Qada termasuk hal yang wajib diimani umat Islam. Qada tercantum di Lauh Al-Mahfuz jauh sebelum penciptaan langit dan bumi.
Qada ialah ketetapan Allah SWT yang tercantum di Lauh Al-Mahfuz sejak zaman azali, sebagaimana disebutkan dalam buku Mengenal Rukun Iman dan Islam karya Miftahul Basar. Zaman azali adalah zaman saat segala sesuatu belum tercipta.
Disebutkan dalam buku Smart Islamic Parenting karya Ahmad Abi Al-Musabih, ketetapan Allah SWT ini meliputi semua hal yang berhubungan dengan maakhluk ciptaan-Nya dan sesuai dengan iradah-Nya. Qada mencakup semua hal yang baik dan buruk, hidup dan mati, dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagian ulama menjelaskan bahwa qada merupakan suatu ketetapan yang sudah terjadi. Oleh karena itulah, qada mencakup ketetapan Allah SWT bagi makhluk ciptaan-Nya seperti penciptaan, perubahan dan termasuk peniadaannya.
Selain itu, Allah SWT juga telah menjelaskan melalui firman-Nya dalam surah Ar-Ra'd ayat 8:
اَللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ اُنْثٰى وَمَا تَغِيْضُ الْاَرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ ۗوَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهٗ بِمِقْدَارٍ ٨
Arab-latin: Allāhu ya'lamu mā taḥmilu kullu unṡā wa mā tagīḍul-ar-ḥāmu wa mā tazdād, wa kullu syai`in 'indahụ bimiqdār
Artinya: "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan dan apa yang berkurang (tidak sempurna dalam) rahim dan apa yang bertambah. Segala sesuatu ada ketentuan di sisi-Nya."
Pada buku Qadar karya M Fethullah Gulen dijelaskan, catatan yang dituliskan oleh Allah SWT pada Lauh Al-Mahfuz tidak akan berbeda dengan yang ditulis oleh para malaikat yang akan mencatat segala perbuatan manusia. Sebab, pada catatan Allah SWT di Lauh Al-Mahfuz akan dilaksanakan oleh setiap orang menurut kehendak-Nya.
Dijelaskan lebih lanjut, nantinya para malaikat akan menulis setiap perbuatan manusia seperti yang telah dikehendaki oleh Allah dalam catatan-Nya di Lauh Al-Mahfuz. Sebagaimana Allah SWT berfirman,
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ ١٧٢ اَوْ تَقُوْلُوْٓا اِنَّمَآ اَشْرَكَ اٰبَاۤؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّنْۢ بَعْدِهِمْۚ اَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُوْنَ ١٧٣
Arab-latin: Wa iż akhaża rabbuka mim banī ādama min ẓuhụrihim żurriyyatahum wa asy-hadahum 'alā anfusihim, a lastu birabbikum, qālụ balā syahidnā, an taqụlụ yaumal-qiyāmati innā kunnā 'an hāżā gāfilīn Au taqụlū innamā asyraka ābā`unā ming qablu wa kunnā żurriyyatam mim ba'dihim, a fa tuhlikunā bimā fa'alal-mubṭilụn
Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, "Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini," atau agar kamu (tidak) mengatakan, "Sesungguhnya nenek moyang kami telah mempersekutukan (Tuhan) sejak dahulu, sedangkan kami adalah keturunan yang (datang) setelah mereka. Maka, apakah Engkau akan menyiksa kami karena perbuatan para pelaku kebatilan?" (QS Al A'raf: 172-173)
Dijelaskan dalam buku tersebut bahwasanya Allah SWT telah mengambil perjanjian dari manusia pada saat mereka masih berada di sulbi ayah-ayah mereka. Bahkan pada saat mereka masih di alam arwah dan belum menjadi janin.
Allah SWT bisa saja mengambil ketetapan tersebut pada saat mereka masih berada di dalam perut ibu mereka masing-masing, atau lebih tepatnya yaitu pada saat Allah SWT memerintahkan malaikat untuk meniupkan roh kepada calon-calon manusia, maka pada saat itulah Allah SWT mengambil janji dari setiap orang.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi