Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA disebut sebaga periode kekhalifahan yang paling berat. Kenapa demikian?
Khalifah Ali bin Abi Thalib RA adalah pemimpin umat Islam yang ditunjuk untuk menggantikan khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan RA. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII yang ditulis oleh Murodi.
Mayoritas masyarakat di Madinah sepakat untuk menjadikan Ali bin Abi Thalib RA sebagai khalifah yang menggantikan Utsman bin Affan RA. Namun ada beberapa pihak yang tidak setuju, yakni orang-orang yang pro dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muawiyah bin Abi Sufyan menolak Ali bin Abi Thalib RA menjadi khalifah sebab ia berpendapat masalah-masalah yang ada harusnya diselesaikan terlebih dahulu, seperti contohnya pembunuhan Utsman bin Affan RA, baru membicarakan tentang kepemimpinan.
Namun, karena banyaknya desakan dari kaum muslimin, akhirnya Ali bin Abi Thalib RA dibaiat menjadi khalifah. Saat itu bertepatan pada tanggal 23 Juni 656 M.
Banyaknya masalah yang terjadi inilah yang nantinya menjadi bibit beratnya tantangan dan cobaan di masa kepemimpinan Ali bin abi Thalib RA.
Masa Pemerintahan Ali bin Abi Thalib yang Disebut Paling Berat
Ali bin Abi Thalib RA memangku kekuasaan yang berat di situasi yang berat pula. Kekhalifahannya dinilai menjadi masa kepemimpinan yang paling berat sepeninggal wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA disebut yang paling berat karena dikenal dengan masa fitnah. Menurut Tohir Bawazir dalam bukunya yang berjudul Jalan Tengah Demokrasi: Antara Fundamentalisme dan Sekularisme, beberapa gubernur pada masa pemerintahannya tidak tunduk terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib.
1. Pembunuhan Utsman bin Affan
Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA disebut yang paling berat karena kasus pembunuhan khalifah Utsman bin Affan RA belum selesai dengan tuntas.
Menukil Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pemikiran Islam, berawal kebijakan Utsman bin Affan RA di masa pemerintahannya yang ketujuh, ia mengangkat saudara-saudaranya untuk menjadi pejabat di pemerintahan menggantikan pejabat-pejabat yang dia nilai kurang baik.
Kebijakan ini menuai banyak protes karena dinilai sebagai bentuk nepotisme dan koruptif. Mereka menuntut untuk Utsman bin Affan RA segera memperbaiki keadaan.
Namun, Utsman bin Affan RA tidak segera memperbaikinya. Akhirnya ia dibunuh oleh sekelompok pemberontak, ketika ia sedang membaca Al-Qur'an.
Imbas dari kasus pembunuhan Utsman bin Affan RA ini sampai kepada Ali bin Abi Thalib RA. Dirinya dituntut untuk segera menghukum para pembunuh Utsman bin Affan RA.
2. Tentangan dari Muawiyah bin Abi Sufyan
Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA disebut yang paling berat juga karena tentangan dari Muawiyah bin Abi Sufyan. Penolakan ini bersumber dari dua hal.
Pertama, Muawiyah bin Abi Sufyan menuntut agar Ali bin Abi Thalib RA segera menghukum para pelaku pembunuhan Utsman bin Affan RA, sebagaimana dinukil dari Imron Mustofa dalam buku Mazhab Asy'ariyah-Maturidiyah: Biografi Abu Hasan Al-Asy'ari & Abu Mansur Al-Maturidi.
Ali bin Abi Thalib RA tidak menanggapinya tuntutan itu dengan segera. Muawiyah bin Abi Sufyan pun menyebar fitnah Ali bin Abi Thalib RA ikut campur dalam pembunuhan Utsman bin Affan RA tersebut.
Ditambah lagi, anak angkat Ali bin Abi Thalib RA, Muhammad bin Abi Bakar, ikut terlibat dalam pembunuhan itu. Bukannya mengadili anak angkatnya, Ali bin Abi Thalib RA malah mengangkatnya menjadi gubernur Mesir. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab ketegangan antara Muawiyah bin Abi Sufyan dan Ali bin Abi Thalib RA.
Kedua, kebijakan pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA yang pertama adalah mengubah sistem pemerintahan dan memperbaiki kekurangan pejabat-pejabat yang dahulu diangkat oleh Utsman bin Affan RA. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Ali Reza Azadi dalam Manakib Ali bin Abi Thalib: Pandangan Ulama Syafi'iyah Klasik dan Modern.
Ali bin Abi Thalib RA mencopot beberapa pejabat negara dan menggantinya dengan yang lebih baik. Dalam perubahan ini, Muawiyah bin Abi Sufyan turut menjadi korban pencopotan jabatan oleh khalifah Ali bin Abi Thalib RA
Di sisi lain, Muawiyah bin Abi Sufyan tidak setuju dengan pencopotan jabatannya sebagai gubernur di wilayah Syam. Sehingga hal inilah yang menyebabkan perselisihan berkelanjutan antara dirinya dan Ali bin Abi Thalib RA.
3. Perang Saudara - Perang Siffin
Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA disebut yang paling berat karena terjadi perang saudara antara kubunya dengan kubu Muawiyah.
Penyebab perang ini tidak lain adalah ketidaksediaan Muawiyah bin Abi Sufyan atas diangkatnya Ali bin Abi Thalib RA menjadi khalifah umat Islam. Terlebih lagi, ia tidak terima jabatan gubernurnya dicopot begitu saja.
Muawiyah bin Abi Sufyan memprovokasi pengikutnya untuk menggulingkan pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA. Sehingga pecahlah perang saudara di antara umat Islam.
Perang saudara antara Ali bin Abi Thalib RA dan Muawiyah bin Abi Sufyan terjadi di daerah bernama Siffin. Oleh sebab itu, pertempuran ini biasa disebut dengan Perang Siffin atau Perang Qasithin yang artinya orang-orang yang menyimpang dari keadilan dan jalan lurus.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
PBNU Kritik PPATK, Anggap Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Serampangan