Bakti Herjuno Aji Melayani Sang Ayah Selama di Tanah Suci

Kisah Haji Para Tamu Allah

Bakti Herjuno Aji Melayani Sang Ayah Selama di Tanah Suci

Sudrajat - detikHikmah
Kamis, 20 Jun 2024 09:30 WIB
Herjuno Aji dan istri menemani sang Ayah, Imam Supardi saat akan melempar jumrah di Jemarat, Mina, Rabu (19/6/2024)
Herjuno Aji dan istri menemani sang Ayah, Imam Supardi saat akan melempar jumrah di Jemarat, Mina, Rabu (19/6/2024). Foto: Sudrajat/detikcom
Makkah - Ketika menunaikan ibadah umrah bersama istri dan ketiga anaknya pada 2022, Herjuno Wahyu Aji, 47 tahun, menyaksikan dan merasakan betapa fasilitas infrastruktur untuk jemaah sudah begitu baik. Ada fasilitas kereta cepat, kursi roda elektrik, hingga skuter dan mobil golf.

Menyadari hal tersebut, dia teringat Ayahnya, Imam Supardi di Yogyakarta yang belum sempat berhaji.

"Sebetulnya istri saya (dr Triana Febri) yang mengingatkan bahwa kami punya PR untuk memberangkatkan Bapak ke Tanah Suci," kata Herjuno saat berbincang dengan detikHikmah di Hotel Anjum, Selasa (18/6/2024).

Herjuno Aji dan KeluargaHerjuno Wahju Aji (47) dan keluarganya. Foto: Dok Pribadi

Dengan begitu baiknya fasilitas yang tersedia, dia optimistis sang Ayah yang telah berusia lebih dari 80 tahun akan dapat menunaikan ibadah haji dengan nyaman. Sebetulnya, kata Herjuno, Ayahnya yang pensiunan dari Dinas Perindustrian di Yogyakarta pernah berniat untuk haji bersama ibu mereka, Endah Sulistiawati, pada 2010. Namun kala itu Imam Supardi terdeteksi mengidap gangguan pada organ jantungnya. Akhirnya sang istri berangkat sendiri ke Tanah Suci.

"Tapi saya tak mau dioperasi. Dokter membujuk datang ke rumah tetap saya tolak. Saya yakin bisa sembuh," ujar Imam Supardi diiringi senyum simpul.

Dia mengaku di usia sekarang ini tidak punya pantangan terkait makanan. Toh begitu dia cukup tahu diri untuk tidak mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Begitu dalam aktivitas keseharian dia menjalaninya secara wajar-wajar saja, tidak ngoyo. Hasilnya, dalam beberapa waktu belakangan ini kesehatan Imam Supardi membaik. Dia pun segera didaftarkan untuk haji lewat paket furoda.

Herjuno memilih paket Furoda melalui Maktour bukan karena terpukau oleh tendanya yang mewah dan makanan yang melimpah, tapi karena manajemen pelayanannya kerap dinilai terbaik.

Herjuno mencontohkan ketika rombongan tiba di Mina ternyata aparat belum mengizinkan masuk karena jumlah jemaah lain masih terlalu padat, jemaah Maktour tetap diminta menunggu di dalam bus. Dengan demikian Jemaah tidak menjadi liar dan kepanasan. Begitu saat berada di tenda, selalu ada petugas di setiap sudut yang siap membantu.

"Jadi, saya melihatnya dari sisi ketepatan waktu, kenyamanan, kapasitas di tenda yang tidak berlebihan. Jangan sampai Jemaah menunggu terlalu lama, dan kualitas makanan cocok dengan lidah jemaah," ujar lulusan Teknik Elektro ITB tahun 2000 itu.

Herjuno Wahyu Aji dan ayahnya, Imam Supardi usai sarapan di Hotel Anjum, MekkahHerjuno Wahyu Aji dan ayahnya, Imam Supardi usai sarapan di Hotel Anjum, Makkah. Foto: Iqbal Arif Ismail / detikHikmah

Meski demikian, salah satu petinggi di perusahaan bidang Informasi Teknologi Telekomunikasi itu tetap memantau perkembangan terkait pelayanan haji. Apalagi tahun ini disebut-sebut berlangsung dalam suhu ekstrem, di atas 40 derajat Celsius. Dia mengaku sempat khawatir insiden yang menimpa jemaah haji reguler Indonesia saat di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna) pada 2023 akan terulang.

Tahun lalu sejumlah toilet dan kamar mandi di Arafah airnya mampet. Konsumsi untuk jemaah haji Indonesia juga mengalami keterlambatan. Insiden yang paling menjadi sorotan adalah terlambatnya evakuasi jemaah haji Indonesia dari Muzdalifah di Mina.

"Alhamdulillah ternyata sekarang ini semuanya berjalan lancar dan nyaman," kata Herjuno.

Meski berbeda paket, detikHikmah sempat satu tenda saat berada di Arafah maupun Mina. Kami menyaksikan betapa Herjuno begitu khidmat mendampingi dan melayani sang Ayah. Dia menuntun sang Ayah ke toilet, naik-turun bus, memilihkan menu yang akan disantap, hingga mendorong kursi roda untuk melempar jumrah saat di Jemarat, Mina. Istrinya, Triana Febri, bertindak sebagai dokter pribadi. "Saya bertugas menyiapkan obat-obatan dan mengontrol dengan ketat kesehatan ayah," ujarnya. Imam tersenyum seraya manggut-manggut membenarkan pernyataan menantunya itu.

Sungguh sebuah pengabdian yang membersitkan rasa iri siapapun yang mengetahui atau melihatnya. Sekelebat lirik lagu 'Titip Rindu Buat Ayah' yang disenandungkan Ebiet G. Ade menyelinap ke relung hati penulis.

Ayah, dalam hening sepi kurindu / Untuk menuai padi milik kita / Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan....


(rah/rah)

Hide Ads