Madrasah Kini Jadi Bagian Sistem Pendidikan yang Semakin Modern

Madrasah Kini Jadi Bagian Sistem Pendidikan yang Semakin Modern

Devi Setya - detikHikmah
Rabu, 29 Nov 2023 12:30 WIB
Madrasah Kini Jadi Bagian Sistem Pendidikan
Foto: Kemenag
Jakarta -

Madrasah menjadi bagian dalam sistem pendidikan di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, madrasah kini berkembang dan semakin modern.

Transformasi pendidikan di madrasah mengalami akselerasi luar biasa sejak dua-tiga dasawarsa yang lalu, tepatnya sejak era 1980-an. Hal ini sebagaimana disampaikan Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Kementerian Agama, Mastuki.

Melansir laman Kementerian Agama (Kemenag), Rabu (29/11/2023) Matsuki lebih lanjut menyoroti perubahan-perubahan mendasar di madrasah berkaitan dengan reformasi pendidikan nasional secara keseluruhan. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, madrasah mengalami perubahan yang cukup signifikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam forum diskusi bertajuk "Merajut Transformasi Pembelajaran untuk Anak-Anak Indonesia: Mendiskusikan Dampak Reformasi Pendidikan Indonesia dan Merayakan Kemitraan INOVASI" yang digelar di Jakarta, Selasa (28/11/2013), Mastuki memaparkan hasil pengamatannya dalam beberapa tahun.

"Saya mengamati sejak 1980 an, madrasah mengalami transformasi pendidikan yang luar biasa, di mana posisi madrasah diakui setara dengan sekolah. Implikasinya luar biasa, yakni terjadinya mobilitas sosial-vertikal di kalangan anak-anak muslim melalui jalur pendidikan di madrasah," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Pada forum kemitraan Australia-Indonesia ini, lebih lanjut Mastuki menuturkan bahwa melalui jalur pendidikan madrasah, anak-anak muslim yang tersebar di kampung-kampung kecil dan jauh dari modernisasi mengalami urbanisasi ke perkotaan. Selanjutnya terjadi mobilitas sosial yang besar.

Dengan terbukanya akses pendidikan yang mudah dan terjangkau, berbagai informasi bisa sampai ke desa-desa dengan cepat. Hal ini kemudian menjadi faktor penyebab kenapa anak-anak muslim mengalami mobilitas vertikal yang cepat.

"Generasi muslim 1970-an mulai berbondong-bondong masuk madrasah. Madrasah Tsanawiyah di kota kecamatan, lalu ke Madrasah Aliyah di kota kabupaten. Dan sebagian besar mereka kemudian kuliah di perguruan tinggi yang tersebar di kota-kota besar. Bahkan sekarang mobilitas itu di luar ekspektasi. Karena saat ini madrasah sudah masuk transformasi digital. Kemudahan akses pendidikan ke madrasah makin terbuka," lanjut Mastuki.

Mastuki yang juga mantan Kepala Biro Humas Kemenag ini turut menyoroti koneksi antar madrasah yang makin mudah akibat reformasi pendidikan. Tukar-menukar informasi antar madrasah lebih cepat, sharing knowledge antar guru juga terbuka. Digitalisasi layanan di madrasah memudahkan masyarakat mengenal lebih jauh apa dan bagaimana pendidikan madrasah.

"Booming teknologi membuka sekat-sekat lembaga makin transparan. Bukan saja antar madrasah, tapi juga dengan lembaga dan instansi yang makin luas. Koneksi antar lembaga ini memperluas jaringan madrasah dengan stakehokders yang luas pula. Kesempatan belajar bagi siswa juga makin terbuka lebar," tambahnya.

Mastuki menjelaskan, reformasi pendidikan yang terjadi di madrasah ini penting. Karena sebagian besar, di atas 85 persen status madrasah itu swasta; dikelola oleh yayasan dan lembaga keagamaan yang sangat variatif. Namun, dedikasi lembaga-lembaga ini sangat besar, terutama dalam pembiayaan dan penyediaan anggaran bagi madrasah.

"Salah satu keunggulan madrasah adalah dukungan masyarakat yang sangat besar. Filantropi muslim seperti zakat, wakaf, sedekah, dan hibah sangat potensial membiayai sebagian besar operasional madrasah swasta. Dukungan ini juga berkontribusi membuka akses yang makin luas bagi anak-anak muslim berbagai strata sosial bisa menikmati pendidikan murah di madrasah", bebernya.

Dalam kegiatan ini turut hadir juga Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek Anindito Aditomo, Amich Alchumami sebagai Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, ada juga Itje Chodidjah selaku Ketua Eksekutif Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) dan Mark Heyward selaku Project Manager INOVASI.




(dvs/erd)

Hide Ads