Dalam hitungan hari, seluruh umat Muslim di dunia akan merayakan Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah. Setelah melaksanakan sholat Idul Adha, jamaah selalu mendengarkan khutbah Idul Adha dari imam.
Khutbah Idul Adha selalu berbeda setiap tahunnya, namun masih mengangkat tema tentang perayaan Idul Adha. Dikutip dari laman NU Online, berikut beberapa contoh khutbah Idul Adha.
Khutbah Idul Adha
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khutbah Idul Adha Kesabaran Nabi Ibrahim
Hari ini kaum Muslimin merayakan Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah. Idul Adha identik dengan kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Hubungan bapak-anak ini menjadi suri tauladan bagi seluruh umat Muslim dalam banyak hal, misalnya sebagai contoh ketaatan kepada Allah SWT.
Nabi Ibrahim AS adalah seorang hamba Allah yang berhati lembut, sabar, dan penyantun. Beliau adalah seorang ayah yang merupakan teladan banyak orang dalam hal kepemimpinan.
Saat berusia 100 tahun, Nabi Ibrahim AS mendapatkan anak pertamanya dari Siti Hajar. Namun, tak lama sejak itu ia terus bermimpi jika ia harus menyembelih anaknya satu persatu ketika sudah menginjak remaja. Nabi Ibrahim AS pun menyadari bahwa mimpi itu merupakan perintah dari Allah SWT sehingga ia harus melaksanakannya.
Bagaimana sikap Nabi Ibrahim AS dalam menghadapi perintah tersebut? Meskipun anak yang telah dinanti-nantikannya sudah lama harus disembelih, beliau tetap menaati perintah itu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Berkaitan dengan kesabaran, Imam al-Ghazali menyebutkan:
وَالصَّبْرُ عَلَى أَوْجُهٍ: صَبْرٌ عَلَى طَاعَةِ اللهِ، وَصَبْرٌ عَلَى مَحَارِمِهِ، وَصَبْرٌ عَلَى اْلمُصِيْبَةِ
Artinya: "Sabar itu terdiri dari beberapa bagian, yaitu (1) sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, (2) sabar dalam menjahui larangan-larangan Allah, (3) sabar dalam menerima musibah." (Al-Ghazali, Mukâsyafatul Qulûb, [Beirut, Dâr al-Qalam], halaman 16).
Dari cerita tersebut, kita mengetahui bahwa ketaatan Nabi Ibrahim AS yang bersedia menyembelih anaknya adalah bentuk kesabaran dalam menaati perintah Allah SWT. Melihat dari situ, kita juga dapat melihat Nabi Ibrahim AS sudah melakukan tiga jenis kesabaran, yaitu sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT, sabar dalam meninggalkan larangan-Nya, dan sadar dalam menerima musibah berupa ujian berat dari-Nya.
Nabi Ibrahim AS tetap melaksankan perintah Allah SWT walaupun terdapat perasaan sedih di hatinya karena ia hanya manusia biasa yang memiliki perasaan. Namun, rasa sedih itu berubah menjadi keikhlasan ketika Nabi Ismail As menjawab,
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS Ash-Shaffât:102).
Keteguhan Nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah tersebut merupakan kesabaran dalam mentaati Allah SWT. Walaupun perintah Allah SWT merupakan musibah baginya, ia tetap menaati perintah tersebut dan tak ingin melanggarnya.
Kisah kesabaran yang dimiliki Nabi Ibrahim AS patut diteladani oleh seluruh umat Muslim. Sebaiknya manusia juga tetap mengikuti dan melaksanakan perintah Allah SWT, jangan sampai melanggar perintah yang diberikan Allah SWT.
Khutbah Dua Dimensi Ibadah dalam Kurban
Dalam Al-Qur'an Surah Al-Kautsar ayat 1-3, Allah berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah. Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."
Ayat ini sebaiknya menjadi renungan bagi kita atas banyaknya nikmat yang sudah diberikan Allah SWT kepada kita. Allah SWT dalam memberikan nikmat tidak pernah perhitungan, sehingga tak terhingga nikmat yang sudah diberikan kepada hamba-Nya.
Kenikmatan yang sudah diterima ini sebaiknya dibalas dengan rasa syukur. Salah satu bentuk rasa syukur yang dapat dilakukan adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, mulai dari mengerjakan sholat lima waktu, mengaji, hingga menyembelih hewan kurban.
Mendekatkan diri kepada Allah SWT merupakan ibadah yang memiliki dimensi vertikal. Kemudian, ada ibadah yang memiliki dimensi horizontal atau sosial yakni berbagi rezeki dengan orang lain. Saat Idul Adha, kita bisa berbagi rezeki dengan melaksanakan ibadah kurban.
Semoga kita dapat memiliki kepekaan sosial untuk saling berbagi dan terus memberikan manfaat banyak bagi orang di sekitar kita. Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang mampu memberikan manfaat bagi orang lain.
Itu tadi adalah contoh khutbah Idul Adha yang dapat dibawakan setelah sholat. Tetaplah melakukan kebaikan agar dapat bermanfaat bagi orang lain.
(elk/row)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi