Direktur Penais Kemenag Paparkan Masalah Dasar Kurangnya Literasi Al-Qur'an Masyarakat

Direktur Penais Kemenag Paparkan Masalah Dasar Kurangnya Literasi Al-Qur'an Masyarakat

Anisa Febriani - detikHikmah
Rabu, 11 Okt 2023 20:45 WIB
Direktur Penais Ahmad Zayadi (tengah)
Direktur Penais Ahmad Zayadi (tengah). (Foto: Anisa Rizki/detikcom)
Jakarta -

Kementerian Agama (Kemenag RI) mengadakan survei nasional terkait kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an masyarakat Indonesia. Hasilnya, angka yang didapatkan cukup tinggi yaitu 66,038%.

Direktur Penerangan Agama Islam (Penais) Kemenag Ahmad Zayadi menuruturkan, angka tersebut cukup tinggi karena lebih dari 60,00 yang mana merupakan kategori sedang. Dari survei yang dilakukan di 34 provinsi, perolehan hasil Indeks Literasi Al-Qur'an pada 2023 berada di skor signifikan.

Meski begitu, pengembangan terkait BTQ masih harus didorong. Perolehan skor itu didapatkan secara nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi angka 66% itu sangat tinggi karena kita menetapkan yang 60 itu tinggi dan ternyata survei ini menemukan skor 66%, tapi ini skor rata nasional. Tentu nanti pada saatnya kita akan menyampaikan pada media bagaimana sebaran di masing-masing provinsi," kata Ahmad Zayadi selepas acara jumpa pers terkait hasil pemetaan literasi baca tulis Al-Qur'an tahun 2023 yang diselenggarakan di Gedung Kemenag, Rabu (11/10/2023).

Ia menuturkan, afirmasi diperlukan kepada mereka dengan melibatkan organisasi masyarakat untuk melakukan akselerasi sehingga ada percepatan. Hasil survei menjadi dasar merumuskan kebijakan-kebijakan di tahap berikutnya.

ADVERTISEMENT

Direktur Penais itu menyebut bahwa faktor utama atau masalah dasar dari kurangnya literasi Al-Qur'an ialah keterbatasan masyarakat di daerah terpencil. Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan akses untuk mempelajari baca tulis Al-Qur'an.

"Karena itu tentu ini menjadi perhatian bagaimana kemudian ada masifikasi. Jadi kita akan lebih masif lagi melayani masyarakat sampai pada daerah-daerah tertinggal, terluar, terjauh, terpencil untuk memastikan mereka juga mendapatkan layanan pendidikan dan pembelajaran Al-Qur'an dari mulai tingkat dasar dan tentu sampai di tingkat-tingkat seterusnya," jelasnya menguraikan.

Selain itu, Ahmad Zayadi turut memberi tanggapan terkait media sosial yang dijadikan salah satu bahan atau platform untuk mempelajari Al-Qur'an. Menurutnya, hal tersebut harus didorong sekaligus diingatkan tanpa membatasi masyarakat dalam mendapat informasi melalui media sosial.

"Tetapi pada saat yang bersamaan saya kira kita perlu mendorong agar masyarakat mendapat guru-guru Al-Qur'an, sehingga mereka mendapatkan konfirmasi tentang benar atau tidaknya bacaan sekaligus menjadi penguat bahwa apa yang telah mereka pelajari mendapat pembetulan dari gurunya," tandasnya.




(aeb/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads