Peristiwa 15 Rajab: Pemindahan Arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah

Peristiwa 15 Rajab: Pemindahan Arah Kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah

Kristina - detikHikmah
Rabu, 01 Feb 2023 15:15 WIB
Kakbah (Fajar Pratama/detikcom)
Ka'bah, kiblat umat Islam yang baru setelah sebelumnya menghadap ke Baitul Maqdis. Foto: Fajar Pratama/detikcom
Jakarta -

Malam 15 Rajab termasuk waktu yang utama dalam bulan Rajab sebagaimana dikatakan Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya' Ulumuddin. Pada tanggal tersebut juga terjadi peristiwa pemindahan arah kiblat umat Islam.

Kiblat umat Islam awalnya adalah Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsa di Kota Yerusalem sebelum akhirnya dipindah ke Ka'bah di Masjidil Haram Makkah. Peristiwa pemindahan arah kiblat pada 15 Rajab ini mengacu pada pendapat Ibn Sa'd sebagaimana diceritakan dalam Atlas al-Sirah al-Nabawiyah karya Shauqi Abu Khalil.

Diceritakan, ketika masih berada di Makkah, Rasulullah SAW mendirikan salat dengan menghadap ke arah Baitul Maqdis, termasuk ketika beliau salat di sekitar Ka'bah. Selama 16 bulan pasca hijrah ke Madinah, beliau masih mendirikan salat menghadap ke Baitul Maqdis meskipun sebenarnya beliau lebih suka menghadap ke arah Ka'bah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepada Jibril, Rasulullah SAW bertutur, "Aku senang jika Allah memalingkan wajahku dari kiblat Yahudi." Jibril menjawab, "Aku hanya hamba biasa, berdoalah dan mintalah kepada Rabbmu." Maka, Rasulullah SAW menengadahkan wajahnya ke langit.

Kemudian, turunlah firman Allah SWT,

ADVERTISEMENT

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ ١٤٤

Artinya: "Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram." (QS Al Baqarah: 144)

Rasulullah SAW kemudian memindahkan arah kiblat usai turun firman tersebut. Menurut sebuah riwayat, hal ini terjadi ketika salat Ashar (riwayat lain menyebut saat salat Zuhur).

Diriwayatkan dari al-Barra' bin Azib RA, dia berkata, "Pertama kali Rasulullah SAW datang di Madinah, beliau bertempat tinggal di rumah kakek-kakeknya--atau paman-pamannya dari jalur ibu dari kalangan kaum Anshar. Dan, sesungguhnya beliau salat menghadap Baitul Maqdis selama enam belas bulan atau tujuh belas bulan.

Dan, banyak orang yang heran setelah tahu pemindahan arah kiblat salat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah. Dan awal pemindahan arah salat itu terjadi pada waktu beliau melakukan salat Ashar. Ketika itu ada sekelompok orang yang sedang melakukan salat, lalu lewatlah seorang laki-laki di tempat mereka salat.

Maka, orang laki-laki itu berkata, 'Aku bersaksi dengan nama Allah, sungguh aku telah salat dengan Rasulullah SAW menghadap Ka'bah.'

Maka, kelompok orang itu berputar menghadap Ka'bah. Tatkala itu orang-orang Yahudi terheran-heran dengan apa yang dilakukan umat Islam dengan berpindahnya kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah. Orang-orang Yahudi itu mengingkari apa yang dilakukan umat Islam, maka turunlah ayat, 'Sungguh Kami telah melihat wajahmu menengadah ke langit' (QS Al Baqarah: 144).

Maka, berkatalah orang-orang yang bodoh--Yahudi, 'Apa yang memalingkan mereka (umat Islam) dan kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dulu mereka berkiblat kepadanya?'" (HR Malik, Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi)

Disebutkan dalam Kitab Zadul Ma'ad karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan diterjemahkan oleh Nabhani Idris, perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis ke Baitullah (Ka'bah) pada bulan Rajab ini mengandung hikmah besar sekaligus ujian bagi kaum muslimin, orang-orang musyrik, dan orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik.

Bagi kaum muslimin, kata Ibnu Qayyim al-Jauziyah, ia menuntut sikap mendengar dan patuh seraya mengatakan, "Kami beriman dengannya, semuanya dari sisi Rabb kami" (QS Ali Imran: 7). Hal ini tidak memberatkan dan tidak masalah bagi kaum muslimin karena termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah SWT.

Sementara itu, orang-orang musyrik akan mengatakan, "Ia pindah ke kiblat kita, berarti ia akan pindah ke agama kita. Maka yang benar adalah agama kita."

Adapun, orang-orang Yahudi akan berkomentar bahwa Rasulullah SAW menyalahi kiblat para nabi. Mereka menyimpulkan bahwa Rasulullah SAW bukan nabi, sebab kalau nabi, tentu ia akan salat menghadap kiblat mereka (bukan ke Ka'bah).

Kemudian, orang-orang munafik mengatakan, "Kami tidak tahu ke mana Muhammad mengarah. Karena kalau kiblat pertama yang benar, tentu ia tidak pindah ke yang lain. Jika yang kedua yang benar, berarti saat menghadap kiblat pertama, ia dalam kebatilan."

Demikian pendapat orang-orang musyrik, Yahudi, dan orang-orang munafik sebagaimana dikatakan Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

Peristiwa pemindahan arah kiblat pada bulan Rajab ini terjadi dua bulan sebelum peristiwa Perang Badar. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Imam Ahmad dan Al-Bukhari.




(kri/lus)

Hide Ads