Nabi Muhammad SAW melewati masa sulit sejak kecil, tepatnya sepeninggalan sang ibu, Aminah binti Wahb, ke rahmatullah. Sejak saat itu beliau menjadi yatim piatu.
Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu pada usia 6 tahun setelah wafatnya Aminah binti Wahb. Sementara sang ayah, Abdullah bin Abdul Muththalib, telah lebih dulu meninggal saat Nabi Muhammad SAW berada di kandungan Aminah, seperti dikatakan Ibnul Jauzi dalam Al Wafa.
Baca juga: Apakah Nabi Muhammad Punya Saudara Kandung? |
Diceritakan dalam riwayat Ibnu Abbas, ibunda Nabi Muhammad SAW wafat saat dalam perjalanan pulang ke Makkah usai mengajak Nabi SAW menjenguk paman-pamannya dari bani Adi bin An-Najjr di Madinah. Di sanalah tempat sang ayah dikebumikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada Ummu Aiman yang menyertai perjalanannya. Keduanya mengendarai unta dan turun di rumah An-Nabighah. Mereka menginap selama sebulan.
Rasulullah SAW dalam salah satu riwayat pernah menceritakan mengenai peristiwa-peristiwa selama ibu beliau tinggal di tempat tersebut. Beliau mengenang ketika melihat bangunan rumah bani Adi bin Najjar di Madinah lalu berkata,
"Aku pernah bermain dengan seorang gadis budak yang ramah dari golongan Anshar di atap bangunan-bangunan ini. Aku juga ditemani oleh anak-anak pamanku. Kami menerbangkan seekor burung yang jatuh di atap itu."
Beliau melihat rumah itu dan menuturkan,
"Di sinilah aku dan ibuku singgah. Di rumah ini pula kuburan ayahku, Abdullah bin Abdul Muththalib berada. Dan aku pernah menyeburkan diriku ke dalam pemandian bani 'Adiy bin An-Najjar."
Ibnul Jauzi dalam Al Wafa menceritakan, pernah suatu ketika terjadi perselisihan di antara kelompok Yahudi dan mereka meminta pendapat kepada nabi. Ummu Aiman mendengar mereka mengatakan, "Dialah nabi umat ini, dan inilah tempat hijrahnya."
Sang ibu kemudian membawa beliau pulang ke Makkah. Setibanya di Kota Abwa', ibunda Rasulullah SAW meninggal dan ia dimakamkan di tempat itu. Lalu, Ummu Aiman membawa Nabi SAW pulang ke Makkah dan terus mengasuh beliau.
Nabi Berada di Bawah Asuhan Kakek-Paman
Setelah menjadi yatim piatu, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib. Menurut buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, beliau berada di dalam asuhan kakeknya hingga menjelang usia 9 tahun karena kakeknya wafat. Abdul Muththalib saat itu sudah berusia 80 tahun.
Abdul Muththalib adalah tetua yang berpengaruh di kalangan bangsa Quraisy. Semua urusan yang terjadi di Kota Makkah akan dikembalikan padanya, sebagaimana diceritakan dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Chalil.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana kesedihan Nabi Muhammad SAW ditinggal oleh orang-orang terkasihnya berpulang ke rahmatullah dalam waktu yang cukup berdekatan. Ada yang mengatakan, beliau selalu menangis sambil mengantarkan keranda jenazah sampai ke peristirahatan terakhir.
Sepeninggalan sang kakek, Nabi Muhammad SAW kemudian diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Ia bukan paman nabi yang tertua dan bukan pula yang paling mampu dari segi ekonomi. Namun, Abu Thalib memiliki perasaan paling halus dan terhormat di kalangan Quraisy.
Abu Thalib amat menyayangi keponakannya seperti Abdul Muththalib. Ia bahkan mendahulukan keponakannya dibandingkan anak-anaknya sendiri.
Dalam asuhan pamannya inilah Nabi Muhammad SAW mulai ikut berdagang. Beliau menemani pamannya berdagang sampai ke Syam. Ketika itu Nabi Muhammad SAW masih berusia 12 tahun.
(kri/nwk)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Acara Habib Rizieq di Pemalang Ricuh, 9 Orang Luka-1 Kritis