Abul Wafa' Ali bin 'Aqil Al-Baghdad atau yang akrab dengan panggilan Imam Ibnu 'Aqil adalah seorang ahli qiraat, faqih, dan ushul, dilahirkan pada tahun 431 Hijriah dan wafat pada tahun 513 Hijriah (1040 -1119 M). Kisah Imam Ibnu' Aqil diceritakan dalam buku dengan judul Ulama-ulama yang Menghabiskan Hari-harinya untuk Membaca, Menulis, dan Menebarkan Cahaya Ilmu Pengetahuan oleh K.H. Husein Muhammad.
Sejak kecil, Imam Ibnu 'Aqil dikenal sebagai anak yang rajin dan tekun. Tidak seperti anak-anak lainnya, Ibnu 'Aqil senang untuk belajar dan berdiskusi bersama teman-temannya. "Alhamdulillah, Allah SWT memberikan perhatian kepadaku pada saat aku beranjak dewasa. Aku dianugerahi cinta pada ilmu. Aku tidak suka bermain. Aku ingin selalu bersama teman-teman sekolah. Sampai pada usia tua ini, aku merasa semangatku dalam menuntut ilmu jauh lebih kuat daripada saat aku berusia 20 tahun," kata dia.
Setelah belajar Al-Qur'an dan ilmu-ilmu dasar, Imam Ibu 'Aqil mengaji kepada sejumlah ulama besar pada masanya, antara lain Syaikh Abu Bakar bin Bisyran, Syaikh Abu al-Fath bin Syaitha, Syaikh Abu Muhammad al-Jauhari, Syaikh Hasan bin Ghalib al-Muqri, Qadhi Abu Ya'la al-Farra', Syaikh Abu Ali bin al-Walid, dan Syaikh Abu al-Qasim bin at-Tibban
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keseharian Imam Ibnu 'Aqil dihabiskan untuk membaca, berpikir, merenung, dan meneliti. "Aku tidak membiarkan hari-hariku berlalu secara sia-sia. Manakala aku sedang tidak mengajar atau berdiskusi atau membaca buku, aku memanfaatkan pikiranku untuk memikirkan sesuatu, dan itu aku lakukan sambil merebahkan tubuh. Manakala aku menemukan suatu pengetahuan yang harus aku tulis, maka aku bangun," kata Imam Ibnu 'Aqil seperti dikutip dalam kitab Dzail ath-Thabaqat al-Hanabilah.
"Aku berusaha semaksimal mungkin untuk menghemat waktuku untuk makan. Sehingga, aku memilih makan sepotong roti ka'ka, lalu dicelupkan ke dalam air. Dengan begitu, aku tidak menunggu lama menelannya untuk kemudian bisa membaca dan memikirkan isi kitab yang aku baca atau adanya manfaat sesuatu yang belum pernah ku dapatkan," kata dia lagi.
Apabila menceritakan tentang kisah Imam Ibnu 'Aqil, maka tidak lupa dengan sebuah kitab Al-Funun. Kitab Al-Funun merupakan karya ensiklopedia dalam Madzhab Hanbali. Di dalam kitab Al-Funun merupakan himpunan dari segala macam pengetahuan keislaman, yaitu tafsir, fiqh, ushul fiqh, hadis, ilmu kalam, nahwu, bahasa, sastra, prosa dan puisi, sejarah, nasihat, cerita-cerita, dan lain-lainnya.
Melansir pada buku Perjalanan Ulama Menuntut Ilmu oleh Abu Anas Majid Al-Bankani, Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, "Imam Ibnu 'Aqil memiliki karangan yang banyak dalam berbagai bidang ilmu, ada sekitar dua puluh macam. Yang paling besar adalah kitab Al-Funun, sebuah kitab yang sangat besar dan berisikan banyak faedah yang mulia dalam nasihat, tafsit, fikih, ushul fikih, ushuluddin, nahqu, bahasa syair, sejarah, dan hikayat. Di dalamnya juga disebutkan tentang diskusi majelis yang pernah ia geluti, pemikiran, dan ide-idenya."
Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata, "Sesungguhnya Abdullah bin Mubarak Al-Akbari Al-Muqri' Al-Hanbali atau yang dikenal dengan Ibnu Nayyal yang wafat pada tahun 528 Hijriah telah menjual segala apa yang ia miliki dan dia membeli dengan itu semua kitab Al-Funun dan kitab Al-Fushul karangan Ibnu 'Aqil."
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa