Pakai Kata Silaturahmi atau Silaturahim? Ini Penjelasannya

Pakai Kata Silaturahmi atau Silaturahim? Ini Penjelasannya

Rahma Harbani - detikHikmah
Sabtu, 01 Jul 2023 10:00 WIB
Ilustrasi Silaturahmi Lebaran
Ilustrasi. Pakai kata silaturahmi atau silaturahim? (Foto: Shutterstock)
Jakarta -

Penggunaan kata yang tepat di antara silaturahim dengan silaturahmi mungkin masih membingungkan bagi sebagian muslim. Lantas, kata apa yang benar?

Pada dasarnya, kedua kata tersebut berasal dari akar kata yang sama. Dikutip dari buku Kosakata Keagamaan karangan Quraish Shihab, kedua kata tersebut bermakna persahabatan atau persaudaraan.

Sementara, dalam bahasa aslinya yakni bahasa Arab, kata tersebut merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata shilah dan al rahim. Makna shilah dalam bahasa Arab didefinisikan sebagai sambungan, menyambung, menjalin, atau menghubungkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, kata al rahim atau al rahmi tersusun dari kata rahima - yarhamu. Kata rahima - yarhamu ini melahirkan bentuk masdar atau kata infinitif yang bermakna kasih sayang dan rasa sakit pada rahim wanita setelah melahirkan.

Silaturahmi atau Silaturahim?

Dikutip dari H. Ahmad Faisal Marzuki dalam buku Mendirikan Salat Menegakkan Peradaban, silaturahim erat kaitannya dengan hubungan darah atau kekeluargaan. Sementara silaturahmi disebut memiliki arti kasih sayang terhadap sesama dan meluas.

ADVERTISEMENT

Untuk itu, H. Ahmad Faisal Marzuki mengatakan, penggunaan keduanya berbeda. Ketika hendak berkunjung ke rumah orang tua, kakek-nenek seperti saat Lebaran dapat menggunakan kata silaturahim sedangkan istilah saat berkunjung ke rumah teman dapat menggunakan silaturahmi.

Senada dengan itu, Dra. Udji Asiyah, M.Si dalam buku Dakwah Cerdas berpendapat, kata silaturahim lebih tepat digunakan untuk menggambarkan aktivitas saling berkunjung untuk mempererat tali persaudaraan yang masih memiliki hubungan darah. Berbeda dengan silaturahmi yang merujuk pada hubungan persahabatan atau pertemanan.

Sementara itu, menurut Majelis Tarjih Muhammadiyah, keduanya sama-sama tepat. Hanya saja, yang membedakan kedua katanya adalah konteks dalam penulisannya. Konteks yang dimaksud adalah penulisan dalam bahasa Arab dan Indonesia.

Untuk konteks penulisan bahasa Arab, kata silaturahim memiliki makna literal Arab yang paling tepat. Pasalnya, bila merujuk sejumlah hadits dari sabda Rasulullah SAW, beliau lebih banyak menggunakan kata rahim atau silaturahim dibandingkan dengan kata rahmi dari silaturahmi.

Salah satu contohnya dapat ditemukan pada hadits sebagai berikut,

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مُتَمَسِّكَةٌ بِاْلعَرْشِ تَكَلَّمَ بِلِسَانٍ ذَلِقٍ: "اَللَّهُمَّ صِلْ مَنْ وَصَلَنِي وَاقْطَعْ مَنْ قَطَعَنِي". فَيَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: "أَنَا الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ، وَإِنِّي شَقَقْتُ لِلرَّحِمِ مِنَ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ نَكَثَهَا نَكَثْتُهُ". [أخرجه الهيثمي]

Artinya: Diriwayatkan dari Anas, diriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,

"Sesungguhnya rahim (kekerabatan) itu adalah cabang kuat di 'Arsy berdoa dengan lisan yang tajam: "Ya Allah sambunglah orang yang menyambungku dan putuslah orang yang memutusku,"

Maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, "Aku adalah ar-Rahman ar-Rahim. Sungguh Aku pecahkan dari namaKu untuk rahim (kekerabatan), maka barangsiapa menyambungnya niscaya Aku menyambung orang itu, dan barangsiapa memutuskannya pasti Aku memutuskan orang itu." (HR al-Haitsami)

Adapun konteks penulisan bahasa Indonesia, Majelis Tarjih Muhammadiyah menyebut kata silaturahmi telah diserap dan disesuaikan ke dalam ejaan bahasa Indonesia.

"Kata 'silaturahmi' telah menjadi bahasa Indonesia, maka tidak mengapa menuliskan atau mengucapkannya sesuai dengan yang mudah bagi lisan kita," tulis Muhammadiyah.

Kata silaturahmi bahkan sudah terdaftar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang bermakna tali persahabatan (persaudaraan). Untuk itu, orang Indonesia lebih disarankan menggunakan kata silaturahmi yang makna katanya sudah dikembalikan ke dalam bahasa Indonesia.

"Karenanya, ketika seseorang mengatakan 'silaturahmi', maka dikembalikan ke makna Indonesia dan bukan secara harfiah diartikan dalam bentuk Arab. Sebab kata tersebut telah mengalami transformasi makna," bunyi penjelasan dari laman Muhammadiyah.

Kasus serupa juga ditemukan pada kata serapan dari bahasa Arab lain yakni, kitab. Bila kata kitab dikembalikan pada makna aslinya, hanya sekadar bermakna buku bacaan. Sementara itu, bagi masyarakat Indonesia, kitab lebih bermakna spesifik yang merujuk pada buku keagamaan.

Menurut Majelis Tarjih Muhammadiyah, bahasa akan selalu mengalami modifikasi, terutama ketika ditransliterasikan dan diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Hal ini juga disebut hal yang wajar dalam kebahasaan dan tidak termasuk kesalahan dalam syara.




(rah/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads