Cendekiawan muslim di masa lampau banyak mewarisi ilmu pengetahuan yang dijadikan pondasi hingga saat ini. Termasuk pada masa Dinasti Abbasiyah yang tidak hanya melahirkan seorang cendekiawan muslim Ibnu Sina.
Dinasti Abbasiyah sendiri merupakan salah satu dinasti kebesaran Islam yang pernah memimpin kekhalifahan setelah masa Khulafaur Rasyidin atau masa empat sahabat rasul. Kebesarannya bertahan selama 5 abad dari tahun 750 M hingga 1258 M.
Selama itu pula, beragam ilmu pengetahuan berkembang pesat hingga menjadi pondasi utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa setelahnya. Menurut publikasi Cendekia terbitan Kementerian Agama (Kemenag), pada masa Abbasiyah, ilmu pengetahuan masuk dalam kategori ilmu filsafat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, pada masa itu masih belum ada spesialisasi ilmu pengetahuan seperti sekarang. Seorang ilmuwan filsafat cenderung memiliki keahlian di banyak bidang dan berhasil mengembangkan ilmu pengetahuannya tersebut.
Daftar Cendekiawan Muslim di Masa Abbasiyah
1. Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi
Ilmuwan muslim di Masa Abbasiyah yang pertama adalah Jamsyid Giatsuddin Al Kasyi. Jamsyid adalah profesor Matematika sekaligus Astronomi di Universitas Samarkand, Uzbekistan.
Melansir Repository Digital dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Jamsyid memiliki peran penting pada ilmu Matematika saat ini. ilmuwan yang hidup pada abad ke-7 ini disebut sebagai peletak dasar aritmatika atau ilmu hitung yang dilakukan atas dasar slide.
2. Al Khwarizmi
Ilmuwan muslim selanjutnya ada Al Khwarizmi yang juga dikenal atas jasanya bagi Matematika. Ia bernama lengkap Abu Ja'far Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi.
Al-Khwarizmi mewariskan buku yang menjadi dasar pengembangan aljabar dan algoritma matematika dengan judul Hisab al-jabr wa al-Muqabala (The Compendious Book on Calculation by Completion and Balancing). Buku tersebut membahas bilangan asli, cara berhitung matematika sederhana atau teori algoritma (penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian) hingga penyelesaian persamaan linear dan kuadrat.
3. Ibnu Sina
Selanjutnya, ada Ibnu Sina yang namanya sudah cukup dikenal di kalangan muslim.
Kiprahnya di ilmu pengetahuan lewat karya populernya yang berjudul Al-Qanun fi al- Thibb (The Canon of Medicine) dan sudah diterjemahkan dalam 15 bahasa dunia. Sebab itu pula, Ibnu Sina dijuluki The Father of Farmacology (Bapak Farmakologi) dan Al-Syekh al-Rais al-Thibb (Mahaguru Kedokteran).
Berkat kecerdasannya, Ibnu Sina menjadi dokter pertama yang memperkenalkan eksperimen dan hitungan cermat berbagai jenis penyakit menular berikut dengan cara-cara menjinakkannya. Selain itu, ilmuwan muslim kelahiran Iran ini pula yang memperkenalkan teknik karantina sebagai upaya membatasi penularan virus pertama kalinya.
4. Al Farabi
Al Farabi atau Abu Nashr menjadi salah satu cendekiawan muslim masa Abbasiyah lainnya, Ia juga merupakan filsuf muslim pertama yang menyelaraskan Islam dengan filsafat Yunani.
Berkat kepiawaiannya dalam pemikiran filsafat, ia mendapat julukan Guru atau Master Kedua (al-mu'allim at thani) setelah Aristoteles. Karya Al Farabi di bidang filsafat yang terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah yakni buku seputar pencapaian kebahagiaan melalui kehidupan berpolitik.
Menurut Siti Nurlaela dalam buku Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi, Al Farabi juga pandai di bidang musik yang juga disebut sebagai orang pertama yang meletakkan dasar-dasar tentang not musik. Kiprahnya di dunia musik menghasilkan Kitab Al-Musiqi Al Kabir (Buku Besar Musik) hingga menjadi rujukan penting bagi perkembangan musik klasik barat.
5. Jabir Ibnu Hayyan
Terakhir, cendekiawan muslim masa Abbasiyah adalah Jabir Ibnu Hayyan. Ilmuwan kelahiran tahun 721 M ini pernah menulis buku berjudul al Kimya yang kemudian dijadikan rujukan dalam pengembangan ilmu Kimia.
Tidak mengherankan bila karya-karya Jabir telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di Eropa hingga kemudian diserap oleh ilmu kimia modern. Melalui karyanya tersebut, Jabir juga mengenalkan sejumlah teori dan konsep kimia seperti materi dan zat murni hingga proses kimiawi.
Jabir melakukan penelitian yang menemukan senyawa kimia yang dapat mencegah besi dan logam berkarat. Hingga cendekiawan muslim satu ini melahirkan salah satu penemuannya yang paling terkenal yakni konsep besi dan logam.
(rah/erd)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi