Struktur dan susunan kepanitian diambilkan dari sejumlah lembaga atau institusi. Antara lain, Kementerian Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia, Kementerian Perhubungan dan perusahaan media. Penulis bergabung dalam bidang layanan Media Center Haji atau MCH 2023. Bidang layanan ini salah satu tugasnya adalah menginformasikan semua pelaksanaan ibadah jemaah haji Indonesia selama musim haji, baik selama di Makkah, Madinah mau pun di tanah air.
Meski masing-masing layanan tersebut sudah memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing, namun berulang kali Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) mengingatkan bahwa semua petugas PPIH Arab Saudi harus siap melayani apapun kebutuhan jemaah. Petugas harus siap memberikan layanan lintas bidang. Apalagi tahun ini dari total sekitar 210 ribu jemaah haji Indonesia yang berangkat ke tanah suci, ada 61.536 di antaranya berusia lanjut.
Sementara jumlah total petugas hanya sekitar 4600 untuk semua bidang layanan. Khusus untuk bidang layanan Lansia ada 345 orang petugas. Rasio jumlah jemaah haji Lansia dibanding dengan jumlah petugas adalah 61.536 berbanding 345. Angka perbandingan yang jauh dari kata ideal.
Begitu juga dengan rasio total jumlah jemaah haji dibanding petugas yang 210 ribu jemaah berbanding 4600 petugas, sangat jauh dari ideal. Sehingga cukup beralasan ketika Menteri Agama Gus Yaqut meminta semua petugas, -tanpa melihat latar belakang bidang layanan-, melayani seluruh jemaah haji Indonesia. Petugas layanan bidang MCH, Transportasi, Kesehatan atau yang lainnya harus siap membantu ketika ada jemaah Lansia membutuhkan bantuan.
Awalnya penulis menganggap itu hanya imbauan semata. Penulis masih berharap realita di lapangan akan jauh berbeda. Misalnya, meski status jemaah adalah Lansia tapi mereka masih sehat dan kuat untuk melaksanakan semua rukun wajib dan sunnah haji di tanah suci. Sebab dalam perkiraan penulis, sebelum seorang calon jemaah diputuskan bisa berangkat ke tanah suci akan melewati tahapan screening, atau pemeriksaan kesehatan. Sehingga penulis yakin calon jemaah dipastikan sehat, kuat dan bisa melaksanakan semua rukun ibadah haji.
Menjelang Subuh di Arab Saudi, 6 Juni 2023 ini hari pertama penulis ke Masjidil Haram di Makkah. Berangkat dari kantor daerah kerja, -yang berjarak kurang lebih 5 kilo meter-, ke Masjidil Haram pukul 03.00 dini hari waktu Arab Saudi, penulis berharap bisa duduk di dalam masjid persis saat Adzan Subuh berkumandang.
Namun benarlah kata pepatah, manusia hanya bisa berencana Tuhan yang menentukan. Turun dari terminal Sheeb Amir, yakni sebuah terminal bus sholawat untuk jemaah haji Indonesia, penulis yang bersama rombongan MCH 2023 bertemu dengan dua jemaah Lansia yang terpisah dari rombongan. Satu jemaah pria berusia 73 tahun asal Sumatera Utara, satu lagi jemaah perempuan berusia 81 tahun dari Riau.
Keduanya duduk di atas kursi roda yang masing-masing dijaga oleh seorang pria berwajah timur tengah. Dua pria itu tak mau melepaskan dua jemaah Lansia asal Indonesia tersebut jika belum membayar biaya sewa kursi roda. Si jemaah perempuan dari Riau sebenarnya membawa uang, namun dia ragu untuk membayar lantaran tak bisa mengerti bahasa pria yang mendorong kursi rodanya. Sementara si jemaah pria tak membawa uang sama sekali, padahal dia seorang diri terpisah dari rombongan dan tidak membawa alat komunikasi.
Masalah akhirnya selesai setelah dua jemaah itu bertemu dengan petugas MCH 2023 yang kemudian menghubungi petugas Sektor Khusus Masjidil Haram. Meski untuk itu proses negosiasi dengan 2 pria pemilik kursi roda itu harus berlangsung selama 30 menit.
Setelah masalah selesai, penulis meninggalkan terminal Sheeb Amir menuju area Masjidil Haram persis saat Iqomah berkumandang. Area Masjidil Haram sudah penuh jemaah, penulis kebagian di luar area persis di bawah jembatan.
Selesai sholat penulis berniat menuju area dalam Masjidil Haram untuk sekadar minum air zam zam, syukur syukur bisa iktikaf di dalamnya. Lagi-lagi, manusia hanya bisa berencana Tuhan yang menentukan. Baru berjalan sekitar 50 langkah, seorang jemaah Lansia menghampiri penulis. Dia melaporkan suaminya membutuhkan kursi roda karena kelelahan.
Di tempat lain seorang petugas MCH juga dihampiri jemaah Lansia yang tersesat dan terpisah dari rombongan. Ada juga jemaah yang berjalan berjingkat menahan panas karena tak memakai sandal atau alas kaki. Di WhatsApp group PPIH 2023, pesan berantai tentang jemaah tersesat, terpisah dari rombongan, kelelahan bertubi-tubi masuk.
Ya, Allah. Penulis akhirnya sadar, pesan Menag Gus Yaqut benar adanya. Ketika sudah diikrarkan sebagai petugas haji harus siap melayani jemaah haji tanpa memandang latar belakang bidang layanan. Sejumlah petugas MCH 2023 yang tugasnya sebagai penyebar informasi, harus berjibaku membantu jemaah Lansia, jemaah tersesat atau jemaah yang kehilangan sandal. Begitu juga petugas bidang layanan lainnya.
Semua petugas, -tanpa memandang latar belakang bidang layanan-, harus siap dan ikhlas memberikan bantuan kepada jemaah haji 2023. Bahkan meski sebagai petugas haji diberikan hak untuk melaksanakan ibadah haji, namun ketika ada jemaah yang lebih membutuhkan itu harus diutamakan.
Itu juga yang dipesankan oleh guru dan orang tua Habib Husein Jafar Al Hadar. Tahun ini Habib Husein dipercaya sebagai Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) Haji 2023. Sebelum berangkat ke tanah suci, Habib Husein berpamitan kepada guru dan orang tuanya, "Saya pamit berangkat haji".
Namun oleh sang guru dan orang tuanya, Habib Husein Jafar mendapat teguran. "Kalau tidak bisa berhaji ya jangan berhaji, karena kamu berangkat sebagai petugas haji," kata Habib Husein Jafar pada suatu hari di kantor Daker Makkah.
Hampir semua petugas haji sepertinya mendapatkan pesan serupa Habib Husein Jafar. Meski mereka memiliki banyak kesempatan untuk umrah sunnah, iktikaf dan beribadah di Masjidil Haram, banyak petugas memilih menomorduakan ibadah sunah tersebut dan memilih berjibaku membantu jemaah. Menggendong, memapah, menyuapi, hingga membersihkan kotoran jemaah adalah rutinitas harian para petugas haji.
Puncaknya adalah saat pelaksanaan puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) dari 8 sampai 13 Dzulhijjah. Di sini tugas dan tanggung jawab petugas akan lebih berat. Saat terjadi insiden Muzdalifah, tak sedikit petugas haji yang menangis. Beberapa petugas juga berada di Muzdalifah saat insiden terjadi. Namun baik petugas yang berada di dalam area Muzdalifah maupun di luar tak bisa berbuat banyak, sebab pelayanan konsumsi, transportasi dan penginapan di Arafah, Muzdalifah dan Mina adalah otoritas Mashariq, -konsorsium perusahaan di Arab Saudi-.
Setelah semua jemaah bisa dievakuasi dari Muzdalifah ke Mina, petugas sedikit lega. Namun belum sepenuhnya bisa tenang, sebab masih ada satu prosesi lagi yakni melempar jumrah. Jarak terdekat penginapan jemaah haji Indonesia dengan lokasi melempar jumrah di Jamarat sekitar 7 kilometer. Sehingga minimal satu jemaah menempuh perjalanan 14 kilometer pulang pergi.
Mengingat jarak yang tak dekat, Kementerian Agama pun mengimbau untuk jemaah haji Lansia agar dibadalkan saja untuk melempar jumrah. Namun imbauan itu tak sepenuhnya dilaksanakan oleh jemaah. Pantauan penulis, banyak jemaah Lansia memaksakan diri untuk tetap berjalan kaki menempuh rute yang jauh untuk melempar jumrah.
Mau tak mau petugas harus siaga di beberapa titik di jalur dari maktab jemaah haji Indonesia di Mina-Jamarat dan sebaliknya. Semua petugas lintas bidang layanan dari layanan Lansia, transportasi, kesehatan, konsumsi, akomodasi dikerahkan untuk membantu jemaah. Tanpa kenal lelah para petugas membantu jemaah haji, baik yang tersesat, kelelahan, bahkan ada yang sakit hingga harus digendong karena tak kuat lagi berjalan.
Setelah pelaksanaan puncak ibadah haji selesai, kami petugas bisa bernafas agak lega dan sejenak beristirahat. Sebab setelah itu setidaknya jemaah tidak melaksanakan ibadah yang menguras banyak tenaga. Di Masjidil Haram pun tak banyak lagi jemaah yang tersesat. Jemaah sudah banyak yang hafal rute dari hotel tempat menginap menuju terminal hingga pintu-pintu di Masjidil Haram.
Hingga tiba saatnya, jemaah termasuk petugas haji melaksanakan tawaf wada atau tawaf perpisahan karena harus meninggalkan Makkah. Ini adalah momen terberat, bahkan lebih berat dari saat harus berjalan kaki dari Maktab ke Jamarat untuk melempar jumrah. Berat karena harus meninggalkan tanah suci dan mengakhiri tugas sebagai pelayan jemaah haji, tamu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kami harus meninggalkan Makkah dan Madinah, tanah haram Rasulullah Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Kami petugas haji adalah pelayan tamu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kami takut sebagai pelayan, kami belum membuat puas para tamu Allah Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Kami takut Allah Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak berkenan dengan pelayanan kami
Tapi kami berharap dan ingin kembali ke tanah suci, menjadi pelayan tamu sang Maha Rahman
اللَّهُمَّ أَنَا عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ أَتَيْتُكَ بِذُنُوبٍ كَثِيرَةٍ وَأَعْمالٍ سَيِّئَةٍ، وَهَذَا مَقَامُ العَائِذِ بِكَ مِنَ النَّارِ، فَاغْفِرْ لِي إِنَّكَ أَنتَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Ya Allah, aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu, aku datang dengan membawa dosa yang banyak dan amal-amal yang buruk. Ini adalah tempat untuk memohon perlindungan kepada-Mu dari neraka, maka ampunilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
اَللَّهُمَّ لَاتَجْعَلْ هَذَا أخِرَ الْعَهْدِ مِنْ حَرَمِ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَيَسِّرْلِيْ سَبِيْلَ الْعَوْدَةِ اِلَى الْحَرَمَيْنِ بِمَنِّكَ وَفَضْلِكَ وَارْزُقْنِيَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَرُدَّنَا سَالِمِيْنَ مَقْبُوْلِيْنَ.
"Ya Allah, jangan Engkau jadikan ziarah di tanah haram rasul-Mu sebagai ziarah yang terakhir. Mudahkanlah aku ya Allah untuk kembali lagi ke Makkah dan Madinah dengan mudah atas anugerah-Mu. Berilah maaf kepadaku atas kesalahan dan berilah aku keselamatan di dunia dan akhirat, dan kembalikan kami ke kampung halaman dalam keadaan selamat dan beruntung.
Erwin Dariyanto
Redaktur Pelaksana detikHikmah, detikEDU dan Spesialis Content detikcom
Petugas Haji Indonesia 2023
Artikel ini adalah pendapat pribadi penulis. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana