Islam melarang perdebatan yang tidak berilmu, bertujuan untuk memenangkan ego, atau menjatuhkan lawan, karena dapat mengeraskan hati dan menjauhkan dari kebenaran. Namun, dialog yang sehat untuk mencari kebenaran dan didasari ilmu diperbolehkan, asalkan dilakukan dengan adab yang baik dan bahasa yang lemah lembut, seperti yang dicontohkan dalam kisah Nabi Musa dengan Fir'aun.
Ada dua hadis Rasulullah SAW yang melarang pertengkaran :
1. "Janganlah kamu bertengkar dengan saudaramu, janganlah mempermainkannya dan jangan berjanji kepadanya kemudian kamu mengingkarinya ( HR. Tirmidzi ).
2. Barang siapa meninggalkan pertengkaran, padahal dia dalam posisi benar maka dia akan dibuatkan rumah di surga paling tinggi. Dan barang siapa meninggalkan pertengkaran, dan dia dalam posisi salah maka akan dibuatkan rumah di tengah surga ( HR. Tirmidzi ).
Umar bin Abdul mengatakan," Barang siapa menjadikan agamanya bahan perselisihan maka dia sering goyah."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muslim bin Yasar berkata," Jauhilah berdebat, sesungguhnya ia adalah waktu bodohnya orang berilmu di mana setan dapat menemukan celah untuk menggelincirkannya."
Malik bin Anas juga mengatakan," Perdebatan ini tidak ada dalam ajaran agama sedikitpun."
Debat bukan merupakan perbuatan Islami. Karena bahkan Rasulullah SAW. sendiri memerintahkan untuk menghindari perdebatan walaupun berada dalam posisi yang benar.
Risiko perdebatan:
Kesesatan: Islam melarang perdebatan karena dapat membuat seseorang tersesat meskipun sudah mendapat hidayah, terutama jika perdebatan tersebut tidak didasari ilmu dan keikhlasan.
Dalam hal ini sesuai dengan firman-Nya Surah Gafir ayat 4 yang terjemahannya," Tidak ada yang memperdebatkan ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kufur. Oleh karena itu, janganlah engkau (Nabi Muhammad) tertipu oleh bolak-balik perjalanan mereka di seluruh negeri."
Maknanya : Adalah suatu keniscayaan bahwa tidak ada orang yang memperdebatkan tentang kebenaran dari ayat-ayat Allah SWT. dengan tujuan memperolok-olokkan atau menimbulkan keraguan terhadapnya, kecuali apa yang dilakukan oleh orang-orang yang kafir. Karena itu, janganlah engkau wahai Nabi Muhammad SAW. tertipu oleh keberhasilan usaha mereka yang menghasilkan berbagai kesenangan yang mereka peroleh di seluruh negeri.
Mengeraskan hati : Berdebat tanpa ilmu dapat membuat hati menjadi keras dan tertutup dari kebenaran.
Dalam al-Baqarah ayat 74 yang terjemahannya," Setelah itu, hatimu menjadi keras sehingga ia (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar. Ada pula yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya, dan ada lagi yang meluncur jatuh karena takut kepada-Nya. Allah SWT. tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
Maknanya : Ayat-ayat berikut menerangkan respons kaum Yahudi pada masa Nabi Muhammad SAW. tentang kisah kakek moyangnya. Kemudian setelah kamu, kaum Yahudi, mendengar kisah dan mengetahui sikap mereka itu, hatimu menjadi keras, sehingga menjadi seperti batu, atau bahkan lebih keras dari batu. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa mereka tetap tidak mau beriman walaupun telah mengetahui bukti-bukti kekuasaan-Nya. seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya, bahkan mereka justru bertambah ingkar kepada Tuhan. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya, sementara dari celah hatimu tidak ada setitik cahaya ketakwaan yang memancar. Di antara batu itu ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, tetapi hatimu tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya Ilahi yang terserap. Dan ada pula di antara batu itu yang meluncur jatuh karena tunduk dan takut kepada azab Allah SWT. sedangkan hatimu semakin menunjukkan kesombongan yang tampak dari sikap dan tingkah lakumu.
Bila kamu tidak mengubah sikap dan terus dalam keangkuhan, ketahuilah bahwa Allah SWT. tidaklah lengah atau lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. Allah SWT. pasti mengetahui semua yang kamu perbuat, karena Dia selalu mengawasimu setiap saat.
Menghilangkan keberkahan ilmu:Tujuannya yang hanya untuk menang dan membenarkan diri akan menghilangkan keberkahan ilmu yang didapat.
Ya, perdebatan tanpa ilmu atau bertujuan untuk menang dapat menghilangkan keberkahan ilmu dalam pandangan Islam. Hal ini karena perdebatan semacam itu dapat mengeraskan hati, menimbulkan dendam, dan menjauhkan dari hidayah. Sebaliknya, diskusi yang sehat dengan tujuan mencari kebenaran didasari dalil dibolehkan.
Menimbulkan dendam : Perdebatan yang bertujuan menjatuhkan lawan bisa memicu dendam dan kebencian di antara sesama muslim.
Dalam perdebatan akan menimbulkan dendam sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Kahfi Ayat 54: Ayat ini menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling banyak bantahannya (jadal). Menurut beberapa tafsir, "paling banyak bantahannya" ini bisa dimaknai sebagai paling banyak permusuhan dan persaingan, menunjukkan potensi negatif dari perdebatan yang tidak terkontrol.
Menghancurkan persaudaraan: Perdebatan tanpa adab dapat merusak hubungan persaudaraan, menyebabkan konflik, dan permusuhan.
Dengan mengetahui seluk beluk debat maka hindarilah perdebatan dalam kehidupan ini. Semoga Allah SWT. menghindarkan kita semua terjerumus dalam perdebatan.
Aunur Rofiq
Penulis adalah Pendiri Himpunan Pengusaha Santri Indonesia
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)
(erd/erd)












































Komentar Terbanyak
Ma'ruf Amin Dukung Renovasi Ponpes Pakai APBN: Banyak Anak Bangsa di Sana
Gus Irfan soal Umrah Mandiri: Pemerintah Saudi Izinkan, Masa Kita Larang?
MUI Surakarta Jelaskan Hukum Jenazah Raja Dimakamkan dengan Busana Kebesaran