Zalimun Linafsihi, Golongan Manusia yang Zalim pada Diri Sendiri

Zalimun Linafsihi, Golongan Manusia yang Zalim pada Diri Sendiri

Jihan Najla Qatrunnada - detikHikmah
Sabtu, 09 Sep 2023 11:00 WIB
Ilustrasi kelaparan merajalela dan paceklik sebagai salah satu tanda sebelum munculnya Dajjal.
Ilustrasi ciri orang zalim pada diri sendiri. Foto: Getty Images/ferrantraite
Jakarta -

Manusia terdiri dari beberapa golongan. Ada satu golongan manusia yang zalim kepada dirinya sendiri yang disebut zalimun linafsihi.

Zalim terhadap diri sendiri adalah tidak menjalankan perintah Allah SWT dan tidak menjauhi larangan Allah SWT sehingga menyebabkan murka Allah SWT yang membawa bencana kepada diri sendiri, seperti dijelaskan dalam Tafsir Al-Thullabi karya Muhammad Ali Mustofa Kamal.

Dalam buku Menempuh Jalan ke Surga karya Badiatul Muchlisin Asti dijelaskan, manusia yang zalim kepada dirinya sendiri merupakan sekelompok umat Islam yang enggan menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidupnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Golongan zalimun linafsihi hidup jauh dari cahaya dan ajaran Al-Qur'an sehingga mereka hidup tanpa arah, tanpa panduan syar'i, tidak tahu halal haram, dan hanya mengikuti hawa nafsu.

Muslim yang termasuk dalam golongan zalimun linafsihi bukannya punya banyak pahala, tapi dirinya malah mengoleksi banyak dosa. Golongan ini malas beribadah namun lebih sering mengikuti hawa nafsu dan berbuat maksiat yang akhirnya malah mendatangkan banyak dosa.

ADVERTISEMENT

Selain golongan manusia yang zalim kepada diri sendiri, ada dua golongan manusia lain seperti dijelaskan dalam sumber tersebut. Berikut selengkapnya.

Muqtashidun (Pertengahan)

Golongan muqtashidun merupakan golongan umat Islam yang "setengah-setengah." Artinya mereka adalah hamba Allah SWT yang setengah taat dan setengah membangkang.

Golongan muqtashidun tidak menjalankan perintah Allah SWT secara totalitas. Mereka memilih-milih mana yang sekiranya cocok untuk mereka kerjakan, dan apabila tidak sesuai dengan keinginannya, dia akan meninggalkan syariat itu.

Lebih lanjut dijelaskan, orang yang termasuk golongan ini suka mencari pahala dengan amal ibadah, tapi sering juga, sengaja atau tidak, mengotori dirinya dengan dosa-dosa.

Saabiqun Bi Al-Khairat (Orang yang Bergegas dalam Kebaikan)

Saabiqun bi al-khairat merupakan golongan manusia yang bergegas dalam menjalankan kebaikan dan perintah agama. Umat Islam yang termasuk golongan ini akan dengan sepenuh hati menjadikan Al-Qur'an dan sunah sebagai pedoman dalam menjalani hidup.

Dalam praktiknya, mereka akan menjalankan amar ma'ruf nahi mungkar dengan totalitas. Mereka selalu menjauhi kegiatan-kegiatan maksiat baik itu maksiat yang membawa dosa yang remeh dan kecil apalagi yang membawa dosa besar.

Golongan saabiqun bi al-khairat menggunakan hidupnya semata untuk beribadah dan mengharap pahala serta ridha Allah SWT saja. Cita-citanya hanya menginginkan kehidupan yang baik di surga dan dijauhkan dari neraka.

Sementara itu, menurut riwayat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA sebagaimana dinukil dalam kitab Nashaihul 'Ibad Syarh Al-Munabbihaat 'Alal Isti'daad Li Yaumil Ma'aad, pada dasarnya manusia itu terbagi menjadi tiga golongan dan setiap golongan memiliki ciri khasnya. Ketiga golongan itu adalah:

  • Golongan yang beribadah kepada Allah SWT atas dasar takut akan siksa-Nya
  • Golongan yang beribadah kepada Allah SWT atas dasar mengharapkan rahmat-Nya
  • Golongan yang beribadah kepada Allah SWT atas dasar rasa cinta kepada-Nya

Dalam riwayat tersebut dijelaskan, golongan pertama memiliki tiga tanda, yaitu merasa rendah diri di hadapan Allah SWT, merasa kebaikannya masih sangat sedikit, dan merasa dosanya banyak.

Kemudian, golongan kedua memiliki tiga ciri, yakni menjadi panutan masyarakat setiap saat, menjadi orang yang paling pemurah dalam masalah harta karena ia zuhud, dan selalu berbaik sangka kepada Allah SWT dan semua makhluk-Nya.

Adapun, golongan ketiga juga memiliki tiga tanda, yaitu mampu memberikan sesuatu yang dicintainya dan tidak merisaukannya asal Allah SWT meridhai itu, mampu menjalankan amal saleh meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya dan tidak mau menghiraukan hawa nafsu itu asal Allah SWT meridhainya, dan selalu menaati perintah dan larangan Allah SWT setiap saat.




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads