Sejarah Berdirinya MUI, Organisasi yang Rayakan Milad ke-48

Sejarah Berdirinya MUI, Organisasi yang Rayakan Milad ke-48

Devi Setya - detikHikmah
Rabu, 26 Jul 2023 19:15 WIB
Majelis Ulama Indonesia
Logo MUI Foto: Dok. MUI
Jakarta - MUI dikenal sebagai salah satu organisasi keagamaan di Indonesia. MUI yang merupakan singkatan dari Majelis Ulama Indonesia ini memiliki sejarah yang panjang dalam masa pembentukannya.

Melansir laman resmi MUI Digital, Rabu (26/7/2023)MUI adalah wadah musyawarah bagi para Ulama, Zu'ama, dan Cendekiawan Muslim di Indonesia. Tujuan dari musyawarah ini adalah untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia.

Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta.

Awal Perjalanan MUI

MUI berdiri sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zu'ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air, antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26 Provinsi di Indonesia pada masa itu. 10 orang ulama diantaranya merupakan unsur dari ormas-ormas Islam tingkat pusat, yaitu, NU, Muhammadiyah, Syarikat Islam, Perti. Al Washliyah, Math'laul Anwar, GUPPI, PTDI, DMI dan Al Ittihadiyyah, 4 orang ulama dari Dinas Rohani Islam, Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut dan POLRI serta 13 orang tokoh/cendekiawan yang merupakan tokoh perorangan.

Dari musyawarah yang dilakukan pada 1975 tersebut dihasilkan sebuah kesepakatan untuk membentuk wadah tempat bermusyawarahnya para ulama zuama dan cendekiawan muslim, yang tertuang dalam sebuah "Piagam Berdirinya MUI," yang ditandatangani oleh seluruh peserta musyawarah yang kemudian disebut Musyawarah Nasional Ulama I.

Majelis Ulama Indonesia, sesuai niat kelahirannya, adalah wadah silaturahmi ulama, zuama dan cendekiawan Muslim dari berbagai kelompok di kalangan umat Islam. Kemandirian Majelis Ulama Indonesia tidak berarti menghalanginya untuk menjalin hubungan dan kerjasama dengan pihak-pihak lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri, selama dijalankan atas dasar saling menghargai posisi masing-masing serta tidak menyimpang dari visi, misi dan fungsi Majelis Ulama Indonesia.

Hubungan dan kerjasama itu menunjukkan kesadaran Majelis Ulama Indonesia bahwa organisasi ini hidup dalam tatanan kehidupan bangsa yang sangat beragam, dan menjadi bagian utuh dari tatanan tersebut yang harus hidup berdampingan dan bekerjasama antarkomponen bangsa untuk kebaikan dan kemajuan bangsa. Sikap Majelis Ulama Indonesia ini menjadi salah satu ikhtiar mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil alamin (Rahmat bagi Seluruh Alam).

Daftar Ketua MUI

Sejak berdiri, Majelis Ulama Indonesia mengalami beberapa kali musyawarah nasional, dan mengalami beberapa kali pergantian Ketua Umum. Ketua Umum MUI pertama adalah Prof. Dr. Hamka.

Berikut daftar nama Ketua Umum yang pernah dan masih menjabat di MUI.

1977 - 1981 Prof Dr Hamka
1981 - 1983 KH Syukri Ghozali
1985 - 1998 KH Hasan Basri
1998 - 2000 Prof KH. Ali Yafie
2000 - 2014 KH M Sahal Mahfudz
2014 - 2015 Prof Dr HM. Din Syamsuddin
2015 - 2020 Prof Dr KH. Ma`ruf Amin
2020 - Sekarang KH. Miftachul Akhyar

Ketua Umum MUI yang pertama, kedua, ketiga, dan kelima telah meninggal dunia dan mengakhiri tugas-tugasnya. Sedangkan yang keempat dan dua yang terakhir masih terus berkhidmah untuk memimpin majelis para ulama ini.

Tahun 2023 ini, MUI menginjakkan kaki di usia 48 tahun. Selama perjalanan ini, MUI memiliki beberapa komitmen yang terus dijalankan. Berikut beberapa komitmen MUI:

  • Memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam Indonesia dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
  • Memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat, meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antar-umat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa.
  • Menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penerjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional
  • Meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslim dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik.




(dvs/dvs)

Hide Ads