Sifat munafik ialah sifat yang dibenci oleh Allah SWT dan mampu untuk membawakan malapetaka bagi yang mengindahkannya. Melansir pada halaman Kemenag, di dalam Al-Qur'an, manusia terbagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan manusia beriman, manusia kafir, dan manusia munafik. Lantas, apa itu munafik?
Mengutip pada buku Iman dan Taqwa Peraih Muflihun yang ditulis oleh Nasikin Purnama, munafik adalah orang yang memiliki sifat nifak. Nifak ialah menampakkan yang baik dan menyembunyikan yang buruk. Bahkan, dalam sejarah Islam, kelicikan orang munafik telah menyebabkan kelompok muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW menderita kekalahan dalam perang Uhud.
Menurut Saiful Hadi El-Sutha dalam Mutiara Hikmah 1, bahaya dari munafik dalam pandangan Islam ialah tidak adanya tempat yang layak bagi mereka kecuali kerak neraka jahanam. Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 145 yang berbunyi:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Arab-Latin: Innal-munāfiqīna fid-darkil-asfali minan-nār, wa lan tajida lahum naṣīrā
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka." (QS. An-Nisa: 145)
Ciri-ciri orang Munafik
Melansir pada buku Iman dan Taqwa Peraih Muflihun yang ditulis oleh Nasikin Purnama, ciri-ciri orang munafik telah dijelaskan dalam Al-Quran pada surah An-Nisa ayat 142. Pada ayat tersebut menjelaskan bahwa ciri dari orang yang munafik ialah orang yang menipu Allah. Berikut bunyi ayat tersebut,
إإِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Arab-Latin: Innal-munāfiqīna yukhādi'ụnallāha wa huwa khādi'ụhum, wa iżā qāmū ilaṣ-ṣalāti qāmụ kusālā yurā`ụnan-nāsa wa lā yażkurụnallāha illā qalīlā
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.(QS. An-Nisa: 142)
Selain itu, Seseorang dengan sifat munafik dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 14 yang berbunyi,
وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ
Arab-Latin: Wa iżā laqullażīna āmanụ qālū āmannā, wa iżā khalau ilā syayāṭīnihim qālū innā ma'akum innamā naḥnu mustahzi`ụn
Artinya: Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok". (QS. Al-Baqarah: 14)
Ciri-ciri orang munafik ada tiga. Hal ini telah dijelaskan dari Abu Hurairah Ra, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Artinya: "Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Fajar Kurnianto dalam bukunya Menyelami Makna Bacaan Shalat dijelaskan, siapa yang melanggar janji ialah orang yang sangat merugi. Apabila, jika janji yang dilanggar itu adalah janji yang memiliki kemaslahatan yang luas, seperti janji seorang pemimpin terhadap rakyatnya.
Nabi Musa sangat marah ketika kaumnya melanggar janji setia mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggar janji atau pengkhianat memang tidak disukai oleh para nabi, apalagi Allah.
Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya menyebutkan cerita tentang Raja Heraklius, penguasa imperium Romawi yang sangat kagum dengan sosok Rasulullah yang tidak pernah melanggar janji. Ketika itu, Abu Sufyan diundang Heraklius ke istananya. Dalam sebuah dialog panjang, salah satu pertanyaan diajukan oleh Heraklius adalah tentang kepribadian Rasulullah, apakah ia seorang yang suka melanggar janji. Abu Sufyan dengan jujur menjawab, beliau bukan tipe seperti itu. Heraklius pun mengakui hal itu sebagai ciri-ciri para nabi terdahulu yang tidak pernah melanggar janji. Artinya, khianat atau melanggar janji bukanlah akhlak para nabi.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal