar kelak, Rasulullah SAW akan menjadi orang yang paling sibuk di tengah keramaian orang yang sedang berhadapan dengan hisab amal perbuatan mereka.

Salah satunya dikisahkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA dan Hudzaifah RA. Hadits tersebut menceritakan, tiap manusia mendatangi nabi-nabi mereka untuk meminta syafaat masuk surga tetapi semua nabi melimpahkannya pada nabi yang lain hingga akhirnya pelimpahan berujung pada Rasulullah SAW.

Meski demikian, diterangkan dalam surah Ibrahim ayat 48, terdapat bumi baru. Namun, bumi ini berbeda dengan yang ditinggali oleh manusia.

Allah SWT berfirman dalam surah Ibrahim ayat 48,

ΩŠΩŽΩˆΩ’Ω…ΩŽ ΨͺΩΨ¨ΩŽΨ―Ω‘ΩŽΩ„Ω Ψ§Ω„Ω’Ψ§ΩŽΨ±Ω’ΨΆΩ ΨΊΩŽΩŠΩ’Ψ±ΩŽ Ψ§Ω„Ω’Ψ§ΩŽΨ±Ω’ΨΆΩ ΩˆΩŽΨ§Ω„Ψ³Ω‘ΩŽΩ…Ω°ΩˆΩ°Ψͺُ ΩˆΩŽΨ¨ΩŽΨ±ΩŽΨ²ΩΩˆΩ’Ψ§ لِلّٰهِ Ψ§Ω„Ω’ΩˆΩŽΨ§Ψ­ΩΨ―Ω Ψ§Ω„Ω’Ω‚ΩŽΩ‡Ω‘ΩŽΨ§Ψ±Ω Ω€Ω¨

Artinya: "(yaitu) hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. Mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa."

Ibnu Katsir menafsirkan bahwa bumi pengganti yang dimaksud bukan seperti bumi yang sekarang ini. Nabi SAW bersabda dalam sebuah hadits Abu Hazim dari Sahl ibnu Sa'd,

"Kelak manusia di hari kiamat akan dihimpunkan di bumi yang putih lagi tandus seperti perak yang putih bersih, tiada suatu tanda pun bagi seseorang padanya."

Ketika bumi diganti dengan bumi yang lain itu, manusia berada di atas jembatan atau sirat. Dikatakan, sirat adalah jembatan yang terbentang di atas neraka.

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abu Addi. dari Daud, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang mula-mula bertanya kepada Rasulullah SAW tentang makna firman-Nya berikut ini: (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (begitu pula) langit. (Ibrahim: 48) Ia bertanya kepada Rasulullah SAW "Di manakah manusia pada saat itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah SAW menjawab, "Di atas sirat." (HR Ahmad)

Wallahu'alam bishawab.




(aeb/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads