Mushaf Al-Qur'an seperti yang ada saat ini belum tersusun pada masa Rasulullah SAW. Menurut sejarah, penyusunan mushaf Al-Qur'an baru terjadi pada masa Khulafaur Rasyidin.
Sejarah penyusunan mushaf Al-Qur'an diceritakan Hasani Ahmad Said dalam Diskursus Munasabah Al-Qur'an: Dalam Tafsir Al-Mishbah.
Dikatakan, dalam perjalanan sejarah yang berkenaan dengan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur'an dalam arti penulisannya, prosesnya melalui tiga periode dalam pertumbuhan Islam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Periode pertama semasa hidup Rasulullah SAW, periode kedua pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq RA, dan periode ketiga pada masa Khalifah Utsman bin Affan RA.
Pada masa Rasulullah SAW, Al-Qur'an belum berbentuk sebuah mushaf/buku namun hanya berbentuk hafalan. Rasulullah SAW memiliki beberapa orang pencatat wahyu yang di antaranya empat orang sahabat yang kemudian menjadi Khulafaur Rasyidin.
Empat orang sahabat tersebut ialah Abu Bakar RA, Umar RA, Utsman RA, dan Ali RA. Sedang sahabat lain yang ikut mencatat wahyu adalah Mu'awiyah RA, Zaid bin Tsabit RA, Khalid bin Al-Walid RA, Ubai bin Ka'b RA, dan Tsabit bin Qais RA.
Beliau memerintahkan mereka untuk mencatat setiap wahyu yang turun sehingga Al-Qur'an yang terhimpun di dalam dada menjadi tertulis.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, penulisan Al-Qur'an masih sangat sederhana, yaitu di atas lontaran kayu, pelepah kurma, tulang, dan batu.
Selanjutnya, pada masa Abu Bakar As-Shiddiq RA dan Umar bin Khattab RA pembukuan Al-Qur'an masih pada tataran gagasan dan wacana. Baru pada masa Utsman bin Affan RA yang diyakini sebagai cikal bakal adanya rasm al-mushaf (tulisan mushaf).
Terdapat empat orang panitia pada zaman Utsman bin Affan RA yang mengemban tugas menulis beberapa naskah Al-Qur'an untuk selanjutnya disebarkan ke daerah-daerah Islam, menggunakan penulisan lafal-lafal dan bentuk huruf yang telah disetujui.
Selanjutnya, para ulama sepakat memberi nama dengan istilah rasm al-mushaf (tulisan mushaf). Namun, ada pula yang mengaitkannya dengan nama Khalifah Utsman bin Affan sehingga menyebutnya Rasm 'Utsman atau Al-Rasm Al-Utsmani.
Terlepas dari itu terdapat perbedaan pendapat antar para ulama. Namun, mayoritas ulama mengatakan bahwa surah-surah Al-Qur'an disusun berdasarkan tauqifi (penyusunannya berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad SAW.)
Hal itu didasarkan karena Rasulullah SAW membaca berbagai surah menurut susunan ayatnya masing-masing di dalam salat atau khutbah Jumat yang disaksikan para sahabatnya.
Kenyataan itu menjadi suatu bukti yang menyatakan bahwa susunan dan urutan ayat-ayat Al-Qur'an memang sesuai dengan kehendak dan petunjuk dari Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut juga menjadi suatu kepastian yang tidak dapat diragukan kebenarannya (mutawatir).
Pendapat tersebut dari Jalaluddin Al-Suyuthi dalam Al-Itqan fi Ulum Al-Qur'an.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Saya diberikan tempat Taurat dalam Al-Sab'a Al-Thiwal, tempat Zabur dalam surah Al-Mi'ain, tempat Injil dalam surah Al-Matsani, dan diberikan keutamaan dalam surah Al-Mufashshal." (HR Ahmad)
Menurut Abu Ja'far bin Nuhas, hadits ini menunjukkan bahwa penyusunan Al-Qur'an berasal dari Nabi Muhammad SAW dan kegiatan tersebut berlangsung ketika beliau masih hidup.
Begitu pula, pengumpulan Al-Qur'an dalam satu mushaf juga berdasarkan petunjuk yang sama.
Ahmad Mansur Suryanegara dalam buku Api Sejarah: Volume 1, turut menceritakan mengenai sejarah penyusunan Al-Qur'an.
Dikatakan, penyusunan mushaf Al-Qur'an ini dilatarbelakangi oleh semakin meluasnya daerah pengaruh Islam yang meliputi Afrika Utara, Persia, Syiria, serta Jazirah Arabia.
Untuk menyeragamkan dalam satu bentuk tulisan Al-Qur'an, maka diperlukan adanya 30 juz Al-Qur'an yang sudah tersusun dalam satu mushaf.
Pada awalnya, penyusunan mushaf Al-Qur'an yang pertama oleh Utsman bin Affan RA ini tulisannya masih dalam bentuk huruf Arab yang tidak disertai dengan titik.
Dari hasil penulisan dalam bentuk satu mushaf Al-Qur'an ini selanjutnya digandakan dan dikirimkan ke segenap daerah Islam dan dijadikan sumber hukum pada wilayah tersebut. Sementara tulisan yang masih bersifat fragmental yang tertulis pada berbagai materi yang terpisah-pisah, diperintahkan untuk dibakar.
Kemudian, penyusunan mushaf Al-Qur'an yang disertai dengan tanda baris, titik, tanda baca, tanda pengenal ayat dan juz terjadi pada masa sesudah Khalifah Utsman bin Affan RA.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi