Surah Ali Imran Ayat 191 Jelaskan Tentang Ulil Albab, Apa Itu?

Surah Ali Imran Ayat 191 Jelaskan Tentang Ulil Albab, Apa Itu?

Hanindita Basmatulhana - detikHikmah
Selasa, 19 Jul 2022 16:47 WIB
Ilustrasi Al Quran
Foto: Dok. Shutterstock
Jakarta -

Surah Ali Imran adalah surah ketiga golongan Madaniyah yang berjumlah 200 ayat. Di ayat ke 191 menjadi salah satu yang istimewa. Di dalamnya dijelaskan tentang seorang hamba yang selalu mengingat Allah.

Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 191 yang berbunyi:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka," (QS. Ali Imran: 191)

Ayat ini juga disebut dengan ayat ulil albab. Apa maksudnya? Menyelami Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, dijelaskan bahwa ulil albab dalam surah Ali Imran ayat 191 adalah orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan, yang terus mengingat Allah.

ADVERTISEMENT

Mereka adalah orang-orang yang mengingat Allah dengan ucapan dan atau hati dalam segala kondisi, baik saat bekerja maupun saat istirahat. Bahkan ketika mereka berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring. Mereka adalah orang-orang yang memikirkan tentang penciptaan, yaitu peristiwa dari sistem kerja langit dan bumi.


Ulil Albab menjadikan Allah sebagai objek dzikir, dan menjadikan ciptaan Allah berupa sistem kerja langit dan bumi sebagai objek pikir. Dapat diketahui bahwa Ulil Albab mengenal Allah dengan menggunakan hati mereka, sedangkan mengenal ciptaan-Nya menggunakan akal pikiran.


Akal pikiran mungkin dapat mengkritisi banyak hal mengenai ciptaan Tuhan di dunia ini. Namun akal pikiran bersifat terbatas ketika memikirkan Dzat Allah.

Melansir dari tafsir Kemenag, dari ayat tersebut dijelaskan tentang tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Tanda-tanda ini hanya dipahami bagi orang yang berakal atau orang yang tidak diselubungi akal untuk menciptakan kehancuran.

Orang-orang berakal yang dimaksud dalam ayat ini adalah orang-orang yang senantiasa memikirkan ciptaan Allah, merenungkan keindahan ciptaan-Nya, kemudian dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat-Nya, seraya berdzikir kepada Allah dengan hati, lisan, dan anggota tubuh seraya menjalankan aktivitas sehari-harinya.

Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, dalam buku Dimensi Moralitas Hakim yang Religius dan Islami oleh Rizky Aulia Cahyadri, S.H disebutkan orang yang berakal ulil albab memiliki ciri-ciri yaitu memiliki landasan iman, selalu mengingat Allah SWT, berusaha mengikuti petunjuk-Nya dalam setiap aktivitasnya (ketika berdiri, berjalan, tidur bahkan saat sedang tidak melaksanakan kegiatan) dan selalu memikirkan tentang penciptaan alam sehingga memahami tentang sifat dan manfaat apa yang terkandung di dalam bumi serta tidak membuat kerusakan alam di sekitarnya.

Dengan memperbanyak berdzikir, maka semakin besar rasa takut seorang hamba kepada Allah. Dan dengan banyak berpikir, maka semakin banyak pengetahuan seorang hamba mengenai fenomena alam semesta ciptaan Allah, seperti yang dilakukan Ulil Albab dalam surah Ali Imran ayat 191.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads