Hamba sahaya melahirkan tuannya adalah salah satu tanda kiamat sugra (kecil). Hamba sahaya merupakan seseorang yang tengah diperbudakkan.
Hal ini pernah disebutkan Rasulullah SAW. Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Umar bin Khattab r.a, tentang kedatangan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. Jibril datang dalam bentuk seorang laki-laki berpakaian putih, berambut hitam tebal.
Jibril menanyakan tentang Islam, iman dan ihsan. Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW. Selanjutnya, Jibril bertanya mengenai kiamat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasulullah SAW menjawabnya "Tidakkah yang ditanya lebih tahu dari yang menanya."
Jibril berkata, "Kalau begitu, beri tahu aku apa tanda-tandanya."
Rasulullah SAW menjawab, "Hamba sahaya melahirkan tuannya, dan kau melihat orang yang tidak beralas kakinya, telanjang, serta pengembala kambing yang berlomba-lomba membangun gedung-gedung tinggi."
Kemudian Ibn Abbas meriwayatkan jawaban rasulullah SAW tersebut. Ia bertanya, "Ya Rasulullah, siapa penggembala kambing dan orang-orang tak beralas kaki, lapar dan miskin itu?"
"Orang Arab." jawab Rasulullah SAW.
Maksud Hamba Sahaya Melahirkan Tuannya
Ada beberapa pendapat mengenai maksud dari hamba sahaya yang melahirkan tuannya. Simak penjelasannya berikut ini.
Anak Menjadi Tuan Atas Ibunya Sendiri
Dikutip dari Ensiklopedia Kiamat oleh Dr. Umar Sulaiman al Asygar, menurut para ulama, maksud "hamba sahaya melahirkan tuannya" adalah sebuah pemberitahuan akan banyaknya hamba sahaya serta anak-anaknya.
Dalam hal ini, anak hamba sahaya dari tuannya berarti anak tersebut sederajat dengan tuannya. Pasalnya, harta seseorang akan jatuh ke anaknya.
Ada juga pendapat lain, bahwa para hamba sahaya melahirkan raja-raja. Lalu, ibunya jadi pengasuhnya dan si anak jadi tuan atas ibunya dan tuan selain ibunya.
Hal ini telah terjadi, di mana banyak hamba sahaya menjadi merdeka dengan milkul yamin (orang-orang yang pernah hidup bersama kaum muslimin dan disebut kaum budak).
Secara syariat, anak-anak yang lahir dari hamba sahaya menjadi orang yang merdeka.
Tanda Maraknya Praktik Perbudakan
Dalam buku 6 Pilar Keimanan oleh Syaikh Nawawi, disebutkan bahwa ada berbagai pendapat yang menafsirkan salah satu tanda hari kiamat pada hadits sebelumnya.
Menurutnya, hadits tersebut itu membahas perihal gambaran kekacauan pada akhir zaman. Kala itu, ramainya penjualan ibu hingga kerap terjadi pembelian ibu sendiri oleh anaknya.
Pendapat lainnya datang dari Syarah An Nawawi 'ala Muslim, yang menjelaskan bahwa secara bahasa, "al amah" dalam hadits tersebut berarti budak perempuan yang ditawan di medan perang.
Sehingga, para ulama tersebut berpendapat bahwa kalimat hamba sahaya melahirkan tuannya sebagai tanda kiamat adalah sebagai tanda menjalarnya praktik perbudakan di masa mendatang. Sampai lahirlah anak-anak hasil dari hubungan antara budak dan tuan/majikannya.
Maraknya penjualan ibu dan anak-anak di akhir zaman, sampai di antara para pembeli dibeli oleh putranya tanpa mengetahui bahwa dia adalah ibunya sendiri.
Tafsir al-Azhar Jilid 3 karya Hamka, juga berpendapat bahwa ada kemungkinan hadits tersebut memiliki makna seorang petualang yang tanpa diketahui asal usulnya. Kemudian ia diadopsi oleh seorang budak.
Namun, seiring berjalannya waktu, anak tersebut justru menjadi sombong. Terlebih setelah ia meraih kekuasaan.
Arti Budak sebagai Kiasan
Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani menentang pendapat sebelumnya. Menurutnya, perbudakan sudah banyak terjadi dan budak perempuan yang melahirkan anak untuk majikannya sudah terjadi pada zaman Rasulullah SAW.
Syeikh Mustofa Dib al-Bugha dan Syeikh Muhyiddin Mistu dalam Kitab al-Wafi fi Syarh al-Arba'in al-Nawawiyyah, mendukung pendapat tersebut. Hadits hamba sahaya melahirkan tuannya adalah bentuk kiasan dari banyaknya perbuatan durhaka pada orang tua.
Akibat kedurhakaan kepada orang tua marak di anak-anak, sang anak pun memperlakukan ibunya dengan perlakuan tuan kepada hamba sahayanya. Mereka berani menghina dan memarahi ibunya sendiri.
Perbuatan durhaka sebagai tanda kiamat dalam hal tersebut, digambarkan sampai seorang ibu atau bapak menjadi takut pada anaknya sendiri (layaknya hamba sahaya yang takut pada tuannya).
(khq/inf)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi