Ini Arti Tawazun dan Cara Menerapkannya dalam Kehidupan

Ini Arti Tawazun dan Cara Menerapkannya dalam Kehidupan

ilham fikriansyah - detikHikmah
Selasa, 21 Nov 2023 08:45 WIB
Ilustrasi sedekah
Foto: Getty Images/iStockphoto/Jaka Suryanta
Jakarta -

Dalam menjalani kehidupan, umat muslim dianjurkan untuk bisa menyeimbangkan segala aspek. Artinya, manusia tidak boleh condong terhadap satu hal saja lalu melupakan perkara lainnya.

Dalam ajaran Islam, keseimbangan dalam kehidupan disebut sebagai tawazun. Namun, makna seimbang yang dimaksud memiliki arti yang cukup luas.

Lantas, apa yang dimaksud dengan tawazun dalam Islam? Lalu bagaimana cara menerapkan tawazun dalam kehidupan sehari-hari? Simak pembahasannya secara lengkap berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Tawazun

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, secara luas tawazun artinya keseimbangan dalam kehidupan. Maksudnya, manusia diajarkan untuk hidup dengan memenuhi segala kebutuhannya secara seimbang, jadi tidak terlalu fokus pada satu hal saja.

Dalam Islam, tawazun artinya menyeimbangkan antara kehidupan di dunia dan di akhirat kelak. Mengutip laman Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII), tawazun merupakan sikap agar manusia senantiasa menyeimbangkan diri untuk kebutuhan di dunia dan akhirat.

ADVERTISEMENT

Selain itu, manusia dianjurkan untuk bisa menyeimbangkan kebutuhan rohani dan jasmani, antara kebutuhan Ilahiah dan aqliah, serta menyembangkan antara kebutuhan hidup sehari-hari dan beribadah kepada Allah SWT.

Dalam Islam, tawazun juga bisa diartikan sebagai keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal dan pikiran rasional) serta dalil naqli (bersumber dari Al-Quran dan hadits).

Di dalam Al-Quran, Allah SWT telah berfirman agar manusia senantiasa hidup secara seimbang, jadi tidak hanya fokus pada dunia tetapi juga akhirat kelak. Salah satunya telah dijelaskan dalam Surat Al-Qasas ayat 77:

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Latin: Wabtagi fīmā ātākallāhud-dāral-ākhirata wa lā tansa naṣībaka minad-dun-yā wa aḥsing kamā aḥsanallāhu ilaika wa lā tabgil-fasāda fil-arḍ, innallāha lā yuḥibbul-mufsidīn

Artinya: "Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Dari surat tersebut, bisa dipahami bahwa segala harta yang dimiliki bukan berarti hanya ditujukan untuk akhirat semata. Jangan berpikir jika kehidupan hanya di sini dan sekarang (dunia), sebab masih ada kehidupan di akhirat nanti.

Menerapkan Tawazun dalam Kehidupan

Setelah memahami arti tawazun, maka sebaiknya detikers perlahan mulai menerapkannya dalam kehidupan. Mungkin sebagian umat muslim akan sedikit kesulitan saat awal-awal, namun jika ikhlas dan sungguh-sungguh, maka semuanya akan berjalan baik sekaligus mendapatkan berkah.

Dilansir situs resmi Muhammadiyah, tawazun merupakan cara agar manusia dapat menyeimbangkan antara agama, bangsa, dan kehidupan. Lantas, seperti apa penerapan tawazun dalam kehidupan sehari-hari?

Misalnya, sebagai masyarakat Indonesia maka detikers wajib lapor pajak setiap tahun. Lalu, pendapatan yang diperoleh setiap bulannya bisa disisihkan untuk membeli kebutuhan pokok. Jangan lupa, sisihkan beberapa persen penghasilan untuk berzakat dan bersedekah kepada orang yang membutuhkan.

Tawazun juga dapat membantu umat muslim agar lebih dekat dengan Allah SWT. Apabila ingin meraih keberhasilan di dunia, jangan abai dengan perintah wajib dari Allah, yakni sholat lima waktu, membaca Al-Quran, hingga menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Dengan adanya tawazun, maka kehidupan jadi lebih seimbang dan hati merasa tenang. Sebab, segala aspek dalam kehidupan telah terpenuhi secara cukup. Sedangkan 'tabungan' untuk di akhirat kelak juga telah dipersiapkan ketika detikers masih hidup.

Sebab, Allah SWT tidak suka dengan manusia yang berlebihan ataupun mengurangi. Hal tersebut telah dijelaskan dalam Surat Ar-Rahman ayat 7-9, yakni sebagai berikut:

وَٱلسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ ٱلْمِيزَانَ

Was-samā`a rafa'ahā wa waḍa'al-mīzān

7. "Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)."

أَلَّا تَطْغَوْا۟ فِى ٱلْمِيزَانِ

Allā taṭgau fil-mīzān

8. "Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu."

وَأَقِيمُوا۟ ٱلْوَزْنَ بِٱلْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا۟ ٱلْمِيزَانَ

Wa aqīmul-wazna bil-qisṭi wa lā tukhsirul-mīzān

9. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.

Demikian pembahasan mengenai tawazun serta cara menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan detikers.




(ilf/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads