Sejarah telah mencatat bahwa Islam telah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang selama beratus-ratus tahun. Dinasti Abbasiyah menjadi dinasti kedua dalam sejarah pemerintahan umat Islam setelah keruntuhan Dinasti Umayyah.
Diceritakan dalam buku Metodologi Studi Islam karya Prof. Dr. Supiana, Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abu al-Abbas al-Saffah melalui kudeta yang dilakukannya dengan dukungan kaum Mawali dan Syi'ah terhadap dinasti Umayyah di pusat kota Damaskus. Dinamakan dinasti Abbasiyah sebab para pendiri dan penguasa dinasti ini merupakan keturunan al-Abbas, paman Nabi Muhammad SAW. Kekuasaan dinasti ini telah berlangsung selama 500 tahun, yaitu sejak tahun 132-656 H atau 750-1258 M.
Tak jauh berbeda dari yang dialami dinasti sebelumnya, kemunduran dan kehancuran Dinasti Abbasiyah turut menjadi awal dari kemunduran dunia Islam. Mengutip dari buku Sejarah Peradaban Islam yang ditulis oleh Wandi, penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktor Internal Runtuhnya Dinasti Abbasiyah
1. Perebutan Kekuasaan di Pusat Pemerintahan
Khilafah Abbasiyah awalnya didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan tersebut yang sama-sama tertindas ketika Bani Umayyah masih berkuasa. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu.
Kedua kubu ini saling berselisih karena kecenderungan masing-masing bangsa yang ingin mendominasi kekuasaan. Orang Persia menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan menganggap bangsa non-Arab ('ajam) lebih rendah. Perselisihan sudah dirasakan sejak awal berdirinya Dinasti Abbasiyah, tetapi fanatisme kebangsaan ini tampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa.
Setelah al-Mutawakil (232-247 H), seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki semakin kuat. Mereka dapat menentukan siapa yang diangkat menjadi khalifah sehingga sejak itu kekuasaan Dinasti Abbasiyah menjadi sangat lemah dan kekuasaan telah beralih ke tangan bangsa Turki. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia. Selanjutnya, kekuasaan Bani Buwaih beralih kepada Bani Seljuk, bangsa Turki pada periode keempat (447-590 H).
2. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil yang Memerdekakan Diri
Wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama hingga masa keruntuhan sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, persia, Turki, dan India. Namun, kenyataannya banyak daerah yang tidak dikuasai oleh khalifah, melainkan berada di bawah kekuasaan gubernur yang bersangkutan. Hubungan dengan khalifah hanya ditandai dengan pembayaran upeti.
Khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk sehingga tingkat saling percaya di kalangan penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah. Para penguasa Abbasiyah lebih menitikberatkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dibanding politik dan ekspansi.
Selain itu, banyak daerah-daerah yang memerdekakan diri karena terjadi kekacauan atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki. Akibatnya, beberapa provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas.
3. Kemerosotan Perekonomian
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas termasuk pemerintahan yang kaya. Perekonomian masyarakat sangat maju, terutama di bidang pertanian, perdagangan, dan industri. Namun, perekonomian Abbasiyah mulai mundur setelah memasuki masa kemunduran politik.
Pendapatan negara menjadi menurun karena semakin sempitnya wilayah kekuasaan serta banyaknya kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. Sementara itu, pengeluaran membengkak karena kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah serta para pejabat melakukan korupsi.
Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara menjadi morat-marit. Demikian pula kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah.
4. Munculnya Aliran-Aliran Sesat dan Fanatisme Keagamaan
Sebagian dari orang-orang Persia mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme, dan Mazdakisme sebab cita-cita mereka tidak sepenuhnya tercapai untuk menjadi penguasa. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini kemudian menggoda rasa keimanan para khalifah.
Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlangsung mulai dari bentuk yang sederhana seperti polemik tentang ajaran hingga konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak.
Selain itu, terjadi pula konflik dengan aliran Islam lainnya, seperti perselisihan antara Ahlusunnah dengan Mu'tazilah yang dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah yang menjadikan Mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara.
Faktor Eksternal Runtuhnya Dinasti Abbasiyah
1. Perang Salib
Kekalahan tentara Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam. Kebencian tersebut bertambah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin berziarah ke sana. Karena itulah, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukan kepada umat kristen Eropa untuk melakukan perang suci, yaitu Perang Salib.
Perang salib yang berlangsung dalam beberapa periode banyak menelan korban dan menguasai beberapa wilayah Islam. Setelah melakukan peperangan di tahun 1097-1124 M, mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa, Baitul Baqdis, Akka, Tripoli, dan kota Tyre.
2. Serangan Mongolia ke Negeri Muslim dan Berakhirnya Dinasti Abbasiyah
Orang Mongolia merupakan bangsa yang berasal dari Asia Tengah, sebuah kawasan terjauh di China, terdiri dari kabilah-kabilah yang disatukan oleh Jenghis Khan (603-624 H).
Sebagai awal penghancuran Baghdad dan Khilafah Islam, tentara Mongol mulai menguasai negeri Asia Tengah, Khurasan, dan Persia. Mereka berhasil menaklukkan negeri Khawarizm dan menguasai Asia Kecil.
Kemudian, Hulagu Khan mengirimkan ultimatum kepada Khalifah agar menyerah dan mendesak supaya tembok kota sebelah luar diruntuhkan. Akan tetapi, Khalifah tetap enggan memberikan jawaban sehingga di awal tahun 1258 M, Hulagu Khan menghancurkan tembok ibu kota. Hulagu Khan beserta pasukannya menghancurkan kota Baghdad dan membakarnya. Pembunuhan berlangsung selama 40 hari dengan jumlah korban sekitar dua juta orang. Dengan terbunuhnya Khalifah al-Mu'tashim menandai babak akhir dari Dinasti Abbasiyah.
Itulah sejarah penyebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah yang ditinjau dari faktor internal dan faktor eksternal. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan umat muslim, khususnya mengenai sejarah kekhalifahan Islam.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi