Belum lama ini, seorang imam di Balikpapan, Kalimantan Timur diberitakan meninggal dunia saat memimpin salat Subuh berjemaah. Dilansir detikSulsel, imam tersebut meninggal saat sujud rakaat pertama.
Kematian pada dasarnya menjadi rahasia Allah SWT sehingga tidak ada yang mengetahui pasti kapan kematian tersebut akan datang. Hal ini disebut dalam surah Luqman ayat 34,
إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۢ بِأَىِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat, menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan besok. (Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.
Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Sahl bin Saad mengenai sabda Rasulullah SAW, amal seseorang dinilai dari akhir hayatnya. Dengan kata lain, Musthafa Dieb al-Bugha dalam Al Wafi: Syarah Hadits Arba'in Imam an-Nawawi menyebut, seseorang ditetapkan menjadi orang beriman maupun kafir bergantung dalam keadaan kala ajalnya dicabut.
Untuk itulah, amal saleh yang dilakukan seorang muslim pada akhir hayatnya disebut sebagai salah satu tanda husnul khatimah. Hal ini disandarkan pada hadits yang dikisahkan oleh Anas bin Malik RA.
Adapun meninggal dalam keadaan salat bukan lagi fenomena tidak biasa. Bahkan, sebagian para ulama, perawi, dan tokoh agama terdahulu tercatat meninggal dalam keadaan salat. Beberapa di antaranya, Imam Ahmad bin Hanbal, Al Khusyu'i, Ibn Taimiyah Al Jad Al 'Ali, dan lain sebagainya.
Meninggal dalam Keadaan Salat dalam Islam
Ulama fatwa dari Kementerian Wakaf dan Urusan Islam Qatar pernah menyinggung soal muslim yang meninggal dalam keadaan mengerjakan amal saleh, termasuk salat. Disebutkan, hal itu menjadi tanda akhir yang baik bagi muslim bersangkutan.
Pendapat tersebut didasarkan dari salah satu sabda Rasulullah SAW yang menyebut satu-satunya yang senantiasa mengiringi jenazah adalah amalnya. Rasulullah SAW bersabda,
يتْبعُ الميْتَ ثلاثَةٌ: أهلُهُ ومالُه وعمَلُه، فيرْجِع اثنانِ ويبْقَى واحِدٌ: يرجعُ أهلُهُ ومالُهُ، ويبقَى عملُهُ
Artinya: Mengiringi mayat (ke kuburannya) diikuti oleh tiga perkara. Maka pulang kembali dua perkara dan tetap tinggal bersamanya satu perkara. Mayat diiringi oleh keluarganya, hartanya, dan amalnya. Maka pulang kembali keluarga dan hartanya dan tetap tinggal amal perbuatannya." (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, disebutkan dalam riwayat lainnya, seorang yang mengerjakan kebaikan di sisa hidupnya yang terakhir termasuk sebagai tanda husnul khatimah. Dari Abu Umamah Al Bahilil yang mengutip sabda Rasulullah SAW, "Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, maka dia akan membuatnya banyak beramal."
Rasulullah SAW kemudian ditanya, "Bagaimana Allah membuatnya banyak beramal?"
Beliau menjawab, "Diberinya taufik untuk beramal saleh sebelum mati kemudian dia dicabut dalam keadaan seperti itu." (HR Ahmad)
Hal senada juga diungkapkan oleh Buya Yahya. Ia berpendapat fenomena ini sebaiknya dimaknai sebagai momen untuk berprasangka baik (husnuzan) kepada orang yang meninggal. Berprasangka baik yang dimaksudnya adalah mendoakan jenazah dapat meninggal dalam keadaan husnul khatimah dan dimuliakan oleh Allah SWT.
Dilansir dari buku Cermin Muslim: Petikan Hikmah Bekal Pribadi Muslim oleh Dr. Muhammad Irfan Helmy, Lc., M.A, husnul khatimah diartikan sebagai akhir yang baik. Artinya keadaan baik yang terjadi kepada diri seorang muslim pada saat ia meninggal dunia yang diisi dengan amal saleh sampai ajal menjemputnya.
Selain mengerjakan amal saleh dalam akhir hayatnya, beberapa tanda lain dari orang meninggal dalam keadaan husnul khatimah seperti disebutkan buku Khusnul Khotimah oleh Ustaz DR H Muinudinillah yakni, melafalkan kalimat thayyibah sebagai kalimat terakhir dan dahinya berkeringat saat ajal menjemput.
Tanda keringat di atas diungkapkan oleh Imam Al Qurthubi dari terjemaahan M. Khalilurrahman Al-Mahfani dalam buku Menguak Rahasia Kehidupan Setelah Kematian diartikan sebagai rasa malu terhadap Allah SWT dan pengakuan atas kesalahan yang diperbuat.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Eks Menag Yaqut Tegaskan 2 Rumah Rp 6,5 M yang Disita KPK Bukan Miliknya
KPK Sebut Pejabat Kemenag Tiap Tingkat Dapat Jatah di Kasus Korupsi Kuota Haji
Modus Korupsi Kuota Haji, Calhaj Cepat Berangkat asal Bayar Rp 300 - Rp 400 Juta