Berbicara tentang kehidupan dunia, sering kali manusia terlena dengan gemerlapnya harta, takhta, dan kenikmatan yang sifatnya hanya sementara. Padahal, dunia ini tidak lebih dari sebuah tempat persinggahan yang kelak akan ditinggalkan, sementara kehidupan akhiratlah yang abadi.
Dalam sebuah riwayat, dijelaskan bahwa dunia lebih hina di sisi Allah dibandingkan bangkai seekor kambing yang cacat. Lantas, benarkah dunia lebih buruk daripada bangkai dan apa maksud dari perumpamaan ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah Dunia Lebih Hina dari Bangkai?
Riwayat yang menyebut dunia lebih hina dari bangkai kambing berasal dari Jabir RA. Berikut bunyi dan maknanya sebagaimana dijelaskan dalam buku Menggapai Cinta-Nya karya Dedi Saputra.
Diriwayatkan dari Jabir radhiyallahu 'anhu:
أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ فِي السُّوقِ دَاخِلا مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ، وَالنَّاسُ كَنَفَيْهِ، فَمَرَّ بِجَدْيٍ أَسَكَّ، فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ، ثُمَّ قَالَ: أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟، فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ، وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟، قَالَ: أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ؟، قَالُوا: لا، قَالَ ذَلِكَ لَهُمْ ثَلاثًا، فَقَالُوا: لا وَاللَّهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا لَكَانَ عَيْبًا فِيهِ أَنَّهُ أَسَكُّ وَالأَسَكُّ: الَّذِي لَيْسَ لَهُ أُذُنَانِ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟، قَالَ: فَوَاللَّهِ، لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مَنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
Artinya: Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam berjalan melewati pasar sedang manusia berada di sisi beliau. Beliau berjalan melewati anak kambing jantan yang kedua telinganya kecil dan telah mati. Sambil memegang telinganya beliau bersabda: "Siapa di antara kalian yang suka membeli ini seharga satu dirham?"
Orang-orang berkata: "Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?"
Maka beliau bersabda: "Apakah kalian suka jika ini menjadi milik kalian?" Orang-orang berkata: "Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, kerena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?"
Maka beliau bersabda:"Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian." (HR Muslim no. 2957)
Imam an-Nawawi turut memaparkan hadits tersebut dalam Riyadhus Shalihin. Menurut penjelasan dalam kitab Syarah Riyadhus Shalihin terjemahan Asmuni, bangkai anak kambing yang terpotong dua telinganya tidak ada apa-apanya. Meski demikian, ternyata dunia lebih hina dan tercela menurut pandangan Allah SWT daripada bangkai anak kambing cacat tersebut.
"Sekalipun demikian, barang siapa yang beramal saleh di dunia ini maka dunia ini akan menjadi sawah bagi akhirat dan orang yang demikian akan menerima dua kebahagiaan: kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat," jelas pensyarah hadits dalam kitab tersebut.
Sementara itu, orang yang lalai semasa di dunia dengan enggan beramal saleh, dia akan rugi di akhirat nanti.
Kehidupan dunia disebut dunia karena posisinya yang rendah dan hina bila dibandingkan dengan akhirat. Semua yang ada di dalamnya hanyalah kecil, sedikit, dan tidak memberi arti sejati bagi kehidupan abadi.
Segala perhiasan dunia dipenuhi dengan syahwat dan fitnah yang mampu melalaikan manusia dari tujuan hidup yang sesungguhnya. Jika tidak berhati-hati, manusia akan mudah terjerumus dalam kelalaian dan lupa mempersiapkan diri untuk akhirat.
Hakikat dunia tidak lebih dari kefanaan yang semu, seperti fatamorgana yang menipu pandangan. Pada akhirnya, dunia akan hilang, musnah, dan binasa tanpa tersisa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيلٌ
Artinya: "Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit." (QS At-Taubah: 38)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya: "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (QS Al-Ankabut: 64)
Menurut Tafsir Al-Qur'an Kementerian Agama RI, firman Allah SWT tersebut menerangkan hakikat kehidupan duniawi yang sebatas permainan dan senda gurau saja, bukan kehidupan sebenarnya. Kehidupan yang hakiki menurut ayat tersebut adalah kehidupan akhirat yang diliputi kebenaran mutlak.
"Kehidupan dunia adalah kehidupan yang di dalamnya bercampur baur antara kebenaran dan kebatilan, sedangkan dalam kehidupan akhirat, kebenaran dan kebatilan telah dipisahkan," jelas tafsir tersebut.
Menurut tafsir surah Al-Ankabut ayat 64, kehidupan manusia di dunia akan menentukan kehidupannya kelak di akhirat. Apa yang terjadi di akhirat tergantung amal dan usahanya semasa masih hidup, bagaimana ia mempersiapkan kehidupan akhiratnya.
"Jika ia selama hidup di dunia beriman dan beramal saleh, maka kehidupannya di akhirat akan baik dan bahagia. Sebaliknya jika ia kafir dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang terlarang, ia akan mengalami kehidupan yang sengsara di akhirat nanti," papar tafsir tersebut.
Wallahu a'lam.
(hnh/kri)
Komentar Terbanyak
Ribuan Orang Teken Petisi Copot Gus Yahya dari MWA UI
MUI Konfirmasi Dugaan Nampan MBG Terpapar Minyak Babi
Isi Deklarasi New York: Upaya PBB Damaikan Palestina-Israel