Kata "santri" adalah istilah yang familier di telinga masyarakat Indonesia. Kata ini merujuk kepada siswa atau murid di pondok pesantren, yang merupakan tempat pembelajaran agama Islam.
Arifi Saiman dalam buku Diplomasi Santri menjelaskan, santri adalah sosok agamis yang kesehariannya memakai sarung, peci, dan bertempat tinggal di pesantren atau tempat menimba ilmu agama Islam.
Santri tidak hanya belajar mengenai aspek teori agama Islam, seperti Al-Qur'an dan hadits, tetapi juga menjalani kehidupan sehari-hari yang sangat terstruktur dan didasarkan pada nilai-nilai Islam. Mereka tinggal di pesantren, menjalani pola hidup yang ketat, dan mendalami ilmu agama Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asal-usul Kata Santri
Terdapat perbedaan pendapat dari para ahli mengenai asal-usul kata santri. Dikutip dari buku Sejarah Pergerakan Nasional: Melacak Akar Historis Perjuangan Bangsa Indonesia dan Kiprah Kaum Santri dalam Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia karya Wahyu Iryana, kata santri berasal dari lima huruf Arab yaitu Ω Ψ± Ψͺ Ω Ψ³ .
Kesimpulan dari kelima huruf Arab tersebut adalah bahwa seorang santri adalah orang yang meninggalkan perbuatan maksiat, menutup aurat, berpakaian sopan, menjaga hawa nafsu, dan yakin dengan cita-citanya.
Dikutip dari buku Kebijakan Pendidikan Muhammadiyah: 1911-1942 karya Farid Setiawan, sebagian ahli menyebut bahwa asal-usul kata santri berasal dari istilah Jawa, yaitu "cantrik". Sebagian lainnya menyatakan asal-usul kata santri berasal dari bahasa Sanskerta "shastri" yang berarti melek huruf.
Menurut pandangan CC Berg yang dikutip Dhofier, kata "shastri" bermakna orang yang tahu buku-buku (kitab) suci agama Hindu. Definisi tersebut memberikan kesan bahwa kata "shastri" cukup akrab dalam tradisi pendidikan Hindu.
Namun, setelah berdirinya kekuasaan politik Islam di Jawa, istilah "shastri" diduga ikut diislamkan menjadi kata "santri". Maka dari itu kata "santri" dimaknai sebagai golongan terpelajar yang paham mengenai ajaran agama Islam.
Jenis-jenis Santri
Masih mengutip dari sumber yang sama, bahwa terdapat dua jenis santri yang ada di Indonesia, yaitu santri mukim dan santri kalong.
1. Santri Mukim
Santri mukim merupakan santri yang berasal dari tempat yang jauh dari pesantren. Jarak antara rumah dan pesantren yang cukup jauh membuatnya tidak memungkinkan untuk pulang, maka mereka harus tinggal di pesantren dalam kurun waktu tertentu.
2. Santri Kalong
Kalong dalam istilah Jawa berarti hewan sejenis kelelawar yang ukurannya jauh lebih besar. Ketika mencari makan, kalong sering bolak-balik dari tempat tinggalnya.
Hal ini menjadikan istilah santri kalong, yaitu santri yang asalnya dari daerah sekitar pesantren. Di mana mereka dapat bolak-balik dari rumah ke pesantren karena jaraknya dekat atau "nglajo". Jadi, para santri kalong ini hanya datang ke pesantren pada waktu-waktu tertentu sesuai jadwal yang mereka miliki, kemudian kembali ke rumah mereka setelah jadwal selesai.
Peran Santri dalam Masyarakat
Fatimah S. Z dalam buku Santri Siaga Tsunami mengemukakan bahwa para santri yang mengemban pendidikan agama Islam di pesantren ini memiliki peran dalam masyarakat.
Umumnya, santri berperan dan berkesempatan untuk menyebarluaskan ajaran dan budaya Islam Indonesia kepada masyarakat sekitar dengan santun dan beradab.
Santri juga berperan dalam bidang politik dan pasar. Santri berperan untuk mencetak politisi berbasis pesantren dan memperjuangkan hak kaum kekurangan dan saling tolong-menolong dalam hal apapun dengan syariat Islam.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
PBNU Kritik PPATK, Anggap Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Serampangan