Bolehkah Sholat Isya Jam 3 Pagi?

Bolehkah Sholat Isya Jam 3 Pagi?

Rahma Harbani - detikHikmah
Jumat, 25 Agu 2023 20:00 WIB
Shot of a Muslim young man worshiping in a mosque.
Ilustrasi. Bolehkah sholat Isya jam 3 pagi? (Foto: Getty Images/CiydemImages)
Jakarta -

Pengamalan sholat fardhu dikerjakan pada waktu-yang ditetapkan Allah SWT, termasuk pengamalan sholat Isya. Lantas, bolehkah sholat Isya jam 3 pagi?

Dikutip dari buku Waktu Shalat karya Ahmad Sarwat, Lc, MA, sholat dianggap tidak sah bila dikerjakan di luar waktu yang ditetapkan. Sholat yang tidak sah tersebut karena dikerjakan telat atau terlalu cepat dengan sengaja tanpa unsur syar'i.

Waktu sholat Isya dapat dikatakan memiliki jeda terpanjang dengan waktu sholat selanjutnya yakni sholat Subuh. Dikutip dari Shalatul Mu'min oleh Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthani, waktu sholat Isya dimulai sejak terbenamnya awan merah hingga berlalunya pertengahan malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan hadits dari 'Abdullah bin 'Amr yang mengutip sabda Rasulullah SAW,

وَوَقْتُ صَلَاةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ الْأَوْسَطِ

ADVERTISEMENT

Artinya: "Dan waktu sholat Isya itu berlangsung sampai pertengahan malam." (HR Muslim)

Berbeda dengan amalan sholat fardhu lainnya, mengakhirkan pengamalan sholat Isya hingga sepertiga malam menurut mayoritas ulama fuqoha merupakan suatu kesunnahan. Bahkan dijelaskan dalam riwayat hadits dari Aisyah RA, Rasulullah SAW menganjurkan sholat Isya di akhir waktu selama tidak memberatkan muslim.

"Pada suatu malam, Nabi SAW pernah mengakhirkan sholat Isya hingga hampir lewat separuh malam dan hingga para jemaah yang sudah berada di masjid tertidur (saat menunggu beliau). Setelah itu, barulah beliau keluar untuk mengerjakan sholat. Selesai sholat, beliau bersabda, 'Sesungguhnya, inilah waktunya yang utama sekiranya aku tidak khawatir akan memberatkan atas umatku.'" (HR Muslim)

Diriwayatkan pula dari Ahmad, Tirmidzi, dan Nasa'i bahwa Rasulullah SAW pernah diimami sholat isya oleh Malaikat Jibril pada sepertiga malam. Dengan demikian, bolehkah amalkan sholat Isya menjelang Subuh?

Persoalan Sholat Isya Jam 3 Pagi

Menurut Syaikh Muhammad Al-Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1, tidak ada dalil yang menunjukkan sholat Isya hingga waktu terbitnya fajar. Menurutnya, batas akhir sholat isya dikerjakan pada pertengahan malam, tidak lebih dari itu.

Senada dengan itu Imam Syafi'i dalam Kitab Al Umm juga berpendapat bahwa akhir waktu sholat Isya yang disebut dalam riwayat hadits merujuk pada sepertiga malam pertama, bukan waktu sepertiga malam terakhir. Waktu sepertiga malam pertama tersebut kurang lebih 3 jam 20 menit dari waktu Maghrib.

"Contoh, jika Maghrib jam 18.00 WIB dan Subuh 04.00 WIB maka sepertiga malam pertama adalah sekitar 21.20 WIB," demikian jelas Abu Utsman Kharisman dalam buku Fiqih Bersuci dan Sholat Sesuai Tuntunan Nabi.

Imam An Nawawi dalam Fiqh As Sunnah menambahkan, tidak dianjurkan untuk mengakhirkan sholat Isya hingga lebih dari pertengahan malam. Meski demikian, menurutnya, sholat Isya yang dikerjakan seseorang tetap sah bila diamalkan pada sepertiga malam terakhir, termasuk jam 3 pagi.

Ditambah lagi, ada sejumlah ulama ahli fikih yang berpendapat bahwa batas akhir sholat Isya dikerjakan hingga terbit fajar. Salah satunya diyakini oleh Dawud Azh Zhahiri.

Adapun waktu sholat Isya jam 3 pagi atau sesudah berlalunya separuh malam hingga waktu terbit fajar adalah waktu darurat bagi mereka yang terlupa atau tertidur. Keterangan ini disandarkan dalam hadits Abu Qatadah RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW,

أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ فِي النَّوْمِ تَفْرِيطُ إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ الصَّلَاةَ حَتَّى يَجِيءَ وَقْتُ الصَّلَاةِ الْأُخْرَى فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلْيُصَلِّهَا حِينَ يَنْتَبِهُ لَهَا

Artinya: "Adapun jika tertidur, maka tidak ada istilah 'tafrith' (sengaja menunda-nunda dan menyia-nyiakan sholat) di dalamnya. Sesungguhnya 'tafrith' itu hanyalah jika seseorang (dalam keadaan terjaga lalu) belum mengerjakan suatu sholat hingga tiba waktu shalat berikutnya. Karenanya, barang siapa yang lupa atau tertidur, hendaklah dia mengerjakan sholat yang tertinggal ketika sudah bangun atau teringat."

Meski demikian, Rasulullah SAW sendiri tidak menyukai perbuatan tidur sebelum sholat Isya karena dapat menyebabkan terlewatnya waktu sholat. Abu Barzah Al Aslami RA berkata,

وَكَانَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ الَّتِي تَدْعُونَهَا الْعَتَمَةَ وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ بَعْدَهَا

Artinya: Beliau senang mengakhirkan waktu sholat Isya, yakni sholat yang biasa kalian menyebutnya dengan atamah dan beliau tidak menyukai tidur sebelumnya dan begadang sesudahnya." (HR Bukhari Muslim)

Wallahu'alam.




(rah/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads