Pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang mengingatkan kepada masyarakat untuk cerdas memilih di pemilihan presiden dan wakil presiden tahun depan mendapat kritikan dari sejumlah pimpinan Partai Kebangkitan Bangsa. Seperti apa sebenarnya pernyataan Menag Yaqut yang dipersoalkan PKB hingga akan didisiplinkan?
Pernyataan Menag Yaqut tersebut disampaikan dalam sambutan saat menghadiri acara doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila Solo, Jumat (29/9/2023) pekan lalu. Saat itu Menag Yaqut mengingatkan agar masyarakat tidak asal memilih calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang. Menurutnya, penting untuk melihat rekam jejak capres.
"Oleh karena itu bapak ibu sekalian, saya berharap nanti bapak ibu sekalian dalam memilih pemimpin negeri ini untuk 2024-2029 benar-benar dilihat rekam jejaknya. Jangan karena bicaranya enak, mulutnya manis, mukanya ganteng itu dipilih, jangan asal begitu, harus dilihat dulu track record-nya," katanya dikutip dari detikJateng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia pada 2024, lanjut Menag, telah memasuki tahun politik. Umat beragama harus menyadari bahwa pemilu hanya mekanisme menemukan siapa yang akan memimpin Indonesia.
"Track record-nya bagus syukur, mukanya ganteng syukur, bicaranya manis, itu dipilih. Kalau nggak ya jangan, jangan pertaruhkan negeri ini kepada orang yang tidak memiliki perhatian kepada kita semua, cek track record-nya," ujar Menag.
Gus Men turut menghimbau agar masyarakat tidak memilih pemimpin yang menggunakan agama sebagai kepentingan politik walaupun ia tahu betul politik tidak bisa lepas dari agama.
"Agama dan politik tidak bisa dipisahkan tetapi agama tidak boleh digunakan sebagai alat politik untuk memenuhi nafsu kekuasaan, ini berbeda," jelasnya.
Selain itu, di kesempatan yang sama Gus Men juga mengungkit terkait simbol-simbol agama yang masih beberapa kali terlihat digunakan saat Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2017 serta Pemilu 2014 dan 2019.
"Kita masih ingat, kita punya sejarah yang tidak baik atas politik penggunaan agama dalam politik, kita punya sejarah tidak baik beberapa waktu yang lalu ketika pemilihan Gubernur DKI Jakarta kemudian dua Pilpres terakhir, agama masih terlihat digunakan sebagai alat untuk mencapai kepentingan kekuasaan," beber Gus Men.
Waketum PKB Jazilul Fawaid menyebut pernyataan Menag Yaqut dapat memunculkan spekulasi publik. Ia menilai, pernyataan Gus Yaqut sebagai menteri seharusnya bertanggung jawab menjaga kerukunan beragama.
"Hati-hati menjaga mulutnya. Karena apa, karena ini pejabat publik, dia digaji oleh pajak negara untuk membuat suasana harmoni, bukan untuk mengeluarkan statement-statement yang nggak perlu. Rakyat itu lebih paham," ungkap Jazilul.
Ia mengatakan PKB telah menyiapkan sejumlah langkah-langkah untuk mendisiplinkan Menag Yaqut. Sebaliknya, GP Ansor menilai pernyataan Gus Men justru sangat positif dan edukatif sebagaimana disampaikan oleh Wasekjen PP GP Ansor, Wibowo Prasetyo.
"Pernyataan Menteri Agama itu normatif, memberikan pendidikan politik kepada warga negara agar memilih calon pemimpin tidak dari penampilan saja tapi juga dari track record-nya, dari jejak rekamnya," katanya.
Wibowo mengatakan, jejak rekam capres dan cawapres sangat penting. Terutama rekam jejak dalam penggunaan agama sebagai alat politik.
(aeb/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026