Hati-hati, Beramal Tanpa Berilmu Bisa Berujung Sia-sia

Hati-hati, Beramal Tanpa Berilmu Bisa Berujung Sia-sia

Tsalats Ghulam Khabbussila - detikHikmah
Minggu, 12 Mar 2023 15:00 WIB
Hands of an Asian woman studying in a coworking space
Ilustrasi. Hati-hati, beramal tanpa ilmu merupakan perbuatan sia-sia. (Foto: Getty Images/iStockphoto/mapo)
Jakarta - Orang yang beramal tanpa menggunakan ilmu disebut mudharat. Dikutip dari buku Menolak Kemudharatan karya Dr. H. Ahmad Syahrus Sikti, S.H.I., M.H., mudharat secara bahasa dapat dikatakan sebagai kondisi yang sangat berbahaya.

Senada dengan pengertian itu, melalui Al-Qurtubi disebutkan bahwa mudharat berarti pelarangan yang bersifat mutlak karena membahayakan atau menderitakan. Sementara, menurut terminologi, ahli usul fikih menyebutkan mudharat sebagai perbuatan yang tidak mengandung manfaat yang bahkan bisa melukai seseorang.

Dalil Larangan Beramal Tanpa Berilmu

Mudharat dapat disimpulkan sebagai perbuatan yang tidak berarti dan cenderung berbahaya. Senada dengan keterangan itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq menyampaikan, "Tanpa ilmu, amal tiada gunanya. Sedangkan, ilmu tanpa amal adalah hal yang sia-sia."

Sia-sia yang dimaksud seperti dijelaskan dalam Kitab Zubad juga merujuk pada amal yang tertolak. Hal ini sesuai dengan kalimat, "Fakullaman bighairi ilmin ya'malu a'maluhu mardudatun latukbalu," yang bermakna barang siapa yang beramal tanpa ilmu maka amalnya akan ditolak.

Tanpa kombinasi ilmu dengan amal tiada hal bermanfaat yang akan dihasilkan. Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an Surah Al-Isra ayat 36 menjelaskan:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

Artinya: "Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."

Dalam beramal, sebagai umat yang beriman kepada-Nya, kita perlu mempertimbangkan dan mengikuti hukum Islam serta keterangan yang ada. Jangan sampai dalam beramal kita hanya menggunakan hawa nafsu serta keinginan kita sendiri.

Hal ini disampaikan Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an Surah Sad ayat 26, bunyinya:

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ٢٦ ࣖ

Artinya: (Allah SWT berfirman,) "Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan."

Imam Bukhari pernah menekankan pentingnya ilmu sebelum beramal seperti diterjemahkan Dr Rahmatullah dalam buku Wawasan Keislaman. Bukhari berpendapat bahwa perkataan dan perbuatan tanpa landasan ilmu bisa membawa pada penyimpangan dari yang telah digariskan oleh syariat Islam.

Keutamaan Menuntut Ilmu

Begitu tingginya kedudukan ilmu dalam ajaran Islam yang bahkan menuntut ilmu tersebut diwajibkan bagi muslim laki-laki maupun perempuan. Mengenai kewajiban tersebut, Rasulullah SAW memberikan penegasan dalam hadits berikut,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim," (HR Ibnu Majah, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir No 3913).

Keutamaan orang berilmu bahkan disebutkan dalam Al-Qur'an surah Fathir ayat 28. Allah SWT berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ - ٢٨

Artinya: "Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun."

Bahkan disebut dalam salah satu sabda Rasulullah SAW, orang yang berilmu lebih utama dibandingkan dengan ahli ibadah. Keutamaan yang digambarkan nabi bagi orang yang suka mencari ilmu dibandingkan dengan yang ahli beribadah adalah seperti keutamaan bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.

وقال صلى الله عليه وسلم فَضْلُ العَالِمِ عَلىَ العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ عَلىَ سَائِرِ الكَوَاكِبِ

Artinya: Nabi SAW bersabda, "Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya." (HR At-Tirmidzi)


(rah/rah)

Hide Ads