Akhlak Rasulullah SAW merupakan teladan bagi umat Islam. Tak terkecuali cara duduk Rasulullah SAW dalam keseharian beliau.
Dalam buku Uswah Rasulullah: Perspektif Al-Qur'an dan Sunnah karya Abdul Syukkur dikatakan, Rasulullah SAW memiliki tiga cara duduk. Pertama, beliau memeluk lutut dengan punggung kaki diikat baju. Hal ini bersandar pada riwayat yang berasal dari Abu Said al-Khudri, ia mengatakan,
"Di dalam masjid, Rasulullah SAW duduk memeluk lutut dengan punggung kaki diikat baju." (HR Al Baihaqi)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, Rasululullah SAW duduk dengan lutut menempel ke perut. Hal ini diungkapkan oleh Qailah binti Makhramah, "Aku melihat Rasulullah di dalam masjid, beliau sedang duduk dengan lutut diangkat menempel ke perut. Ketika aku melihat Rasulullah duduk dengan sangat khusuk aku gemetar karena takut." (HR Abu Dawud)
Selanjutnya, Rasulullah SAW juga duduk dengan bersandar ke bantal. Jabir bin Samurah mengatakan, "Aku melihat Rasulullah bersandar ke bantal di sisi kiri tubuh beliau." (HR At-Tirmidzi)
Rasulullah Selalu Berzikir dalam Duduknya
Ibnu Al-Jauzi dalam Kitab Shifatush-Shafwah menukil sebuah riwayat Al Husain yang menyebut bahwa Rasulullah SAW tidak pernah duduk kecuali dengan berzikir. Al Husain mengatakan,
"Aku bertanya kepada ayahku mengenai cara duduk Rasulullah. Maka ayahku menjawab, 'Rasulullah SAW tidak pernah berdiri maupun duduk kecuali dengan berzikir. Jika beliau tiba di sebuah kaum, beliau akan duduk di tempat yang memang layak dipergunakan untuk duduk. Beliau akan memberikan hak setiap orang yang duduk di sekitarnya. Beliau tidak pernah membeda-bedakan orang-orang yang duduk di sekelilingnya.
Barang siapa bertanya mengenai sebuah permasalahan, maka beliau akan menjawabnya dengan baik-baik. Suri tauladan yang dicontohkan Rasulullah sangat banyak. Oleh karena itu, beliau merupakan ayah bagi mereka dan mereka memiliki hak yang sama di mata Rasulullah.
Majelis Rasulullah merupakan majelis yang dipenuhi dengan sifat lapang dada, kesabaran, dan amanah. Tidak ada suara yang terdengar lantang di majelis tersebut. Seluruh anggotanya saling mencintai satu sama lain dengan ikatan takwa. Mereka menghormati orang yang usianya lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda. Bahkan, mereka akan memprioritaskan orang-orang yang sedang butuh dan memelihara (perasaan) orang asing.'"
Al Husain kembali berkata, "Bagaimana perilaku Rasulullah SAW terhadap orang-orang yang duduk di sekitarnya?" Ayahku (Al Husain) menjawab, "Rasulullah SAW senantiasa memperlihatkan akhlak yang mulia, sopan santun, tidak berkata maupun bersikap kasar, tidak bersuara keras, tidak berbuat keji, tidak suka mencela, dan tidak lalai terhadap sesuatu yang penting.
Rasulullah senantiasa menghindarkan dirinya dari tiga hal: sombong, bersikap berlebihan, dan menjauhi hal-hal yang tidak bermakna. Beliau pun menjaga tiga hal dari orang lain: tidak mencela maupun menghina seorang pun, tidak mengumbar keburukan mereka, dan tidak bicara kecuali hal yang bisa mendatangkan pahala.
Apabila Rasulullah SAW telah berbicara, maka beliau mampu menundukkan orang-orang yang berada di sekelilingnya karena begitu khidmatnya orang-orang menyimak perkataan beliau, sampai-sampai mereka terdiam seperti ketika kepalanya dihinggapi burung (dan khawatir kalau burung itu terbang). Mereka tidak akan berselisih mengenai hadits yang beliau sampaikan. Beliau akan ikut tertawa ketika para sahabatnya tertawa, dan akan ikut kagum ketika mereka merasa kagum.
Rasulullah sangat sabar menghadapi tutur kata kasar dari orang yang masih asing terhadap beliau. Bahkan beliau sendiri pernah bersabda, 'Apabila kalian melihat orang membutuhkan sesuatu, maka segeralah menolongnya. Bahkan Rasulullah sama sekali tidak pernah memutus perkataan orang lain.'" (HR At-Tirmidzi)
Nabi Tidak Duduk Bersandar saat Makan
Menurut sebuah riwayat sebagaimana dinukil Ahmad Mustafa Mutawalli dalam Kitab Syama'il Rasulullah, Rasulullah SAW tidak duduk bersila saat makan. Abu Juhaifah mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Aku tidak akan makan sambil bertelekan." (HR Bukhari)
Ibnu Qayyim mengatakan bahwa para ulama menafsirkan bertelekan dengan tarabbu' atau duduk bersila. Ada juga yang menafsirkan bahwa 'bertelekan pada sesuatu'. Ada juga yang mengatakan duduk semacam ini adalah bersandar pada sisi badan atau ke samping."
Ada juga riwayat yang menyebut bahwa beliau pernah makan dengan cara duduk mutawarrik di atas kedua lututnya. Duduk semacam ini adalah dengan meletakkan telapak kaki kiri di atas telapak kaki kanan. Beliau melakukannya sebagai bentuk kerendahan diri beliau terhadap Allah SWT, demi menghargai makanan, dan menghormati orang yang turut makan bersamanya.
Rasulullah SAW tidak duduk bersandar ketika makan. Dalam salah satu riwayat beliau bersabda, "Aku tidak makan dengan bersandar." (HR Bukhari dan Abu Dawud)
Syamsul Rizal Hamid dalam buku Hadits & Sunah Pilihan menjelaskan, cara duduk Rasulullah SAW saat makan menurut riwayat Muslim adalah dengan duduk di atas pantat dengan satu betis berdiri tegak.
Ibnu Sa'ad meriwayatkan dalam At-Thabaqat Al-Kubra, Rasulullah SAW bersabda, "Aku duduk seperti duduknya hamba sahaya, dan aku makan seperti hamba sahaya makan."
Anas bin Malik RA menceritakan, "Rasulullah SAW pernah disuguhi kurma. Saya melihat beliau makan sambil duduk sambil betis ditegakkan karena lapar." (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad)
(kri/erd)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi