Mengenal Ghadab, Sifat Tercela yang Berdampak Negatif

Mengenal Ghadab, Sifat Tercela yang Berdampak Negatif

Nilam Isneni - detikHikmah
Rabu, 05 Apr 2023 15:00 WIB
Ilustrasi sifat pemarah atau ghadab yang harus dihindari.
Ilustrasi ghadab, sifat tercela yang berdampak negatif. Foto: Getty Images/iStockphoto/Andranik Hakobyan
Jakarta -

Ghadab adalah salah satu sifat yang tercela, menurut asal bahasanya ghadab berasal dari bahasa Arab yang artinya marah atau pemarah.

Hal tersebut dijelaskan dalam buku Aqidah Akhlak karya Syafiuddin. Dijelaskan lebih lanjut, secara istilah ghadab artinya merasa tidak senang dan panas hati karena suatu peristiwa atau sebab-sebab tertentu.

Marah adalah sifat alamiah yang ada pada manusia, namun di antara mereka ada yang bisa mengendalikannya dan ada juga yang tidak bisa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itulah di dalam Islam terdapat suatu ajaran yang bisa mengendalikan amarah. Nafsu amarah akan lebih mendorong diri manusia untuk melahirkan perbuatan, sikap, dan tindak kejahatan atau syahwat hewani dan kesenangan kepada kejahatan.

Memang pada dasarnya, sifat marah merupakan tabiat manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan tidak mau ditolak keinginannya. Nafsu amarah ini merupakan satu musuh dalam batin manusia.

ADVERTISEMENT

Artinya, nafsu yang selalu memerintahkan kepada keburukan dan jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan musuh-musuh yang nyata lainnya. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,

إِنَّ الغَضَبْ مِنَ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنَ النَّارِوَإِنَّمَا نُطْقَا النَّارُ بالا ، فإذا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأُ

Artinya: "Sesungguhnya amarah itu datangnya dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu." (HR Abu Daud)

Bukan hanya itu, sifat marah ini merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hari manusia untuk mengajak pada keburukan. Hal ini dikarenakan dengan kemarahan, seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga melakukan tindakan buruk bagi dirinya.

Allah SWT berfirman,

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran: 134)

Menurut Rofa'ah dalam buku Akhlak Keagamaan, ghadab merupakan sifat yang sangat membebani jiwa. Sebab, jiwa manusia akan lelah akibat memendam rasa benci atau ketidaksukaan terhadap orang lain.

Beberapa bentuk ghadab antara lain menampakkan sikap angkuh kepada orang lain, merusak sesuatu yang berada di sekitarnya, enggan bertemu dan menyapa orang yang membuatnya marah, dan mengancam orang yang menyebabkan marah.

Selain itu, tidak bisa kompromi, diskusi, atau berbicara secara baik-baik juga termasuk tingkah laku yang muncul karena ghadab.

Dampak Negatif Ghadab

Masih dalam sumber yang sama, memiliki sifat pemarah tentu akan mengakibatkan bahaya besar baik bagi pelakunya maupun orang lain. Berikut bahaya marah:

1. Bagi diri sendiri, tentu akan mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi, sehingga membuka peluang terkena serangan jantung, cepat tua, gangguan tidur, gangguan pernapasan, sakit kepala, stroke, dan depresi.

2. Bagi orang lain dan lingkungan, akan mengakibatkan keputusan dan tindakan cenderung menambah masalah bukan menyelesaikan masalah, menimbulkan kerusakan hubungan dengan teman, dapat merusak keharmonisan keluarga, bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan, dan bisa mengakibatkan pembunuhan.

3. Menjadi sumber keburukan, seorang yang memiliki sifat pemarah dapat merusak keharmonisan keluarga dan masyarakat. Dapat pula menjadi sumber kejahatan kriminal karena orang yang marah tidak dapat berpikir secara rasional.

Cara Menghindari Ghadab

Ada beberapa cara untuk menghindari ghadab, berikut di antaranya:

  • Meredam rasa amarah dengan cara menahan diri.
  • Meredam rasa amarah dengan cara beristighfar.
  • Meredam rasa amarah dengan cara membaca ta'awudz.
  • Meredam rasa amarah dengan berwudhu.
  • Meredam rasa amarah dengan cara merubah posisi. Jika kita sedang marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah duduk. Kalau tidak reda juga maka hendaklah berbaring. Rasulullah SAW bersabda,

إِذَا غَضَبَ أَحَدُ كُمْ وَهُو قائمٌ فَليجلس فإنْ ذَهَبَ عَنْهُ الغَضَبُ وَإِلا فليضطجع

Artinya: "Jika salah seorang di antara kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri maka hendaklah dia duduk (hal itu cukup baginya), jika marahnya reda. Namun, jika marahnya tidak reda juga maka hendaklah dia berbaring." (HR Abu Daud dan Ibnu Hibban)

  • Meredam rasa amarah dengan cara berdiam diri. Imam Ahmad meriwayatkan,

إِذَا غَضَبَ أَحَدُ كُمُ فَلْيَسْكَتْ

Artinya: "Jika salah seorang di antara kalian marah maka hendaklah ia diam."

  • Memberi maaf. Allah SWT memerintahkan kita untuk dapat memberikan maaf dengan tulus dan ikhlas kepada sesama sehingga hubungan antara sesama manusia tetap terjaga. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Asy-Syura ayat 40,

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: "Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim."




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads