Kiamat digambarkan sebagai hancurnya bumi dan seluruh isinya. Studi baru-baru ini menunjukkan "tanda kiamat" muncul di dedaunan hutan tropis.
Tanda kiamat dalam hal ini adalah kehancuran bumi yang disebabkan oleh pemanasan global. Para ilmuwan melaporkan temuannya terkait suhu ekstrem yang menyebabkan gangguan fotosintesis pada daun.
Melansir Science News, Rabu (30/8/2023), menurut laporan tahun 1864, daun beberapa tanaman dapat bertahan hidup di suhu 50° celsius, namun kemudian mati karena melebihi ambang batas tersebut. Lebih dari 150 tahun kemudian, para peneliti kembali melaporkan hal serupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahun 2021, sebuah penelitian terhadap 147 spesies pohon tropis menunjukkan suhu rata-rata yang menyebabkan kegagalan fotosintesis berada di angka 46,7° celsius. Kemudian, menurut laporan terbaru pada 23 Agustus 2023 lalu, setiap tahun sekali sekitar 1 dari setiap 10.000 daun mengalami suhu ekstrem saat fotosintesis.
Ketika daun menjadi terlalu panas, protein yang mengubah energi cahaya menjadi gula dalam proses fotosintesis menjadi rusak. Untuk membandingkannya, para peneliti menggunakan data dari ECOSTRESS, sebuah sensor termal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), yang menangkap suhu vegetasi di permukaan bumi dalam piksel 70 meter.
Berdasarkan analisis para peneliti, pada saat hutan panas dan tanah kering, suhu di seluruh kanopi bisa mencapai puncak rata-rata 34° celsius. Namun, ada beberapa saluran yang melebihi 40° celsius.
Perbandingan tersebut juga mengungkapkan detail yang tidak terjangkau oleh ECOSTRESS. Tim peneliti menemukan, sekitar 0,01 persen daun di kanopi bagian atas menjadi panas pada suhu di atas ambang batas 46,7° celsius.
Para peneliti memperingatkan, jumlah tersebut mungkin terhitung kecil, namun gangguan fotosintesis dapat membahayakan seluruh hutan jika perubahan iklim tidak dihentikan. Mereka memberikan simulasi, peningkatan suhu sekitar 4° celsius di atas suhu saat ini di hutan tropis berpotensi menyebabkan daun mati massal.
Ahli ekologi Northern Arizona University di Flagstaff, Christopher Doughty, menyebut temuan mereka menjadi titik kritis yang sangat mengerikan, di mana hutan tropis akan musnah. Meski demikian, ia mengakui masih adanya ketidakpastian.
Beberapa ketidakpastian disebabkan karena kemampuan adaptasi spesies pohon dan dampak kematian pohon yang belum bisa dipahami dengan baik.
Ahli ekologi Oregon State University di Corvallis, Christopher Still, turut mengasumsikan bahwa ketika daun mencapai suhu kritis ini, mereka akan mati. Hal ini mungkin saja terjadi, namun ia tidak sepenuhnya memahami berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Di antara hutan tropis, Amazon diprediksi paling rentan. Menurut peneliti, kemungkinan ini terjadi karena suhu di Amazon sedikit lebih panas dibandingkan di Afrika.
Para ilmuwan melaporkan "tanda kiamat" ini pada 23 Agustus 2023 di Nature.
(kri/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!