Hasan Al-Bashri, Sufi Besar yang Berguru pada Sahabat Nabi

Hasan Al-Bashri, Sufi Besar yang Berguru pada Sahabat Nabi

Nilam Isneni - detikHikmah
Senin, 17 Apr 2023 08:00 WIB
An old and historic Islamic scientist is working in his studio writing, reading and exploring.
Ilustrasi Hasan al-Bashri, sufi besar yang berguru pada sahabat nabi. Foto: Getty Images/iStockphoto/HStocks
Jakarta -

Hasan Al-Bashri adalah ulama besar dalam sejarah Islam. Ia berguru langsung kepada para sahabat nabi.

Merujuk pada Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali karya Abdul Mujieb, Hasan al-Bashri memiliki nama lengkap Abu Said al-Hasan bin Yassar al-Bashri. Ia lahir pada 642 M dan meninggal pada 728 M.

Hasan al-Bashri adalah seorang sufi besar yang lahir di Madinah dari seorang budak yang dimerdekakan, yang bernama Khairah. Ia tinggal di Bashrah dan dikenal sebagai ulama besar, imam besar, dan seorang tabiin besar yang ahli dalam bidang tafsir dan fiqih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ilmunya sangat luas dan dalam sehingga ketika etos intelektualitas menurun pada zaman pemerintahan bani Umayyah, Hasan Al-Bashri justru dikerumuni oleh murid dari segala penjuru.

Al-Ghazali bahkan pernah berkata, "Perkataan Hasan Al-Bashri mendekati perkataan Rasulullah SAW. Petunjuk yang didapatnya hampir sama dengan petunjuk para sahabat."

ADVERTISEMENT

Berbagai cabang pemikiran yang tumbuh dalam sejarah Islam, seperti teologi, hukum Islam, dan tasawuf berpangkal dari ajaran Hasan Al-Bashri. Ia juga sebagai sanad (sandaran) periwayatan sejumlah hadits. Ia dikenal oleh kalangan sahabat di Madinah sebagian besar silsilah sufi menyertakan dirinya.

Menurut sebuah riwayat, aliran Muktazilah lahir setelah memisahkan diri dari mazhab Hasan Al-Bashri. Hasan sebagai tokoh besar pada zamannya tidak meninggalkan sebuah tulisan apapun, namun keterangan pemikirannya dikutip oleh sejumlah murid-muridnya.

Kebesaran dan keleluasaan pengetahuannya melebihi kebesaran tokoh-tokoh yang meninggalkan karya tulisan. Hasan dikenal dengan ucapannya "Dunia ini adalah sebuah jembatan di mana kamu sekalian sedang menyeberanginya dan kamu sekalian tidak pernah bersusah payah mendirikannya."

Menurut sebuah keterangan Hasan Al-Bashri juga berkata, "Allah SWT menjadikan puasa sebagai latihan dasar bagi setiap hamba-Nya yang kan mengantarkan mereka menuju ketaatan kepada-Nya. Di antara manusia ada yang berhasil dan mendapatkan penghargaan (dalam berpuasa); sementara yang lainnya mengalami kegagalan dan meraih hasil yang mengecewakan. Demi seluruh hidupku, andaikan penutup (hijab) dibukakan, niscaya orang saleh akan semakin sibuk dengan kebajikannya dan para pelaku kejahatan segera menggantikan bajunya atau meminyaki rambutnya."

Disebutkan dalam Kitab Halu Salaf Ma'ah Al-Qur'an karya Badar bin Nashir Al-Badar, Hasan al-Bashri mengambil periwatannya dari Ali bin Abi Thalib, Anas bin Malik, Ibnu Umar, dan banyak lagi lainnya baik dari kalangan sahabat nabi maupun tabiin.

Wawan Susetya dalam buku Kisah Sufi turut menceritakan kisah Hasan Al-Bashri. Sebagai salah seorang di antara tokoh-tokoh suci yang terbesar pada masa awal sejarah Islam, sebelumnya Hasan Al-Bashri juga menekuni bisnis batu permata untuk keperluan hidup sehari-harinya.

Oleh karena itu, Hasan mendapat julukan "Si pedagang mutiara". Karena kegiatannya berdagang batu permata itu, ia mempunyai relasi bisnis yang banyak, di antaranya dengan Bizantium. Oleh karena itu, ia berhubungan dengan para jenderal dan menteri kaisar.

Nasihat Hasan al-Bashri

Hasan al-Bashri yang dikenal dengan jalan tasawuf-nya meninggalkan sejumlah nasihat. Mengutip buku Mawa'izh al-Imam al-Bashri karya Abdul Wahid Hasan dan diterjemahkan oleh Anding Mujadihid, berikut beberapa nasihatnya,

- Lidah Orang yang Berakal

Hasan Al-Bashri berkata, "Lidah orang yang berakal ada di balik hatinya. Bila ia hendak berbicara, ia berpikir terlebih dahulu. Bila bermanfaat untuk dirinya, ia bicara. Bila membahayakan dirinya, ia diam."

- Akal

Hasan Al-Bashri berkata, "Allah SWT tidak menganugerahkan akal kepada seseorang, kecuali Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban, pada suatu hari, untuk apa akal itu digunakan."

"Seseorang bisa saja menjadi alim, namun belum tentu menjadi abid (tekun beribadah kepada Allah SWT). Seseorang bisa saja menjadi abid, namun belum tentu menjadi orang alim."

- Cukup Dirimu Sendiri sebagai Penghitung Amal

Hasan al-Bashri berkata, "Wahai anak cucu Adam, ingatlah firman Allah SWT, 'Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (Sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.' (QS Al Isra: 14)"




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads