4 Gaya Kepemimpinan Umar bin Khattab Selama Menjabat

4 Gaya Kepemimpinan Umar bin Khattab Selama Menjabat

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Kamis, 26 Okt 2023 06:30 WIB
Ilustrasi Umar bin Khattab
Ilustrasi Umar bin Khattab RA. (Ilustrasi: Fauzan Kamil/detikcom)
Jakarta -

Terdapat beberapa gaya kepemimpinan Umar bin Khattab RA yang menarik untuk dibahas. Apa saja karakteristik kepemimpinan beliau tersebut?

Umar bin Khattab RA adalah khalifah kedua yang dipilih umat Islam setelah kepemimpinan Abu Bakar RA sebelumnya. Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas X karya Abu Achmadi dan Sungarso, Umar bin Khattab RA dipilih melalui musyawarah bersama khalifah sebelumnya langsung.

Sifat Umar bin Khattab RA tergolong tegas. Beliau merupakan orang yang kuat, berani, dan gigih. Selain itu, beliau juga pandai bergulat dan berkuda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Umar bin Khattab RA adalah seseorang yang dapat dipercaya, jujur, dan cerdas. Beliau juga selalu mengemban amanah yang diberikan kepadanya dengan baik.

Umar bin Khattab RA menjadi pemimpin umat Islam di Arab selama kurang lebih 10 tahun 6 bulan. Tepatnya pada tahun ke-13 hingga tahun ke-23 (634-644 M).

ADVERTISEMENT

Selama ini pula dapat dinilai bagaimana gaya kepemimpinan Umar bin Khattab RA. Karakteristik kepemimpinan beliau dijelaskan dalam ulasan berikut.

4 Gaya Kepemimpinan Umar bin Khattab RA

1. Prioritaskan Ijtihad dan Musyawarah

Gaya kepemimpinan Umar bin Khattab RA yang pertama adalah beliau selalu mengedepankan ijtihad atau musyawarah untuk menyelesaikan suatu perkara. Hal ini dinukil dari buku Jejak Langkah Umar bin Khattab RA karya Abdul Rohim.

Khalifah Umar bin Khattab RA tidak pernah bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya ketika mengambil sebuah keputusan yang berkaitan dengan urusan masyarakat.

Beliau tidak akan memutuskan sebuah perkara kecuali sudah mengumpulkan umat Islam untuk dimintai pendapatnya. Beliau berkata, "Tidak ada kebaikan dalam sebuah urusan yang diputuskan tanpa jalan musyawarah."

2. Menjunjung Keadilan dan Persamaan

Gaya kepemimpinan Umar bin Khattab RA selanjutnya adalah beliau selalu menjunjung tinggi keadilan dan persamaan di antara keberagaman rakyatnya.

Khalifah Umar bin RA tidak segan-segan untuk terjun langsung dalam permasalahan rakyatnya untuk membantu memberikan solusi. Beliau juga pernah memenangkan perkara orang Yahudi karena apa yang diperjuangkannya benar.

Terlebih lagi, Umar bin Khattab RA juga merupakan pemimpin yang tidak membeda-bedakan rakyatnya. Beliau pernah menyuruh pembantu untuk makan bersama tuannya karena tidak ingin ada ketimpangan di sana.

Bahkan dijelaskan suatu riwayat, Umar bin Khattab RA juga pernah mendatangi rumah anaknya, Abdullah, yang tengah menikmati sepotong daging. Namun, khalifah kedua ini justru marah dan berkata, "Apakah karena engkau anak Amirul Mukminin, engkau makan daging dengan nikmat, padahal banyak manusia yang hidup dalam keadaan susah? Apakah tak cukup roti dengan garam atau roti dengan minyak?"

3. Perluasan Wilayah Islam

Dilansir dari sumber sebelumnya, gaya kepemimpinan Umar bin Khattab RA yang ketiga adalah beliau banyak berjasa dalam perluasan wilayah Islam.

Wilayah Islam di bawah kepemimpinan Umar bin Khattab RA meluas di timur sampai perbatasan India dan sebagian Asia Tengah, sedangkan di barat sampai dengan Afrika Utara.

Beberapa wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh Umar bin Khattab RA adalah Damaskus, Yordania, Al-Madain, Al-Ahwaz, Tikrit, Mesir, Alexandria, Azerbaijan, sampai dengan Kota Karman Sajistan Makran.

4. Menghindari KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme)

Gaya kepemimpinan Umar bin Khattab RA yang terakhir adalah menghindari kemungkinan KKN atau korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal ini terbukti dengan hal yang pertama kali dilakukan oleh Umar bin Khattab RA ketika diangkat menjadi khalifah pengganti Abu Bakar RA adalah memberhentikan Khalid bin Walid RA dari jabatan panglima perang pasukan Islam.

Alasannya adalah karena adanya kecenderungan tentara Islam yang mengagungkan Khalid bin Walid sebab dirinya terkenal sebagai panglima yang pandai mengatur pasukannya.

Panglima perang umat Islam akhirnya digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Dirinya pun tak kalah berbakat daripada Khalid bin Walid, di mana dia juga berhasil memperluas wilayah Islam di berbagai peperangan.

Selain itu, ketika putranya, Abdullah, pernah disebutkan oleh seorang sahabat sebagai calon Gubernur Kufah. Umar bin Khattab RA langsung menyangkalnya.

Umar bin Khattab RA berkata pada para sahabat, "Aku memerlukan orang yang kuat, terpercaya, dan muslim sejati untuk memimpin mereka."

Salah seorang sahabat lantas berkata, "Demi Allah! Aku akan beri tahukan engkau, siapa orang yang kuat, terpercaya yang engkau harapkan itu."

Umar RA bertanya dengan antusias, "Siapakah orangnya?"

Sahabat itu menjawab, "Dia adalah Abdullah ibn Umar."

Mendengar usulan yang menyebut putranya itu, Umar RA malah menjawab, "Semoga Allah memerangimu. Demi Allah, semoga saja engkau tak sengaja bermaksud seperti itu." Lalu, Umar RA lantas memilih orang lain sebagai Gubernur Kufah.




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads