- Contoh Khutbah Idul Adha 1. Khutbah Idul Adha: Membangun Jiwa yang Berkurban 2. Khutbah Idul Adha: Kurban dan Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim 3. Khutbah Idul Adha: Hikmah Qurban Ikhlas di Dunia dan Akhirat 4. Khutbah Idul Adha: Pengorbanan dan Kebahagiaan 5. Khutbah Idul Adha: Keutamaan Kurban Bagi Orang Beriman
Muslim di seluruh dunia akan merayakan hari raya Idul Adha 1446 Hijriah pada Jumat 6 Juni 2025. Momen sakral ini tak sekadar identik dengan penyembelihan hewan kurban, tetapi sarat makna tentang pengorbanan dan keikhlasan. Salah satu bagian penting dalam perayaan ini adalah khutbah Idul Adha yang disampaikan saat salat Id berjemaah.
Dalam momen yang penuh keberkahan ini, khutbah Idul Adha menjadi salah satu bagian utama dari rangkaian ibadah salat Id. Khutbah ini tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian pesan keagamaan, tetapi menjadi sarana untuk memperdalam pemahaman tentang nilai-nilai luhur yang terkandung dalam peristiwa kurban.
Khutbah Idul Adha mengajak para jemaah untuk merenungkan kembali nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan ketakwaan yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Kisah keduanya mengandung pelajaran penting tentang kepatuhan mutlak kepada perintah Allah SWT, serta keikhlasan dalam menerima segala bentuk ujian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, khutbah ini juga menjadi momen untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah, menumbuhkan rasa kepedulian sosial, serta mengajak umat Islam untuk berbagi rezeki melalui ibadah kurban kepada mereka yang membutuhkan.
Contoh Khutbah Idul Adha
Berikut ini adalah contoh khutbah Idul Adha yang sarat pesan moral dan bisa dijadikan referensi bagi para khatib dalam menyampaikan pesan-pesan spiritual dan sosial kepada jemaah.
1. Khutbah Idul Adha: Membangun Jiwa yang Berkurban
Sumber: Ketua RMI NU Ajibarang, NU Banyumas Muhammad ShodiqMa'mun
Khutbah l
اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا , وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا , وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً , لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَ اللهُ أَكْبَرُ , اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِى جَعَلَ عِيْدَ اْلأَضْحى عِبْرَةً لِلْمُؤْمِنِيْنَ , أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُاللّهُمَّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ , وِعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِأمَّا بعْدُ : فيَا أَيُّهَا النَّاسُ .. اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِفَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
Kaum Muslimin, Jamaah Shalat Id yang dirahmati Allah ...
Hari ini, di tengah gema takbir yang menggetarkan jiwa, kita kembali diingatkan pada satu ibadah agung yang menjadi simbol kepasrahan dan ketaatan, yaitu qurban. Qurban bukan sekadar menyembelih hewan, bukan pula sekadar tradisi tahunan yang kita rayakan. Qurban adalah jalan, sebuah proses panjang untuk membangun dan mengasah jiwa yang taat dan penuh ketaqwaan dalam hati setiap insan beriman.
Mari kita renungkan kembali kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam. Ketika Allah memerintahkan beliau untuk mengorbankan putra tercinta, Ismail, beliau tidak sekali pun merasa ragu atau bertanya "mengapa". Dengan hati yang ikhlas dan penuh keyakinan, beliau taat menjalankan perintah Allah. Inilah contoh ketaqwaan yang sesungguhnya, menyerahkan apa yang paling kita cintai demi ridha-Nya.
Qurban mengajarkan kita bahwa ketaqwaan bukan hanya tentang ibadah ritual, tetapi tentang keberanian melepaskan ego, keikhlasan memberi, dan ketulusan berbagi. Qurban mengingatkan kita bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan, dan yang paling utama adalah sejauh mana kita mampu tunduk dan patuh pada perintah-Nya.
Kaum Muslimin, Jamaah Shalat Id yang dirahmati Allah ...
Ketika kita berqurban, sejatinya kita sedang melatih diri untuk tidak terikat pada dunia. Kita belajar untuk tidak rakus, tidak kikir, dan tidak egois. Kita diajak untuk peduli pada sesama, berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan, dan menanamkan dalam hati bahwa semua yang kita lakukan adalah semata-mata untuk mencari ridha Allah.
Ingatlah, jiwa qurban tidak hanya tumbuh saat kita menyembelih hewan di hari Idul Adha. Lebih dari itu, jiwa qurban harus kita bangun setiap hari dalam kehidupan kita. Dengan cara sederhana, seperti rutin berbagi kepada yang membutuhkan, meluangkan waktu membantu sesama, dan belajar menahan diri dari sifat egois serta berlebihan dalam hal materi. Inilah bentuk qurban yang sesungguhnya, pengorbanan hati yang terus menerus.
Qurban merupakan wujud nyata dari perjalanan spiritual seorang hamba yang berusaha keluar dari kehinaan maksiat menuju keluhuran ketaatan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ ذُلِّ الْمَعْصِيَةِ إِلىَ عِزِّ الطَّاعَةِ اَعْنَاهُ اللهُ تَعَالَى مِنْ غَيْرِ مَالٍ وَاَيَّدَهُ مِنْ غَيْرِ جُنْدٍ وَاَعَزَّهُ مِنْ غَيْرِعَشِيْرَةٍ
Artinya: "Barangsiapa yang meninggalkan kehinaan maksiat, lalu melaksanakan kemuliaan taat, maka Allah akan menjadikannya sebagai orang yang kaya tanpa harta, kuat tanpa pasukan, dan menang tanpa bala (bantuan kelompoknya." (HR. Baihaki)
Qurban juga mengajarkan kita tentang makna pengorbanan yang hakiki, bukan hanya sekadar fisik, tetapi juga pengorbanan hati dan jiwa. Dengan berqurban, kita dilatih untuk mengikis sifat cinta dunia yang berlebihan, menumbuhkan rasa empati terhadap sesama yang kurang beruntung, serta memperkuat ikatan ukhuwah Islamiyah. Inilah bentuk nyata dari ketaqwaan yang melahirkan jiwa yang bersih, ikhlas, dan penuh kasih sayang. Karena sesungguhnya, keberkahan qurban tidak hanya pada daging yang dibagikan, tetapi pada perubahan hati yang semakin dekat kepada Allah SWT.
Kaum Muslimin, Jamaah Shalat Id yang dirahmati Allah ...
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
"Tidak ada amal seorang anak Adam pada hari penyembelihan (hari qurban) yang lebih dicintai Allah selain dari menumpahkan darah (hewan qurban). Sesungguhnya darah itu akan sampai pada hari kiamat dengan tanduk, bulu, dan kuku hewan tersebut. Dan sesungguhnya darah itu jatuh di sisi Allah sebelum jatuh di bumi, maka sucikanlah dengan darah itu jiwa kalian." (HR. Muslim)
Kaum Muslimin, Jamaah Shalat Id yang dirahmati Allah ...
Setiap tetes darah yang mengalir, setiap daging yang dibagikan, menjadi saksi bahwa kita telah berusaha menjadi hamba yang taat. Qurban adalah simbol pengorbanan dan ketundukan kita kepada Allah, sekaligus sarana untuk membersihkan jiwa dari noda dunia dan dosa.
Qurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi tentang menyembelih ego dan nafsu yang menghalangi kita dari ketaatan kepada Allah. Seperti Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putranya, kita pun diajak untuk berani melepaskan segala yang kita cintai demi ridha-Nya.
Maka dari itu, mari kita jadikan momen qurban ini bukan sekadar menyembelih hewan, tapi juga menyembelih ego dan cinta dunia yang berlebihan dalam diri kita. Dengan jiwa yang qurban, insya Allah kita akan menjadi pribadi yang ikhlas, sabar, dan selalu siap berkorban demi mendapatkan ridha Allah SWT. Aamiin ya Rabbal 'alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ , وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ , وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرّٰحِمِيْنَ
Khutbah II
اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ - اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ.
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا , وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا , وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً , لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ , اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ , وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِوَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِاللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًاأَمَّا بَعْدُ : فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ .. اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى , وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ , وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِوَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًااللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى , وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ , وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَاَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِاللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَرَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِعِبَادَاللهِ .. إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
2. Khutbah Idul Adha: Kurban dan Keteladanan Keluarga Nabi Ibrahim
Sumber: Dosen Fakultas DirasatIslamiyyahUIN Syarif Hidayatullah, NU online Dr. Fatihunnada
Khutbah I
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ،اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَـخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَـخْتَارُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ الْوَاحِدُ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ وَقُدْوَةُ الْأَبْرَارِ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ،وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً مَّا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ.أَمَّا بَعْدُ، فَيَا إِخْوَةَ الْإِسْلَامِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَادِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ.
Sidang Idul Adha yang berbahagia, Idul Adha adalah istilah yang terdiri dari dua kata, yaitu Id dan Adha. Id secara bahasa artinya kembali dan Adha artinya pengorbanan. Artinya pada hari ini, kita harus kembali pada semangat perjuangan dan pengorbanan demi tegaknya agama Allah di muka bumi ini, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. Dengan ketegaran dan kesabaran hati, beliau menerima dan menjalankan perintah Allah untuk menyembelih putra tercinta, Ismail yang kelahirannya merupakan penantian panjang.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ.
Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."
Pengorbanan yang dilakukan dalam ibadah kurban tidak sekedar diterima oleh Allah sebagai sebuah ketakwaan yang mendatangkan pahala dan ridha Allah, tetapi juga diterima oleh orang yang tidak mampu sebagai sebuah kegembiraan yang bisa dirasakan satu kali dalam setahun, yaitu pada hari raya Idul Adha. Hal ini tergambar dalam firman Allah pada surat Al-Hajj, ayat 37:
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kalian supaya kalian mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kalian. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik."
Imam al-Sya'rawi menjelaskan ayat ini bahwa Allah tidak mengambil daging hewan yang dikurbankan, tetapi orang-orang yang membutuhkan yang akan mengambil dan menerima manfaat tersebut. Syari'at berkurban adalah bentuk respons agama terhadap ketimpangan sosial untuk menciptakan keseimbangan di tengah masyarakat.
Manusia yang hidup dalam kelompok masyarakat bukan seperti robot yang dapat disetting dalam menjalani kehidupannya, sehingga agama memiliki peran untuk mendorong orang kaya memiliki kepedulian kepada orang miskin. Hal ini akan berdampak pada hubungan baik antara mereka. Tidak ada lagi rasa iri dan dengki yang dimiliki orang miskin kepada orang kaya, bahkan orang miskin akan mendoakan kebaikan dan keberkahan untuk orang kaya.
Sidang Idul Adha yang Berbahagia. Dari sudut pandang yang berbeda, kita melihat bahwa perbuatan baik akan berdampak baik juga kepada pelakunya. Dampak baik ini bisa dilihat dari dua sudut pandang.
Pertama dampak baik dalam bentuk kebahagiaan dan keselamatan di dunia. Orang yang berbuat baik kepada orang lain, maka akan mendapatkan penghormatan dari orang lain. Jika ia mengalami musibah, maka orang lain akan berempati kepadanya. Jika musibah itu datang menimpa hartanya, maka orang lain akan merasa sedih dan turut berduka. Imam al-Sya'rawi mengatakan: "Kamu bisa melihat sendiri bahwa orang yang berbagi kenikmatan yang dimiliki, jika tertimpa musibah dari segi materi, maka orang lain akan merasa sedih dan merasa kehilangan."
Selain itu, orang lain juga akan mendoakan kebaikan kepadanya. Apabila orang lain mendoakan kebaikan untuknya, maka hendaknya ia mendoakan kembali dengan doa yang lebih baik agar pahala kebaikannya di akhirat tidak berkurang.
Kedua, kebaikan seseorang di dunia akan mendatangkan kebaikan, pahala, dan surga di akhirat. Dalam Kitab Hadaiq al-Auliya', karya imam Ibn al-Mulaqqin, imam 'Ali ibn Husain ibn 'ali ibn Abi Thalib berkata ketika ada orang yang datang untuk meminta sesuatu kepadanya maka ia menyambutnya dan berkata: "Selamat datang kepada orang yang datang membawa bekalku di akhirat nanti".
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Allah swt dalam surat Al-Baqarah, ayat 272:
وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْلَا تُظْلَمُونَ
Artinya: "Dan apa pun harta yang kalian infakkan di jalan Allah, maka pahalanya itu untuk diri kalian sendiri. Dan janganlah kalian berinfak melainkan karena mencari ridha Allah. Dan apa pun harta yang kalian infakkan, niscaya kalian akan diberi pahala secara penuh dan kalian sedikit pun tidak akan dirugikan."
Sidang Idul Adha yang berbahagia Di sisi lain, Nabi Muhammad saw menggunakan ungkapan yang bernada ancaman kepada orang yang tidak mau kurban:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّمُصَلَّانَا.
Artinya: "Dari Abu Hurairah, berkata, Rasulullah saw. bersabda "Barang siapa yang memiliki kelapangan rizki, tetapi tidak berkurban, maka janganlah mendekati tempat shalat kami (turut serta shalat Idul Adha berjamaah)."
Hadits ini tidak berarti larangan shalat atau ketidak-absahan shalat orang yang tidak mau kurban. Akan tetapi Nabi mencegah orang yang tidak mau kurban untuk berkumpul bersama-sama orang yang mau berkurban dan beribadah kepada Allah.
Suasana salat Idul Adha berjamaah menggambarkan kebersamaan antara mereka yang mampu dan tidak mampu. Seluruh lapisan masyarakat Muslim menyatu dalam suasana kebahagiaan. Yang mampu bahagia karena berbagi kenikmatan dengan berkurban dan yang tidak mampu bahagia karena merasakan kenikmatan menerima daging kurban.
Hari raya adalah hari kegembiraan untuk semua kalangan. Idul Adha juga seharusnya menjadi hari kegembiraan bagi setiap umat Islam. Oleh karena itu, Allah mensyariatkan kurban di hari raya Idul Adha agar seluruh lapisan masyarakat Muslim dapat bergembira di hari raya tersebut.
Sidang Idul Adha yang Berbahagia
Ibadah kurban juga ibadah yang selalu dilakukan oleh Nabi Muhammad saw setiap tahun dalam rangka bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikan dan mengagungkan agama Allah di bumi. Sebagaimana yang diriwayatkan imam al-Tirmidzi dalam kitab Sunan al-Tirmidzi:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: أَقَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالمَدِينَةِ عَشْرَ سِنِينَ، يُضَحِّي كُلَّ سَنَةٍ
Artinya: "Dari Ibn 'Umar, berkata: Rasulullah saw tinggal di kota Madinah selama 10 tahun. Beliau selalu melaksanakan kurban setiap tahun."
Melaksanakan perintah Allah adalah simbol upaya seorang hamba untuk menjadikan dirinya lebih dekat dengan Allah. Dalam konteks ibadah kurban, Nabi memberikan ilustrasi bagaimana proses kedekatan hamba dengan Allah melalui sabda yang diriwayatkan oleh imam al-Tirmidzi dalam kitab Sunan al-Tirmidzi:
مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَاوَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Artinya: "Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya."
Hadits ini dapat memberi gambaran bahwa seorang hamba akan meraih kedekatan dengan Allah melalui hewan yang dikurbankan, meskipun pada hakikatnya Allah tidak memperhitungkan daging dan darah yang dikurbankan oleh hambaNya, tetapi nilai spiritual ketakwaan yang menjadi barometer kedekatan hamba dengan Allah. Jika seorang hamba telah meraih kedekatan kepada Allah melalui ibadah kurban di hari raya Idul Adha ini, maka sesungguhnya ia telah meraih keberhasilan yang sangat tinggi.
Sidang Idul Adha yang beriman
Itulah makna sederhana ibadah kurban yang kita jalankan setiap tahun pada tanggal 10 sampai 13 Dzulhijjah sebagai sebuah proses pendekatan diri kita kepada Allah dengan menjalankan perintahnya dengan penuh ketakwaan dan proses harmonisasi kita bersama masyarakat sekitar dengan saling berbagi rizki dan peran dalam tatanan hidup sosial.
Semoga kita tergolong orang-orang yang dekat dengan Allah dan seluruh ciptaannya. Semoga kita juga diberikan kesabaran dan keselamatan dalam mengarungi cobaan yang sama-sama kita hadapi ini. Tentunya kebersamaan adalah kunci bagi umat manusia dalam menghadapi ujian berat ini.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَمِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah II
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ولله الحمد. اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِصْلَاحِ، وَحَثَّنَا عَلَى الصَّلَاحِ، وَبَيَّنَ لَنَا سُبُلَ الْفَلَاحِ.وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِوَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. إنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى فِيْهِ بِمَلَائِكَتِهِ، فقَالَ تَعَالَى:إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًااللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِالْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَاأَخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ. اَللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ،وَلَا دَيْنًا إِلَّا قَضَيْتَهُ، وَلَا مَرِيْضًا إِلَّا شَفَيْتَهُ وَعَافِيَتَهُ، وَلَا حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا إِلَّا قَضَيْتَهَاوَيَسَّرْتَهَا لَنَا يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْنَ، وَيَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللهم انصر إخواننا فيفلسطين من ظلمات الكفار الاسرائيل. اللهم سلمهم والمسلمين، واشف لمرضاهم، واغفرلموتاهم من جميع المسلمين، يا أرحم الراحمين. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةًوَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِيَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهُأَكْبَرُ
3. Khutbah Idul Adha: Hikmah Qurban Ikhlas di Dunia dan Akhirat
Sumber: KH M Cholil Nafis, Ph D - Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, MUI Digital
الله ُأَكْبَرُ - الله ُأَكْبَرُ - الله ُأَكْبَرُ
الله ُأَكْبَرُ كَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ,لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحمدُ لله ربِّ العالمين، الحمدُ لله الذي بنعمته تتمُّ الصالحات، وبعَفوِه تُغفَر الذُّنوب والسيِّئات، وبكرَمِه تُقبَل العَطايا والقُربَات، وبلُطفِه تُستَر العُيُوب والزَّلاَّت، الحمدُ لله الذي أماتَ وأحيا، ومنَع وأعطَى، وأرشَدَ وهدى، وأضحَكَ وأبكى؛ ﴿ وَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ وَلِيٌّ مِنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيرًا) فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الَّرجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الَّرحمن الرحيم. إِنّا أَعْطَيْنَاكَ الكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَالأَبْتَرُ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Waliilahil Hamd
Marilah kita senantiasa bersyukur dan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Kita masih diberi nikmat iman dan Islam, kesehatan dan kesempatan untuk melaksanakan berbagai ibadah kepada Allah SWT, termasuk melaksanakan shalat Idul Adha pada pagi hari ini.
Kemudian shalawat serta salam, kita haturkan ke pangkuan baginda Nabi Besar Muhammad SAW, seorang manusia mulia dan nabi terakhir yang dipilih Allah SWT untuk menjadi teladah (uswah) bagi seluruh umat manusia sepanjang masa.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd. Kaum muslimin jama'ah Iedil Adha rahimakumullah.
Pada pagi hari ini, kaum Muslimin yang menunaikan ibadah haji sebagai tamu Allah SWT, dhuyufurrahman, telah berkumpul melaksanakan wuquf di 'Arafah dan sedang berada di Mina untuk melaksanakan Jumratul 'Aqabah.Mereka dengan pakaian ihramnya, berasal dari berbagai belahan dunia.
Mereka datang dengan latar belakang bangsa, ras, warna kulit, budaya dan strata sosial yang berbeda satu sama lain. Namun, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu memenuhi panggilan Allah SWT untuk menjadi tamu-Nya dan bertauhid meng-Esakan Allah SWT semata.
Bagi kaum Muslimin yang belum memiliki kemampuan menjadi tamu Allah SWT, mereka melaksanakan shalat Idul Adha dan ibadah qurban, sesuai dengan kemampuannya di manapun mereka berada. Ibadah qurban yang dilaksanakan kaum muslimin, sebagai salah satu upaya mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.
Deskripsi kehidupan kaum muslimin ini, menggambarkan interelasi kuat antara orang yang menunaikan ibadah haji, dengan saudara-saudaranya yang tidak pergi ke Baitullah. Oleh karena itu, kita melaksanakan shalat Idul Adlha dan ibadah kurban pada hakikatnya sebagai bentuk kesadaran memenuhi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahil Hamd. Kaum Muslimin sidang jama'ah Idil Adha rahimakumullah.
Ibadah qurban merupakan salah satu ibadah penting dalam Islam. Ibadah ini memiliki pondasi kuat dan memiliki akar sejarah panjang dalam tradisi rasul-rasul terdahulu. Ajaran qurban dan praktiknya telah ditunjukkan secara sinergik oleh para nabi dan rasul hingga Nabi Muhammad SAW Nabi Ibrahim AS. dikenal sebagai peletak batu pertama ibadah ini.
Peristiwa penyembelihan yang dilakukan Nabi Ibrahim AS terhadap putranya Nabi Isma'il AS merupakan dasar bagi adanya ibadah kurban. Nabi Ibrahim AS dengan penuh iman dan keikhlasan bersedia untuk menyembelih anak kesayangannya, Ismail hanya semata-mata untuk memenuhi perintah Allah SWT. Peristiwa yang mengharukan ini, dilukiskan dengan indah oleh Allah SWT dalam Alquran surat as-Shaffat ayat 102:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّيْ أَرَى فِيْ المَنَامِ أَنِّيْ أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَآأَبَتِ افْعَلْ مَاتُؤْ سَتَجِدُنِيْ إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصَابِرِيْنَ
"Tatkala anak itu sampai umurnya dan sanggup berusaha bersamasama Ibrahim. Ibrahim berkata ; Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu. la menjawab, wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Allah kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Ini adalah ujian ketaatan Nabi Ibrahim kepada Allah. Di kemudian hari, pengorbanan ini menjadi anjuran bagi umat Islam untuk menyembelih hewan kurban, setiap 10 Dzulhijah dan pada hari tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Deskripsi historis ini menggambarkan bahwa, keteguhan hati, keyakinan akan kebenaran perintah Allah, keikhlasan, ketaatan, dan kesabaran adalah esensi yang melekat dari ibadah qurban. Nilai-nilai ini telah diimplementasikan dengan baik oleh Nabi Ibrahim dan Ismail AS dalam peristiwa yang mengharukan itu. Kesanggupan Nabi Ibrahim AS. menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail AS., bukan semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid), tetapi meyakini bahwa perintah Allah SWT itu harus dipatuhi.
Bahkan, Allah SWT memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda yang disayangi demi menegakkan perintah Allah SWT. Dan adakah mereka juga sanggup memikul amanah sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd Kaum muslimin yang berbahagia
Dalam studi fiqh, qurban sering disebut dengan istilah udhhiyah, karena penyembelihan binatang ternak dilakukan pada saat matahari pagi sedang menaik (dhuha). Oleh karenanya, Ibn Qayyim al-Jauziyah memahami makna qurban dengan tindakan seseorang menyembelih hewan ternak pada saat dhuha, guna menghasilkan kedekatan dan ridha Allah SWT.
Binatang qurban yang disebut udlhiyah atau nahar adalah simbolisasi tadlhiyah yakni pengorbanan. Baik udlhiyah maupun tadlhiyah posisinya sama sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. (taqarruban wa qurbanan). Jika menyembelih udlhiyah merupakan ibadah material yang ritual, maka taldhiyah/pengorbanan di jalan Allah SWT merupakan ibadah keadaban yang memajukan sektor-sektor kehidupan yang lebih luas.
Dalam ibadah qurban, nilai yang paling esensial adalah sikap batin berupa keikhlasan, ketaatan dan kejujuran. Tindakan lahiriyah tetap penting, kalau memang muncul dari niat yang tulus. Sering kita digoda syetan agar tidak melaksanakan ibadah qurban karena khawatir tidak ikhlas.
Imam al Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumiddin-nya berkata, bahwa syaitan selalu membisiki kita: "Buat apa engkau beribadah kalau tidak ikhlas, lebih baik sekalian tidak beribadah".
Ibadah qurban bukan hanya mementingkan tindakan lahiriyah, berupa menyedekahkan hewan ternak kepada orang lain terutama fakir miskin, tetapi yang lebih penting adalah nilai ketulusan guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam beberapa ayat Alquran, Allah SWT memperingatkan bahwa yang betul-betul membuahkan kedekatan dengan-Nya (qurban), bukanlah fisik hewan qurban, melainkan nilai takwa dan keikhlasan yang ada dalam jiwa kita. Dalam surat al-Hajj ayat 37, Allah SWT menyebutkan:
لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُوْمُهَا وَلأَ دِمَاءُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَقْوَى مِنْكٌم
"Tidak akan sampai kepada Allah daging (hewan) itu, dan tidak pula darahnya, tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah takwa dari kamu".
Penegasan Allah SWT ini mengindikasikan dua hal. Pertama, penyembelihan hewan ternak sebagai Qurban, merupakan bentuk simbolik dari tradisi Nabi Ibrahim AS, dan merupakan syi'ar dari ajaran Islam.
Kedua, Allah SWT hanya menginginkan nilai ketakwaan, dari orang yang menyembelih hewan ternak sebagai ibadah qurban. Indikasi ini sejalan dengan peringatan Rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat bentuk luarmu dan harta bendamu, tetapi Dia melihat hatimu dan perbuatanmu." (HR Bukhari dan Muslim).
Usaha mendekatkan diri kepada Tuhan terutama melalui qurban, kita lakukan secara terus menerus. Karena itulah agama Islam disebut sebagai jalan (syari'ah, thariqah, dan shirat) menuju dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Melakukan Qurban bersifat dinamis dan tiada pernah berhenti, menempuh jalan yang hanya berujung kepada ridha Allah SWT. Dengan demikian, wujud yang paling penting dari qurban adalah seluruh perbuatan baik.
Sehubungan dengan perintah untuk berkurban di atas, maka Rasulullah SAW setiap tahun selalu menyembelih hewan kurban dan tidak pernah meninggalkannya. Meskipun dari sisi ekonomi beliau termasuk orang yang menjalani hidup sederhana, tidak mempunyai rumah yang indah nan megah, apalagi mobil yang mewah. Bahkan tempat tidurnya hanya terbuat dari tikar anyaman daun kurma.
Oleh karena itu, orang Muslim yang telah mempunyai kemampuan untuk berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya boleh dikenakan sanksi sosial, ialah diisolasi dari pergaulan masyarakat muslim. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw. dalam hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah ra.:
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرِبَنَّ مُصَلاَّناَ
"Barangsiapa yang mempunyai kemampuan menyembelih hewan qurban tetapi tidak melaksanakannya, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat shalat kita" (HR. Imam Ahmad dan Ibnu Majah)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd. Kaum muslimin yang berbahagia.
Kalau ibadah qurban dilaksanakan dengan ikhlas demi mengharap ridla Allah SWT. akan memberi hikmah dan manfaat bagi pelakukanya, baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya:
- Meningkat keimanan kepada Allah SWT. Ibadah qurban yang dilaksanakan oleh orang muslim dapat melatih kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Orang-orang yang dekat dengan Allah akan memperoleh predikat muqarrabin, muttaqin serta mendapat kemuliaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat
- Membersihkan diri dari sifat-sifat bahimiyyah. Pada saat hewan qurban jatuh kebumi maka saat itulah sifat kebinatangan harus sirna, seperti rakus, serakah, kejam dan penindas
- Menanamkan rasa kasih sayang dan empati kepada sesama. Ibadah qurban dalam Islam tidak sama dengan persembahan (offering) dalam agama-agama selain Islam. Islam tidak memerintahkan pemujaan dalam penyembelihan hewan, tetapi Islam memerintahkan agar dagingnya diberikan kepada orang miskin agar ikut menikmati lezatnya daging hewan. Sehingga timbul rasa empati, berbagi, memberi, dan ukhuwah islamiyah antar sesama
- Melatih kedermawanan. Ibadah qurban dilakukan setiap tahun secara berulang-ulang sehingga orang yang memberi qurban terbiasa untuk berderma kepada yang lain. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 26,16 juta orang. Garis Kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp 505.469,00/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp 374.455,00 (74,08 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp131.014,00 (25,92 persen).
Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyu' dan tadharru', kita berdoa kepada Allah SWT semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segala keburukan yang menjerumuskan umat Islam. Semoga dengan doa ini pula, kiranya Allah SWT berkenan menyatukan kita dalam kebenaran agama-Nya dan memberi kekuatan untuk memtaati perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Amin Ya Rabbal 'Alamain
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ السُّعَدَآءِ المَقْبُوْلِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالى فِي القُرآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . قُلْ إِنَّمَا أَنَاْ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلهُكُمْ إِلهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْلِقَآءَ رَبَّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًابَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
الله أكبر - الله أكبر - الله أكب الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيْنَ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيْنَ
4. Khutbah Idul Adha: Pengorbanan dan Kebahagiaan
Sumber: Nidaul Ummah - PCNU Bantul, NU Banten
Khutbah I
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَاتَ وَ أَحْيَى. اَلْحَمْدُ للهِ الًّذِيْ أَمَرَنَا بِالتَّقْوَى وَ نَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ الْهَوَى. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ لَنَا عِيْدَ الْفِطْرِ وَ اْلأَضْحَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ نِعْمَ الْوَكِيل وَنِعْمَ الْمَوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَ مَنْ يُنْكِرْهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا. وَ صَلَّ اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيْبِنَا الْمُصْطَفَى، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الْهُدى، الَّذِيْ لاَ يَنْطِقُ عَنْ الْهَوى، إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحى، وَ عَلَى اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدقِ وَ الْوَفَا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَنْ اِتَّبَعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْجَزَا أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالى فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ. وقَالَ أَيْضاً إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Kaum Muslimîn dan Muslimat rahimakumullah
Dalam suasana gembira merayakan Hari Raya Idul Adha, kita semua kembali berkumpul bersama-sama di tempat ini melantunkan takbir dan tahmid sebagai ungkapan rasa syukur serta terima kasih kita kehadirat Allah SWT. Kita mengagungkan dan memuji asma Allah, Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Dengan menghayati kalimat takbir dan tahmid ini di dalam hati kita masing-masing merasakan betapa kecil, kerdil, dan lemahnya kita sebagai manusia berhadapan dengan kebesaran serta kekuasaan Allah swt. Maka marilah kita tingkatkan takwa dan ketaatan kita pada Allah ta'ala dengan senantiasa memenuhi perintah-Nya, serta meninggalkan segala larangan-Nya.
Demikian pula kita campakkan segala arogansi kesombongan, ketakaburan yang disebabkan oleh kekuasaan, jabatan, kedudukan dan harta. Sebab semuanya semu tak abadi, sama dengan kefanaan semesta alam ini.
Selanjutnya marilah kita melihat bagaimana umat Islam mengagungkan-Nya, berbondong menuju ke tempat dilaksanakannya shalat id seraya mengingat akan suatu hari di mana semua manusia akan dikumpulkan pada hari yang oleh Al-Qur'ân disebut yawmun lâ yanfa'u mâlun walâ banun, illa man atâ Allah bi qalb salîm (hari yang ketika harta dan anak-anak tidak memberi manfaat lagi, kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang tenang).
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Hari ini kita mengenang peristiwa sejarah yang agung melibatkan dua orang rasul Allah yang tetap dikenang sepanjang zaman. Ketika Nabi Ismail as menginjak usia remaja, sang ayah, Nabi Ibrahim AS, mendapat perintah langsung dari Allah lewat mimpi bahwa ia harus mengurbankan Ismail, putra kesayangannya.
Tentu, ada konflik batin yang bergolak tejadi pada diri Nabi Ibrahim antara kecintaan kepada anak dan ketaatan memenuhi perintah Ilahi. Namun, cintanya kepada Allah jauh lebih besar di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan materi kedunian lainnya.
Oleh karenanya, Nabi Ibrahim as mengutamakan perintah Allah yang diwahyukan lewat mimpi, tanpa mempedulikan kosekuensi apa yang akan terjadi sebagai akibat dari pelaksanaan perintah itu.
Untuk melaksanakan perintah itu, Nabi Ibrahim AS mengajak putranya dengan berdialog sebagai bentuk komunikasi efektif antara sang ayah dengan anak dalam rangka mendidik serta membina ikatan batin kasih sayang, ketaatan, dan kepatuhan. Dalam dialognya seperti terlukis dalam bahasa yang sangat indah dan menyejukkan di dalam Al-Qur'an:
يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ
"...Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?...." (QS Ash Shaffat: 102)
Ismail sebagai anak yang saleh, patuh, dan taat kepada orang tua yang telah melahirkan dan membesarkannya, sepontanitas menjawab:
يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
"....Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar." (QS Ash Shaffat: 102)
Dalam peristiwa yang sangat mengharukan itu, dan detik-detik yang amat dramatis, bukanlah Ismail yang tersembelih, karena dengan kekuasaan dan kasih sayang Allah, tiba-tiba Allah mengganti dengan seekor kibas besar yang dibawa oleh malaikat, seperti yang diilustrasikan dalam Al-Qur'an:
وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ
''Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar.'' (QS Ash Shaffat: 107)
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum Muslimîn dan Muslimat rahimakumullah
Demikianlah prolog sejarah berkurban, maka sebagai epilog dari peristiwa penting itu, Allah swt mensyariatkan bagi umat ini, yang berkelebihan supaya melaksanakan kurban setahun sekali pada hari raya Idul Adha.
Apa yang digelar Nabi Ibrahim as di dalam panggung sejarah peradaban manusia adalah mengurbankan anaknya secara manusiawi yang menurut naluri dan pikiran orang biasa bahwa tugas itu adalah sesuatu yang amat sulit diterima. Akan tetapi buat keluarga Nabi Ibrahim as hal itu adalah suatu keniscayaan untuk dilaksanakan.
Sikap yang seperti inilah yang menunjukkan jati diri Nabi Ibrahim as, sehingga dianugerahi oleh Allah sebagai al khalil, imam, teladan, dan idola. Kehormatan tersebut tidak mungkin diraih tanpa Nabi Ibrahim as didampingi oleh istri yang salihah dan anak yang saleh, seperti dilukiskan dalam QS Al-Baqarah ayat 124.
وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًاۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
''(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, "(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku." Allah berfirman, "(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim."
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
Kaum Muslimin Muslimat rahimakumullah
Kurban disyariatkan guna mengingatkan manusia bahwa jalan menuju kebahagiaan membutuhkan pengobanan dan keikhlasan, sebagai indikasi agar sifat-sifat kebinatangan yang sering mendominasi diri kita harus ditundukkan serta dibuang jauh-jauh. Hikmat inilah yang diajarkan dalam berqurban, seperti dalam firman Allah swt:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
''Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.'' (QS Al-Hajj: 37)
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُوَللهِ اْلحَمْدُ
Hadirin hadirat rahimakumullah. Akhirnya marilah kita bersama-sama memusatkan perhatian kita kepada Allah seraya menundukkan kepala, memohon dan berdoa pada Allah. Semoga Allah mengabulkan semua doa dan permohonan kami. Amin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّه هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
للهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبى وَيَنْهى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
5. Khutbah Idul Adha: Keutamaan Kurban Bagi Orang Beriman
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَ اْلـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَاَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ ـ لآاِلَهَ اِلاَّ اللَّهُ ـ اَللَّهُ اَكْبَرْ اَللَّهُ اَكْبَرْ وَلِلَهِ الْحَمْدُ
Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Yang Maha Awal tanpa permulaan, Yang Maha Akhir tanpa penghujung, dan Yang Maha Abadi tanpa perubahan.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, pemimpin orang-orang saleh, kekasih Sang Penguasa Yang Maha Perkasa, pembawa berita gembira dari Yang Maha Pengampun, dan mata air teladan bagi umat manusia. Demikian pula kepada keluarga dan para sahabat yang dimuliakan.
Jamaah Salat id yang berbahagia. Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba Allah yang terus memelihara keislaman, memperkuat keimanan, dan memperteguh keihsanan.
Di zaman tunggang-langgang seperti ini, rasa-rasanya merawat Islam, iman, dan ihsan adalah sesuatu yang sukar. Di saat ini, ritual keagamaan hanya dipandang sebagai sisa-sisa Zaman Kegelapan (The Dark Ages). Era ini telah dilampaui masyarakat Barat dalam terang industrialisasi modern. Gagasan menghabiskan sumber daya seperti uang, waktu, dan tenaga tanpa menerima pengembalian materi, dipandang sebagai praktik yang tidak ada artinya dan terbelakang.
Modernitas sebagai konsekuensi dari pencerahan Barat menyebabkan umat Islam mengalami apa yang Wael Hallaq sebut sebagai keterputusan epistemik (epistemic rupture). Penjajah kolonial Barat tidak hanya menguasai tanah dan lahan, tapi juga mentalitas umat Islam. Hasilnya sudah bisa ditebak: sesiapa yang mempertahankan keimanan dan ketakwaan akan dipandang secara sinis sebagai kaum tertinggal.
Karena itulah, pada hari yang mulia ini, perkenankan kami mengajak untuk meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah swt., dengan bersitiqamah dan tetap teguh melaksanakan perintahNya, dan pada saat yang sama meninggalkan segala yang dilarang-Nya. Mudah-mudahan, hidup kita akan bertambah mulia, diberkati dan diridhai Allah swt, di dunia ini dan juga di akhirat kelak.
Pagi hari ini pula, segenap kaum muslimin di sejumlah negeri menunaikan salat 'Idul Adha 10 Zulhijjah 1444 Hijriyah. Segenap kaum muslimin mengumandangkan takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih sebagai wujud penghambaan diri kepada Dzat Rabbil- 'Izzati. Semua bersimpuh diri menunaikan sunnah Nabi untuk meraih ridha dan karunia Ilahi.
Jamaah Salat Id yang berbahagia. Kata kurban (qurban) berasal dari bahasa Arab artinya sesuatu yang dekat atau mendekatkan, yakni dekat dan mendekatkan diri kepada Allah yang memerintahkan ibadah ini. Qurban sering disebut udhhiyah artinya hewan sembelihan. Perintah untuk menyembelih daging kurban ini salah satunya termaktub dalam Al Quran:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ
"Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah"
Meski fisik hewannya yang disembelih, tetapi hakikatnya ialah pengorbanan dan pengabdian diri sepenuh hati kepada Ilahi Rabbi. Allah berfirman:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ
"Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu."
Kurban adalah praktik keagamaan yang berakar dari risalah yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS sebagai wujud ubudiyah kepada Allah SWT. Keliru kiranya kalau kita memaknai Idul Kurban hanya sebagai pesta-pora konsumsi daging hewan kurban semata.
Pasalnya, sebelum adanya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, praktik kurban yang dilakukan para penyembah berhala biasanya dipersembahkan kepada dewa-dewa. Ajarannya ialah di samping kurban hewan dan hasil bercocok tanam, di kalangan penyembah berhala ini berkembang kurban manusia. Kalangan masyarakat Mesir Kuno, misalnya, gadis suci ditenggelamkan ke dalam sungai Nil sebagai persembahan kepada Firaun.
Pada zaman Nabi Ibrahim, dakwah dilaksanakan untuk mengubah kebiasaan para penyembah berhala ini menjadi agama etis, yakni agama yang mengajarkan Tuhan yang baik kepada manusia. Dakwah Nabi Ibrahim menghasilkan suatu teladan, salah satunya mengubah tradisi kurban dari manusia ke hewan peliharaan. Perubahan ini boleh jadi peristiwa besar dalam sejarah kemanusiaan.
Jamaah Salat Id yang dimuliakan Allah. Berdasarkan QS. Al-Hajj ayat 34, salah satu tujuan disyariatkannya ibadah kurban ialah menjadi pribadi al-mukhbitin. Kata "al-mukhbitin" ini berasal dari "al-khabtu" yang maknanya adalah tanah yang keras.
Sedangkan menurut salah seorang ulama terkenl yaitu Mujahid, "al-mukhbitin" adalah "al-mujtahiduna fil 'ibadah" atau orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mengabdi kepada Allah sehingga ia rela mengorbankan harta, pikiran, tenaga dan nyawa. Sementara itu, karakter "al-mukhbitin" tergambar jelas dalam QS. Al-Hajj ayat 35. Karakter pertama dan yang paling esensial ialah tauhid:
الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ
"Orang-orang yang apabila disebut nama Allah hatinya bergetar!"
Ciri pertama ini menandakan bahwa tatkala bibir mengucap asma Allah, hati ikut hanyut dalam kerinduan. Menurut Sayyid Quthub, ungkapan "wajilat qulubuhum" menggambarkan getaran yang menghantarkan perasaan sunyi di dalam hati seorang mukmin ketika dia diingatkan akan Allah, perintah-Nya, atau larangan Allah. Saat berhubungan dengan alam kehidupan, kita sering mengucapkan subhanallah, alhamdulillah, masyaAllah, Allahuakbar, insyaAllah, dan lain-lain.
Karena itu, Islam tak memandang alam dan kehidupan ini sebagai fakta material kering karena secara ontologi selalu berhubungan dengan Allah. Para sufi bahkan menyebut alam, yakni segala sesuatu selain Allah, sebagai 'tajalli' atau penampakan-diri Tuhan. Aspek inilah yang membedakan peradaban Islam dengan yang lain.
Peradaban Barat berakar dari tragedi dan traumatis akut terhadap agama, khususnya Kekristenan. Inilah alasan mengapa mereka menjauhi bahkan memusuhi agama. Ketika mereka menjauhi agama, mereka mengalami kecemasan yang menakutkan namun tak terjelaskan. Selain itu, menegasikan agama dan Tuhan selalu berakhir pada eksploitasi alam secara membabi-buta. Sebagaimana tampak hari-hari ini, kesehatan mental dan pemulihan lingkungan menjadi tema sentral dalam percakapan umat manusia modern.
Jamaah salat id yang berbahagia. Karakter kedua dari pribadi al-mukhbitin ialah penyabar:
وَالصّٰبِرِيْنَ عَلٰى مَآ اَصَابَهُمْ
"Orang yang sabar atas apa yang menimpa mereka"
Sabar adalah konsep psikologis yang melibatkan kemampuan individu untuk mengendalikan emosi, menahan diri, dan bertahan dalam menghadapi situasi yang sulit, menantang, atau menekan. Dalam dunia yang serba tergesa-gesa ini, kesabaran membantu kita untuk melambatkan langkah, menenangkan pikiran, dan menjaga fokus pada tujuan jangka panjang.
Sabar tidak hanya terkait dengan ujian dan musibah semata. Ia juga dapat berhubungan dengan keteguhan dalam menjalankan ibadah atau meninggalkan perbuatan maksiat. Abu Hamid Al Ghazali dalam Mukasyafatul Qulub mengatakan bahwa:
والصبر على اوجه صبر على طاعة الله وصبر على محارمه وصبر على المصيبة
Sabar terdiri dari beberapa bagian, yaitu (1) sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, (2) sabar dalam menjauhi larangan-larangan Allah, (3) sabar dalam menerima musibah.
Karakter ketiga sebagai pribadi al-mukhbitin ialah tidak melupakan salat:
وَالْمُقِيْمِى الصَّلٰوةِۙ
"Orang yang melaksanakan salat"
Teknologi telah memberikan kita akses tak terbatas ke informasi, hiburan, dan interaksi sosial, yang kadang-kadang dapat mengalihkan perhatian kita dari ibadah. Ketika kita terpaku pada perangkat elektronik kita, seperti hape (handphone), kita dapat terjebak dalam dunia maya yang tak terbatas, sementara waktu yang seharusnya kita habiskan untuk salat terlewatkan.
Salat adalah ibadah yang memungkinkan kita untuk berkomunikasi langsung dengan Allah, mengungkapkan rasa syukur, memohon ampunan. Oleh karena itu, menjaga dan melaksanakan salat secara teratur sangat penting dalam menjaga keseimbangan spiritual kita. Karakter yang terakhir atau keempat dari pribadi al-mukhbitin ialah suka berderma:
وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ
"Orang yang menginfakkan sebagian rezeki yang Allah karuniakan kepada mereka"
Dalam melaksanakan infak, kita mendapatkan pahala dan berkah dari Allah. Infak dianggap sebagai investasi spiritual yang menghasilkan ganjaran dan keberkahan di dunia dan akhirat. Infak juga memperkuat hubungan kita dengan Allah, karena kita menyadari bahwa harta yang kita miliki sebenarnya adalah anugerah dari Allah. Kepemilikan Allah bersifat mutlak, sementara manusia hanya bersifat nisbi.
Infak berkontribusi dalam menciptakan keadilan sosial dengan mengurangi kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Melalui infak, kita dapat membantu masyarakat yang kurang mampu secara finansial untuk mendapatkan akses ke layanan kesehatan, pendidikan, perumahan, dan kebutuhan dasar lainnya. Hal ini membantu memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat dan mengurangi kesenjangan yang ada.
Itulah empat karakter al-Mukhbitin yaitu mereka yang senantiasa bergetar tatkala mendengar nama Allah; memiliki sifat sabar; tidak meninggalkan salat; dan gemar menunaikan infak. Semoga dengan Idul Kurban ini, kita benar-benar menjadi seorang mukmin yang memiliki karakter al-Mukhbitin. Karena itu, marilah kita sama-sama berdoa kepada Allah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَاَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ, اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِاَلَّلهُمَّ اِنَّا نَسْاءَلُكَ سَلَمَتً فِي الدِّيْنِ وَعَافِيَتَ فِي الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِي الْعِلْمِ وَبَرَكَهً فِي الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يآاَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَرَبَّنَآ أَتِنَآ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَآ عَذَابَ النَّار
(hil/irb)