Doa Taubat bagi yang Pernah Berbuat Zina, Ini Penjelasan Ulama

Doa Taubat bagi yang Pernah Berbuat Zina, Ini Penjelasan Ulama

Tia Kamilla - detikHikmah
Kamis, 06 Nov 2025 11:02 WIB
Ilustrasi berdoa
Ilustrasi berdoa. Foto: Freepik
Jakarta -

Setiap manusia tidak lepas dari kesalahan, termasuk perbuatan dosa besar seperti zina. Dalam Islam, pintu taubat selalu terbuka bagi siapa saja yang ingin kembali kepada Allah dan membersihkan diri dari dosa.

Ulama dan pendakwah, Buya Yahya menekankan bahwa Allah Maha Pengampun. "Jika ada orang yang berzina, dengan segala kehinaan zina, tapi dia benar-benar tobat, kembali kepada Allah, maka tobatnya akan diterima," jelas Buya Yahya dalam ceramahnya yang diunggah pada kanal YouTube Al-Bahjah TV, dilihat Kamis (6/11), detikHikmah telah mendapatkan izin untuk mengutip ceramah beliau.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah ini juga menyampaikan, seseorang yang bertaubat dari dosa seakan-akan tidak pernah melakukan dosa sama sekali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga mengingatkan agar kita tidak merendahkan orang lain karena masa lalu mereka. Mungkin seseorang pernah berzina atau bekerja sebagai pelacur, tetapi setelah menyesal dan berdoa, ia bisa menjadi pribadi yang saleh.

Buya Yahya menegaskan bahwa batas pengampunan Allah hanyalah keikhlasan taubat. Menyesali perbuatan, benci dengan dosa itu, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Pengampunan Allah jauh lebih agung daripada dosa manusia.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Buya Yahya juga menjelaskan bahwa tanda seseorang benar-benar bertaubat dari zina adalah dengan tidak menceritakan perbuatan maksiatnya itu kepada orang lain. "Penyesalan sesungguhnya sederhana, Anda jangan cerita kepada siapa pun tentang masa lalumu yang buruk ini," jelasnya.

Dalam melaksanakan taubat, salah satu cara untuk memohon ampunan adalah melalui doa taubat yang diajarkan oleh para ulama. Berikut adalah bacaan doanya.

Doa Taubat Bagi yang Berbuat Zina dan Artinya

Dikutip dari buku Doa & Dzikir Lengkap Sunnah: Prayer & Zikir Complete Sunnah karya Kustiana Mara, seseorang yang ingin bertaubat setelah berbuat zina bisa membaca beberapa doa berikut:

1. Membaca Doa Istighfar Nabi Adam

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa in lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal khaasiriin.

Artinya: "Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi."

Doa ini diambil dari surat Al-A'raf ayat 23 yang terdapat di dalam Al-Qur'an.

2. Membaca Doa Istighfar Rasulullah

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ تَوَّابُ رَحِيمٌ

Rabbigfirlii Watub'alayya Innaka Anta Tawwabur Rahiim.

Artinya: "Ya Allah ampuni aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat dan maha penyayang."

3. Membaca Doa Sayyidul Istighfar

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِي ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ

Allahumma anta rabbī, lā ilāha illā anta, khalaqtanī wa anā 'abduka, wa anā 'alā 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu, a'ūdzu bika min sharri mā shana'tu, abū'u laka bini'amatika 'alayya, wa abū'u bidzanbī faghfir lī, fa innahu lā yaghfirudz-dzunūba illā anta.

Artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian untuk taat kepada-Mu dan janji balasan-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain engkau."

Kewajiban Umat Islam untuk Bertaubat

Merujuk buku Taubat Jalan Menuju Surga karya Abdul Hadi bin Hasan Wahby yang diterjemahkan oleh Abdullah Haidir, taubat wajib ditunaikan, tidak boleh ditunda-tunda, karena beberapa hal:

1. Kematian Bisa Datang Tiba-Tiba

Seseorang tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia menunda, bisa jadi kematian datang tiba-tiba tanpa dia sempat bertaubat kepada Allah SWT.

2. Membuat Hati Menjadi Keras

Menunda taubat bisa membuat hati menjadi keras dan semakin jauh dari Allah SWT serta melemahkan iman. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Muthaffifin ayat 14 yang berbunyi:

كَلَّا بَلْࣝ رَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Kallaa bal raana 'alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun

Artinya: "Sekali-kali tidak! Bahkan, apa yang selalu mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka."

3. Semakin Bergantung pada Maksiat

Terus berbuat maksiat membuat hati semakin bergantung terhadap kemaksiatan. Jiwa itu, jika terbiasa pada satu hal, sungguh sulit baginya untuk berpisah, misalnya merokok, menonton televisi, atau mendengarkan lagu. Kebiasaan itu membuatnya sulit bebas dari perbuatan tersebut.

Artinya, kalau seseorang terus melakukan hal yang salah atau dosa, hatinya akan terbiasa dan sulit lepas dari perbuatan itu.

Allah SWT mengaitkan diterimanya taubat dengan istighfar dan tidak terus menerus melakukan dosa dan tidak kembali padanya. Dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 135, Allah SWT berfirman:

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Walladziina idzaa fa'aluu faahisyatan au dzalamuu anfusahum zakarullaaha fastaghfaruu lidzunuubihim, wa may yaghfirudz-dzunuuba illallaah, wa lam yushirruu 'alaa maa fa'aluu wa hum ya'lamuun

Artinya: "Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahui(-nya)."

Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa, "Orang-orang yang bertakwa, bisa jadi melakukan perbuatan dosa besar, yaitu al-Fawahisy, dan dosa kecil yaitu Zulmunnafsi, akan tetapi mereka tidak terus menerus mełakukannya, bahkan setelah itu mereka segera ingat Allah, minta ampun dan bertaubat darinya. Maka taubat adalah, tidak terus menerus melakukan perbuatan maksiat."

Bahaya Pelaku Zina yang Tidak Bertaubat

Saat sakaratul maut menjemput, banyak orang tidak memperoleh husnul khatimah karena perbuatan jelek yang mereka lakukan selama hidup. Ini adalah bentuk hukuman akibat maksiat yang terus dilakukan.

Al-Hafizh Abu Muhammad Abdul Haq bin Abdurrahman Asy-Syibli berkata, "Ketahuilah bahwa su'ul khatimah itu (semoga Allah menjauhkan kita darinya) mempunyai beberapa penyebab. Ada jalan-jalan dan pintu-pintu yang menghantarkan kepadanya. Penyebab, pintu, dan jalan yang paling besar adalah larut dalam urusan keduniaan, tidak perhatian dalam urusan akhirat, dan berani maksiat kepada Allah. Bisa saja ada seseorang yang sudah terbiasa melakukan kesalahan atau maksiat tertentu, sehingga menguasai hatinya, akalnya tertawan oleh kebiasaan tersebut, pelita hatinya padam dan terbentuklah hijab yang menutupinya. Akibatnya, teguran tidak lagi akan berguna, nasihat tidak lagi akan bermanfaat dan bisa saja kematian datang menjemput saat dia dalam keadaan demikian. Lalu datanglah panggilan kebaikan dari sebuah tempat yang jauh, namun dia tidak dapat memahami maksudnya. Dia tidak tahu apa yang diinginkan oleh panggilan itu, sekalipun orang yang meneriakkan panggilan itu terus mengulangi dan mengulanginya lagi."

Makna dari perkataan di atas adalah su'ul khatimah atau meninggal dalam keadaan buruk terjadi karena beberapa hal, tetapi yang paling besar adalah terlalu sibuk dengan dunia, lupa dengan akhirat, dan berani berbuat maksiat.

Jika seseorang terus melakukan dosa atau kebiasaan buruk dan tidak segera bertaubat, hati dan pikirannya akan "tertutup" dari kebaikan.

Akibatnya, nasihat atau teguran orang lain tidak lagi berguna. Bahkan saat ada panggilan atau kesempatan untuk kembali bertaubat kepada Allah SWT, ia tidak akan memahaminya, meskipun diulang berkali-kali.

Wallahu a'lam.




(inf/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads