Pepatah tentang Adab Lebih Tinggi dari Ilmu, Apa Maksudnya?

Pepatah tentang Adab Lebih Tinggi dari Ilmu, Apa Maksudnya?

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Sabtu, 23 Sep 2023 19:00 WIB
Diverse Muslim children studying in classroom
Ilustrasi menuntut ilmu dalam Islam. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Rawpixel)
Jakarta -

Ada pepatah Arab yang menyebutkan bahwa adab lebih tinggi dari ilmu. Apa makna dari kalimat tersebut?

Dijelaskan dalam buku Faktor X karya Tantomi Simamora, adab adalah salah satu perkara yang diperhatikan dalam agama Islam. Sebab adab dianggap untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki baik kebahagiaan dunia maupun akhirat.

"Seorang yang memiliki ilmu tapi tak beradab, berarti ilmu itu tak berguna bagi dirinya untuk menjadikan orang yang beradab," tulis buku tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, alasan adab lebih tinggi daripada ilmu juga dapat disimpulkan dari hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa beliau diutus dengan tujuan menyempurnakan adab manusia.

Diambil dalam buku Pendidikan Karakter: Mengembangkan Karakter Anak yang Islami oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, berikut bunyi haditsnya:

ADVERTISEMENT

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَتِمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

Artinya: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." (HR. Bukhari, Baihaqi, dan Hakim)

Merujuk pada sumber sebelumnya yang menafsirkan surah Al-Baqarah 30-34 tentang iblis dengan segala kesombongan dan tidak punya adab, tidak mau taat kepada perintah Allah SWT hanya karena ia memiliki sebuah ilmu, juga membuktikan bahwa adab merupakan hal yang lebih penting dan lebih tinggi dari ilmu.

Orang-orang yang memiliki ilmu tapi tidak disertai dengan adab maka hanya akan berujung pada kesombongan. Mereka akan mudah merendahkan orang lain yang ilmunya lebih rendah tanpa mau mengajari atau membagikan ilmu yang ia miliki.

Pepatah tentang Adab Lebih Tinggi dari Ilmu

Para ulama-ulama Arab sudah banyak menggaungkan bahwa adab itu kedudukannya lebih tinggi daripada ilmu. Salah satunya disebutkan Hadratusy Syekh Hasyim Asy'ari dalam kitabnya yang berjudul Adab Al-'Alim Wa Al-Muta'allim. Ia berkata:

التوحيد يوجب الإيمان, فمن لا إيمان له لا توحيد له, والإيمان يوجب الشريعة, فمن لا شريعة له لا إيمان له ولا توحيد له, والشريعة توجب الأداب, فمن الآداب له لا شريعة له ولا إيمان له ولا توحيد له.

Artinya: "Tauhid mewajibkan wujudnya iman, barang siapa yang tidak beriman, maka sebenarnya dia tidak bertauhid. Dan iman mewajibkan wujudnya syariat, maka barang siapa yang tidak melakukan syariat, sebenarnya dia tidak beriman dan tidak pula bertauhid. Dan syariat mewajibkan wujudnya adab, maka barang siapa yang tidak memiliki adab, maka pada hakikatnya."

Dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa para ulama menyetujui perkara abad lebih tinggi dari ilmu. Seorang tokoh sufi Yusuf bin Al-Husain Al-Razi (w. 304 H), sebagaimana dikutip oleh Abu Bakr Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi Al- Shafi I, yang dikenal dengan nama Al-Khatib Al-Baghdadi (392- 463 H) mengatakan:

بالأدب تفهم العلم

Artinya: "Hanya dengan adab, engkau akan memahami ilmu."

Imam Malik RA pun turut mengatakan:

تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم

Artinya: "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu."

Senada dengan nasihat-nasihat di atas, Ibnu Al-Mubarak RA juga mengatakan bahwa adab lebih tinggi dari ilmu, tulis buku Antologi Hadits Tarbawi: Pesan-Pesan Nabi SAW tentang Pendidikan oleh Anjali Sriwijbant.

Ibnu al-Mubarak RA menyatakan, "Mempunyai adab (kebaikan budi pekerti) meskipun sedikit adalah lebih kami butuhkan daripada (memiliki) banyak ilmu pengetahuan."

Pada dasarnya, dilansir dari As'adut Tabi'in dalam bukunya yang berjudul Hadis Tarbawi: Sebuah Rekonstruksi Pendidikan dalam Bingkai Keislaman, menuntut ilmu itu bertujuan untuk membentuk pribadi manusia yang berakhlak mulia setelah iman dan Islam.




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads