Kufah menjadi pusat ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib RA. Kota ini berperan penting dalam sejarah peradaban Islam.
Kufah adalah sebuah kota yang terletak di Irak. Disebutkan dalam Al-Mursyid Al-Wajiz Fi At-Tarikh Wa Al-Hadharah Al-Islamiyyah karya Salamah Muhammad Al-Harafi Al-Ballawi yang diterjemahkan oleh Masturi Irham dan Malik Supar, Kota Kufah dibangun oleh Sa'ad bin Abu Waqqash.
Terdapat perbedaan mengenai tahun pembangunan Kota Kufah. Ada yang menyebut tahun 14 H, ada juga yang mengatakan tahun 17 H dan 18 H. Adapun, menurut pendapat yang disepakati pembangunan kota tersebut melewati beberapa tahapan sebelum akhirnya menjadi sebuah kota, setelah pemakmuran Kota Bashrah antara tahun 17-18 H/638-639 M.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengembangan Pusat Ilmu Pengetahuan di Kufah
Kufah mendapat perhatian khusus pada era Khalifah Ali bin Abi Thalib RA. Disebutkan dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam karya Abu Achmadi dan Sungarso, Khalifah Ali bin Abi Thalib RA melakukan pembangunan di Kota Kufah.
Pada awalnya, Kota Kufah disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Akan tetapi, Kufah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan, di antaranya ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu nahwu, dan ilmu pengetahuan lainnya.
Wilayah Islam pada saat Ali bin Abi Thalib RA memegang pemerintahan sudah meluas sampai India. Saat itu, penulisan huruf Hijaiyah belum dilengkapi dengan tanda baca atau harakat, seperti kasrah, fathah, dammah, dan syaddah. Hal ini berakibat pada banyaknya kesalahan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits di daerah yang jauh dari Jazirah Arab.
Khalifah Ali bin Abi Thalib RA pun memerintahkan Abu Aswad Ad-Dauli untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu--ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab--untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-Qur'an dan hadits. Pihaknya berharap keberadaan ilmu ini bisa membantu orang non-Arab dalam mempelajari Al-Qur'an dan hadits.
Aktivitas Keilmuan di Kufah
Kufah kemudian berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan khususnya dalam mempelajari Al-Qur'an dan hadits. Dikatakan dalam As-Sunnah Qabla At-Tadwin karya Muhammad Ajaj Al-Khathib yang diterjemahkan Masturi Irham Munawar dan Mujiburrohman, ada sebuah riwayat dalam Al-Muhaddits Al-Fashil mengenai kondisi Kufah saat itu.
Dari Anas bin Sirin, ia berkata, "Aku datang ke Kufah sebelum kejadian Al-Jamajim dan aku melihat di sana ada empat ribu orang yang sedang mencari hadits." Dalam riwayat lain terdapat tambahan redaksi, "Dan empat ratus orang di antara mereka telah menjadi fuqaha."
Kufah disebut telah menjadi pusat perhatian para ahli hadits sebelum awal seperempat terakhir abad pertama. Aktivitas keilmuan ini tak hanya berlangsung di satu kawasan melainkan hampir menyebar ke seluruh tempat di Kufah.
(kri/lus)
Komentar Terbanyak
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa