Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2025, Muchlis M Hanafi menegaskan bahwa skema layanan satu kloter satu syarikah tidak mengurangi kualitas layanan jemaah. Kebijakan ini merupakan skema baru yang sudah dimulai sejak 2022 dan kini dijalankan secara penuh di Makkah.
"Sejak tahun 2022 sistem layanan haji itu mengalami transformasi dari yang sebelumnya berbasis kawasan geografis menjadi berbasis perusahaan profesional atau syarikah itu. Ini adalah kebijakan resmi Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi dan berlaku untuk seluruh negara pengirim jemaah, termasuk Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers yang turut disiarkan melalui YouTube resmi Kementerian Agama (Kemenag RI), Senin (12/5/2025).
Tahun ini, pelayanan tak lagi diberikan kepada petugas Indonesia melainkan dialihkan sepenuhnya kepada delapan syarikah, yatu perusahaan penyedia layanan haji profesional yang ditunjuk pemerintah Arab Saudi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Transformasi tersebut menimbulkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam pelayanan. Dalam pertama kalinya diterapkan satu kloter, satu syarikah. Dengan begitu, satu kloter jemaah dilayani oleh satu perusahaan khusus yang bertanggung jawab atas seluruh kebutuhan jemaah, termasuk akomodasi, konsumsi dan transportasi.
"Hal ini sekali lagi tidak mengurangi layanan jemaah, baik aspek kualitas maupun kuantitas. Kalau ada sedikit menimbulkan kurang nyaman, mudah-mudahan dengan berjalannya waktu dan dengan mereka fokus beribadah dengan layanan dukungan yang kita berikan mudah-mudahan semakin memberikan kenyamanan," tegas Muchlis.
Ia menilai bahwa layanan berbasis syarikah tersebut menjadi langkah tepat memastikan jemaah terlayani secara utuh dalam setiap pergerakan, terutama saat puncak haji.
"Layanan berbasis syarikah di Makkah ini bertujuan untuk memastikan jemaah dilayani secara optimal saat puncak haji di Armuzna. Baik layanan transportasinya, terkait dengan konsumsinya selama di masyair, kemudian tendanya, kemudian pergeseran jemaah dari satu titik ke titik lainnya," kata Muchlis.
Idealnya satu kloter ditangani satu syarikah. Namun, muncul sejumlah kendala teknis yang menyebabkan sebagian jemaah dari satu kloter dilayani oleh syarikah berbeda. Penyebabnya antara lain keterlambatan visa, perubahan manifes keberangkatan, dan sinkronisasi data penerbangan.
"Untuk jemaah gelombang pertama yang tiba di Madinah sejak tanggal 2 Mei itu ditempatkan di hotel berdasarkan susunan kloter. Sedangkan di Makkah dilayani berbasis syarikah," terang Muchlis.
Konsekuensinya, jemaah dari kloter yang sama bisa saja ditempatkan di hotel berbeda sesuai syarikah yang menangani mereka. Meski begitu, Muchlis menegaskan bahwa hal tersebut tidak akan mengurangi kualitas layanan.
Meski begitu, pada fase kepulangan maka jemaah dikumpulkan lagi sesuai kloternya.
"Meskipun selama di Makkah jemaah dikelompokan berdasarkan syarikah, kepulangan seluruh jemaah tetap menggunakan format kloter sebagaimana saat kedatangan," tandasnya.
(aeb/inf)
Komentar Terbanyak
Ketum PBNU Gus Yahya Minta Maaf Undang Peter Berkowitz Akademisi Pro-Israel
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Viral Aksi Pembakaran Al-Qur'an oleh Caleg AS, Bersumpah Akhiri Islam di Texas