Bagi Burhan Ali, Lc, MA. perjalanannya menunaikan haji untuk pertama kali pada 2010 dan kemudian menjadi muthowif (pemandu jemaah haji/umrah) bersama Maktour semata-mata berkat doa dan tirakat kedua orang tuanya. Hampir setiap menjelang dini hari ayah-ibunya yang petani terjaga untuk salat malam. Mereka senantiasa berdoa agar sembilan anak-anaknya punya kehidupan lebih baik.
"Meski secara ekonomi tak berlebihan, semua anaknya mendapat bekal pendidikan dari pondok pesantren, kecuali saya yang hingga menempuh Pascasarjana di Maroko," kata Burhan saat berbincang dengan detikHikmah, Sabtu (11/5/2024).
Lelaki kelahiran Cilacap, 3 Juni 1989 itu menjadi anak ketujuh dalam keluarganya. Dia meraih Sarjana Ilmu Al-QurΓ‘n dan Hadits dari Universitas Hasan II Kasablanka, Maroko pada 2012. Lalu melanjutkan ke jenjang pascasarjana di kampus yang sama di bidang Aqidah dan Perbandingan Agama dan lulus pada 2014. Semuanya atas biaya pemerintah Maroko.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya pilihan pertama saya Al-Azhar Mesir atau ke Sudan, tapi ternyata diterimanya di Maroko ya sudah dijalani saja," ujarnya penuh syukur. Kini Burhan tengah menempuh studi doktoral bidang Al-Quran dan Tafsir dari Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran, Jakarta.
Bersama sejumlah mahasiswa lain asal Indonesia, pada 2010 dia direkrut Kementerian Agama (Kemenag) menjadi Tenaga Musiman (Temus) untuk melayani haji reguler di Madinah selama 70 hari. Dua tahun kemudian Kemenag kembali merekrutnya menjadi Temus untuk wilayah kerja di Kota Makkah selama 60 hari.
Selepas meraih Master, Burhan kembali ke Indonesia. Setahun kemudian, 2015, Burhan menikahi gadis idamannya, Hj Siti Aminah yang sama-sama menyelesaikan S-1 dan S-2 di Maroko tapi dari kampus yang berbeda. "Istri saya orang Pandeglang, Banten. Lalu kami berkompromi untuk hijrah ke Jakarta sebagai titik tengah antara Cilacap dan Pandeglang setahun kemudian," ujarnya.
Namun sejatinya kepindahan itu karena keduanya mulai meniti karier di Yayasan Perguruan Islam As-Syafi'iyah di Jatiwaringin, Pondok Gede. Pendirinya, Prof Hj. Tuty Alawiyah bersahabat baik dengan pendiri Maktour, Fuad Hasan Masyhur dan Muhammad Rocky Masyhur. Suatu hari, Burhan dan istrinya bersama puluhan anak yatim yang diundang untuk mengikuti syukuran cucu Fuad yang baru lahir.
"Saya diminta memberikan tausyiah singkat, semacam kultum (kuliah tujuh menit) lah," ujar ayah tiga anak itu.
![]() |
Rupanya para petinggi Maktour terpikat. Ketika pihak Yayasan diminta merekomendasikan nama-nama ustaz untuk menjadi muthowif, Burhan termasuk di dalamnya. Singkat cerita, saat menjalani tes usai mengikuti manasik pada akhir 2017, dia diminta memberikan catatan kritis. Bukan yang menyanjung-nyanjung karena hal semacam itu sudah kerap disampaikan banyak pihak.
"Saya antara lain menyampaikan ke Pak Muhammad agar pemberi materi sebaiknya tidak ada yang mendominasi agar tidak membosankan. Dari situlah kemudian manasik diisi beberapa muthowif dengan gaya dan karakter berbeda," tutur Burhan.
Saat musim haji 2018 dia mulai dipercaya untuk menjadi muthowif. Dari sekian puluh jemaah, ada dua figur yang cukup berkesan baginya, yakni Irjen Pol Murad Ismail yang kemudian menjadi Gubernur Maluku, dan Prof KH Ma'ruf Amin yang kala itu sudah resmi menjadi calon wakil presiden. Sebagai tokoh-tokoh penting keduanya duduk di kelas bisnis, dan Burhan di kelas ekonomi.
"Namun entah kenapa Pak Murad meminta saya untuk bersama-sama di kelas bisnis," kata Burhan.
Khusus dengan Kiai Ma'ruf dia mengaku sangat terkesan oleh kerendahan hatinya. Sekalipun sudah menjadi figure VVIP, Kiai Ma'ruf sama sekali tak menjaga jarak dengan sesama jemaah. Ketika berada di Armina dia memberikan tausyiah layaknya seorang kiai. "Sungguh saya takzim sekali kepada beliau," kata Burhan.
![]() |
Pada 2022, Maktour kembali mempercayakan kepada Burhan dan Ustaz Hamdan untuk menjadi muthowif Wapres KH Ma'ruf Amin saat bersama keluarganya kembali menunaikan haji. Di pesawat kepresidenan, kata Burhan, Kiai Ma'ruf menyapa satu persatu para penumpang dari depan hingga ke belakang. Pada awal Februari 2024, dia kembali mendampingi Kiai Ma'ruf Amin saat menunaikan umrah usai menerima penghargaan di Dubai, Uni Emirates Arab. "Jadi total saya tiga kali mendampingi beliau," ujar Burhan.
Selain menjadi tenaga lepas di Maktour, sejak 2017 dia menjadi dosen di Fakultas Agama Islam Universitas Ibnu Chaldun (UIC), Jakarta. Burhan mengajar delapan mata kuliah, yakni Bahasa Arab, Akhlak Tasawuf, Qiraatul Kutub, Fikih Muamalat, Fikih Mawaris, Fikih Jinayat, Sejarah Peradaban Islam, serta Pengenalan dan Pemahaman Al Quran dan Hadist.
Di luar kesibukannya mengajar, sejak 2020 dia bersama istrinya mendirikan Rumah Tahfidz Insani di Desa Karyabuana - Cigeulis, Kabupaten Pandeglang. "Sekarang sudah menjadi Yayasan Pendidikan Islam Azka Insani, saya sebagai pendiri dan Pembinanya," ujar Burhan yang juga menjabat Kepala Pusat Bahasa dan Studi Islam serta Kajian Timur Tengah di UIC.
(jat/kri)
Komentar Terbanyak
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026