3 Golongan Orang yang Doanya Mustajab Tanpa Halangan

3 Golongan Orang yang Doanya Mustajab Tanpa Halangan

Kristina - detikHikmah
Rabu, 18 Sep 2024 06:30 WIB
Muslim man praying in the mosque
Ilustrasi golongan orang yang doanya mustajab. Foto: Getty Images/iStockphoto/FOTOKITA
Jakarta -

Beberapa golongan orang disebut memiliki keistimewaan dalam berdoa. Dikatakan dalam sebuah hadits, ada golongan yang doanya mustajab tanpa diragukan lagi bakal terkabul.

Hadits tersebut terdapat dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi. Kitab tersebut berisi kumpulan hadits shahih seputar akhlak dan akidah. Disebutkan, ada tiga golongan yang doanya mustajab yaitu doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa orang tua kepada anaknya. Berikut bunyi haditsnya,

عن أبي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قال : قال : رسول الله صلى الله عليه وسلم : ثَلاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لا شَكٍّ فِيهِنَّ : دَعْوَةُ المظلوم ، وَدَعْوَةُ المُسَافِرِ ، وَدَعْوَةُ المُسَافِرِ ، وَدَعْوَةُ الوَالِدِ عَلَى وَلدِهِ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga macam doa yang mustajab--yakni akan dikabulkan oleh Allah Ta'ala--yang tiada disangsikan lagi akan terkabulnya, yaitu: doanya orang yang teraniaya, doanya orang yang dalam bepergian dan doanya orang tua terhadap anaknya."

Menurut keterangan dalam kitab Riyadhus Shalihin, hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. Tetapi dalam riwayat Imam Abu Dawud tidak terdapat kata-kata: 'ala waladihi yakni atas anaknya.

ADVERTISEMENT

Adapun menurut riwayat lain, tiga golongan yang doanya mustajab adalah orang yang berpuasa, orang yang terzalimi, dan doa seorang musafir. Berikut bunyi haditsnya,

ثَلاثُ دَعَوَاتِ مُسْتَجَابَات دَعْوَةُ الصَّائِمِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

Artinya: "Tiga doa mustajab: Doa orang yang berpuasa, doa orang yang terzalimi, dan doa seorang musafir."

Hadits tersebut dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash Shaghir.

Syarat Doa Dikabulkan Allah

Dalam kitab Syarah Riyadhus Shalihin yang diterjemahkan oleh Misbah, terdapat hadits yang menyebut Allah SWT akan mengabulkan doa hamba-Nya selama tidak berdoa untuk perbuatan dosa dan memutus silaturahmi.

Diriwayatkan dari Ubadah ibnu Shamit RA, ia mengatakan Rasulullah SAW bersabda,

مَا عَلَى الْأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهُ تَعَالَى بِدَعْوَةٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا، أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا. مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ، أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ» فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: إِذَا نُكْثِرُ. قَالَ: «اللَّهُ أَكْثَرُ. رَوَاهُ التَّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. وَرَوَاهُ الْحَاكِمُ مِنْ رِوَايَةِ أَبِي سَعِيدٍ وَزَادَ فِيهِ: «أَوْ يَدْخِرُ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلِهَا»

Artinya: "Tiada seorang muslim pun di permukaan bumi yang berdoa kepada Allah Ta'ala dengan sesuatu doa, melainkan Allah akan mengabulkannya atau Allah akan menghindarkan bahaya darinya, selama ia tidak berdoa untuk suatu perbuatan dosa atau memutuskan silaturahmi." Kemudian seorang di antara kaum itu berkata, "Kalau begitu, kami akan banyak berdoa." Beliau bersabda, "Allah lebih banyak anugerah-Nya." (HR At-Tirmidzi dan ia mengatakan hadits ini hasan shahih)

Selain berdoa untuk kemaksiatan dan memutus silaturahmi, doa tidak akan dikabulkan jika seseorang tergesa-gesa. Hal ini dijelaskan dalam kitab Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitab Ad-Daa' wa Ad-Dawaa' edisi Indonesia terbitan Pustaka Imam asy-Syafi'i dengan bersandar pada sabda Rasulullah SAW berikut,

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمِ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ .)) قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَمَا الْإِسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: (( يَقُوْلُ: قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ، فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيْبُ لِي، فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

Artinya: "Doa seorang hamba akan senantiasa terkabul selama ia tidak berdoa untuk kemaksiatan, atau untuk memutuskan silaturrahim, dan tidak tergesa-gesa." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah bentuk ketergesa-gesaan yang dimaksud?" Nabi SAW menjawab, "Hamba tadi berkata, 'Aku telah berdoa, sungguh aku telah berdoa, namun Allah belum juga mengabulkan doaku. Ia merasa jenuh dan letih, lalu akhirnya meninggalkan doa'."

Kondisi Terdekat Seorang Hamba dengan Allah

Untuk memperbesar kemungkinan terkabulnya doa, seorang hamba bisa berdoa pada waktu-waktu mustajab atau kondisi terdekat Allah SWT dan hamba-Nya. Dikatakan dalam sebuah hadits, kondisi tersebut adalah ketika sujud.

Keterangan ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA. Berikut bunyinya,

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ : (( أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ ، فَأَكْثِرُوا الدُّعَاء )) رواه مسلم .

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keadaan seorang hamba yang paling dekat dari Rabbnya adalah ketika dia sujud, maka perbanyaklah doa (saat sujud)." (HR Muslim dan an-Nasa'i)

Wallahu a'lam.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads