Sahabat Nabi yang Disebut Masuk Surga Sambil Merangkak, Siapa Dia?

Sahabat Nabi yang Disebut Masuk Surga Sambil Merangkak, Siapa Dia?

Tsalats Ghulam Khabbussila - detikHikmah
Senin, 08 Mei 2023 05:45 WIB
Spains biker Lorenzo Santolino competes during Stage 12 of the Dakar 2023 between Empty Quarter Marathon and Shaybah, in Saudi Arabia, on January 13, 2023. -  (Photo by FRANCK FIFE / AFP)
Ilustrasi. Ini sosok sahabat nabi yang disebut masuk surga sambil merangkak. (Foto: AFP/FRANCK FIFE)
Jakarta -

Ada salah satu sahabat nabi yang disebut masuk surga sambil merangkak. Informasi ini didasarkan dari keterangan salah satu istri Rasulullah SAW yaitu, Aisyah RA.

Mengutip buku Manusia-manusia yang Dirindukan Surga karya As'ad Muhammad, sahabat yang dimaksud tersebut adalah Abdurrahman bin Auf RA. Ia adalah seorang pedagang sukses di zaman nabi.

Selain sebagai pedagang yang sukses, Abdurrahman bin Auf juga terkenal karena kedermawanannya, ia banyak sekali berinfak dalam jihad fi sabilillah. Bahkan pada suatu hari, ia pernah memerdekakan 30 budak dalam satu hari dan ia juga pernah menafkahkan separuh harta bendanya pada masa Rasulullah SAW.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sahabat Nabi yang Merangkak Masuk Surga

Kisah sahabat nabi yang merangkak masuk surga bersumber dari Kitab Rijal Haula Al Rasul karya Kholid Muhammad Kholid. Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang paling kaya bahkan pernah dikisahkan memborong dagangan dari kota Syam untuk dibawa pulang ke Madinah dengan jumlah yang banyak.

Istri Rasulullah SAW, Siti Aisyah, menceritakan Abdurrahman bin Auf seringkali membawa pulang 700 kontainer dagangan seperti barisan pawai yang tak ada putusnya di jalanan kota. Mereka yang datang disambut meriah oleh para penduduk. Suasana menjadi gegap-gempita.

ADVERTISEMENT

Wanita yang disebut dengan Ummul Mukminin itu pun terkejut saat melihat hal itu. Ia ingin tahu penyebab suasana kegembiraan itu.

Salah seorang penunggang unta menjelaskan, "Kami baru tiba dari negeri Syam. Lihatlah, unta-unta kami sarat dengan muatan barang. Kafilah ini milik Abdurrahman bin Auf."

"Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Abdurrahman," ucap Aisyah yang diterjemahkan dalam buku Mulut yang Terkunci 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi karya Siti Nurlaela

"Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa beliau dalam suatu tidurnya bermimpi melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak."

Kata-kata Aisyah itu tidak lama sampai kepada Abdurrahman bin Auf. Hati Abdurrahman bin Auf pun sangat bergembira mendengar kabar itu. Rasulullah SAW telah menjaminnya masuk surga.

"Andai mampu, aku akan memasuki surga sambil berjalan," ucap Abdurrahman bin Auf dalam pikirnya. Sebelum iring-iringan unta berhenti, ia bergegas menuju rumah Aisyah.

"Wahai, Ummul Mukminin (Aisyah)," kata Abdurrahman bin Auf.

"Aku akan menginfakkan seluruh unta beserta muatannya di jalan Allah!"

Segera setelah itu, Abdurrahman bin Auf membagi-bagikan seluruh barang dagangannya kepada penduduk Madinah.

Mengutip laman Kementerian Agama (Kemenag), dalam redaksi lain dikisahkan, Abdurrahman bin Auf adalah sosok yang kaya raya sehingga sering disindir oleh Rasulullah SAW. Salah satunya, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga dengan berjalan merangkak.

Para sahabat penasaran ketika mendengar perkataan Rasulullah ini. "Kenapa dia masuk dengan merangkak tidak seperti sahabat lainnya yang berjalan super kilat pada waktu masuk surga?"

Rasulullah SAW menjawab, "Sebab dia terlalu kaya."

Abdurrahman bin Auf kerap menangis teringat sabda Rasulullah SAW ini. Sebab itu ia sering berdoa sebagai berikut, "Jadikan aku ini miskin! Aku ingin seperti Masab bin Umair atau Hamzah yang hanya meninggalkan sehelai kain pada saat meninggal dunia. Masab bin Umair ketika jasadnya dibungkus kafan, kakinya tertutup tapi kepalanya terbuka. Ketika ditarik ke atas, kepalanya tertutup tapi kakinya terbuka. Ya Allah,"

Tidak hanya itu, Beliau juga kerap bertanya kepada Rasulullah SAW cara bagaimana supaya dirinya dapat masuk ke surga minimal berjalan kaki. Rasulullah menjawab, "Perbanyak bersedekah niscaya kakimu menjadi ringan untuk masuk surga,"

Menurut catatan sejarah, pada akhir hayatnya Abdurrahman bin Auf berwasiat membagi hartanya menjadi 3 bagian. Ketiga bagian tersebut yakni 1/3 dibagikan untuk modal usaha sahabatnya, 1/3 untuk melunasi hutang-hutangnya, dan 1/3 lagi untuk dibagi-bagikan kepada fakir miskin. Semua dilakukan untuk meringankan langkahnya memasuki pintu surga.

Pedagang Kaya Raya

Abdurrahman bin Auf memang seorang pedagang yang kaya raya. Meskipun demikian, ia tidak suka menumpuk harta dan hidup bermewah-mewah. Berdagang ia jadikan sebagai ladang amalan. Jika perdagangannya sukses, hal itu akan semakin mendekatkan jiwanya kepada Allah.

Suatu hari ketika Abdurahman bin Auf hendak berbuka puasa, di hadapannya telah tersedia makanan. Namun, seketika ia tiba-tiba menangis. Di antara tangisannya, Abdurrahman berkata,

"Mus'ab bin Umair gugur sebagai syahid. Ia seorang yang jauh lebih baik daripada aku. Ia hanya mendapat kafan sehelai burdah. Jika kepalanya ditutup, maka tampaklah kakinya; jika kakinya ditutup, maka tampaklah kepalanya."

Abdurrahman bin Auf kemudian berhenti sejenak. Sambil masih tersedu-sedu, ia melanjutkan,

"Demikian juga Hamzah. Ia adalah orang yang jauh lebih baik daripada aku. Ia pun gugur sebagai syuhada. Saat akan dikuburkan, hanya terdapat sehelai selendang untuknya; telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh, kami khawatir telah didahulukan pahala kebaikan kami."

Abdurrahman bin Auf sering kali menangis jika teringat akan hartanya. Ia takut hartanya akan memberatkan dan menjegal dirinya kelak di hadapan Allah SAW. Padahal, ia tidak pernah mengambil harta yang haram sedikit pun.

Pada kisah yang lain, diceritakan ketika beberapa sahabat sedang berkumpul di rumah Abdurrahman bin Auf. Saat jamuan terhidang di meja, seketika itu juga ia menangis.

Melihat kejadian yang tiba-tiba tersebut kemudian para sahabat terkejut. Mereka pun bertanya, "Kenapa kau menangis, wahai Abdurrahman?"

Abdurrahman bin Auf tidak bisa segera menjawab lantaran sedang menangis tersedu-sedu larut dalam kesedihan. Para sahabatnya memang mengenal Abdurrahman sebagai pribadi yang lembut hati.

Ia selalu cemas akan perbuatannya di dunia. Setelah tenang, Abdurrahman bin Auf berujar, "Rasulullah telah wafat. Selama hidupnya, beliau tidak pernah makan roti gandum sampai kenyang. Apa yang diharapkan dari kita jika usia kita dipanjangkan tetapi tidak menambah kebaikan?"

Lantaran jawaban tersebut, bukan hanya Abdurrahman bin Auf yang menangis. Sahabat-sahabat lain yang mendengarnya pun kemudian ikut meneteskan air mata.




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads