Cara Raih Ketenangan Batin di Bulan Ramadan

Cara Raih Ketenangan Batin di Bulan Ramadan

Indah Fitrah - detikHikmah
Minggu, 02 Mar 2025 20:30 WIB
Jakarta -

Ketenangan batin adalah sesuatu yang didambakan oleh banyak orang. Namun, tidak seperti kenyamanan atau kemewahan, ketenangan tidak bisa dibeli dengan uang. Sebanyak apa pun harta yang dimiliki seseorang, belum tentu ia bisa mendapatkan ketenangan dalam hidupnya.

"Kenyamanan bisa kita beli di hotel mewah berbintang lima, kelezatan bisa kita beli di restoran, tapi ketenangan belum tentu ada di tempat-tempat tersebut. Boleh jadi ketenangan bisa didapatkan di gubuk reot, di dalam mobil second, bahkan ketenangan bisa berada dalam sebuah kesederhanaan," ungkap Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum, Minggu (2/3/2025).

Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal itu, ketenangan adalah pemberian Tuhan yang diberikan sebagai konsekuensi dari pengabdian seseorang kepada-Nya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketenangan ini sendiri memiliki beberapa tingkatan. Ada ketenangan fisik, misalnya terhindar dari bencana seperti banjir atau memiliki fasilitas seperti AC saat kepanasan. Kemudian ada ketenangan intelektual, seperti memiliki nilai akademik yang tinggi sehingga tidak perlu khawatir menghadapi ujian. Namun, tingkatan yang paling sulit dicapai adalah ketenangan batin.

"Ketenangan batin merupakan tingkatan ketenangan yang paling berat untuk dicapai. Misalnya, seseorang memiliki semua harta kekayaan, tetapi hatinya tidak tenang. Kenapa bisa tidak tenang? Karena korupsi, menghamili anak orang, dan sejumlah contoh lainnya yang membuat hidupnya menjadi tidak tenang," jelas Menteri Agama itu.

ADVERTISEMENT

Agar bisa menikmati ketenangan, seseorang harus menjauhi perbuatan yang menimbulkan keresahan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Menurut Prof Nasaruddin, ada dua beban yang paling menyiksa seseorang, yaitu rasa bersalah dan perasaan berdosa.

Oleh karena itu, jika ingin hidup tenang, seseorang harus menghindari segala bentuk kezaliman dan dosa.

Namun, ada satu hal yang masih patut disyukuri, yaitu ketika seseorang masih merasa bersalah setelah melakukan dosa. Ini menandakan bahwa hatinya belum tertutup dan masih memiliki kesempatan untuk bertobat. Berbeda dengan orang yang sudah terbiasa berbuat dosa tanpa merasa bersalah, hatinya bisa tertutup dari cahaya kebaikan.

"Jadi kalau kita masih gelisah bila melakukan dosa, artinya masih bisa dimaafkan oleh Allah, masih ada harapan untuk berubah. Namun, bila seseorang sudah melakukan dosa tetapi masih bisa tertawa terbahak-bahak, maka tertutup pintu taubat baginya," tambahnya.

Sebagai penutup, Prof Nasaruddin mengajak kaum muslimin untuk memanfaatkan bulan Ramadan sebagai momentum terbaik dalam meraih ketenangan jiwa. Dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, ketenangan lahir dan batin pun bisa diraih.

Jangan lewatkan, "Kontemplasi Ramadan" bersama Prof Nasaruddin Umar selama bulan Ramadan pukul 20.30 WIB hanya di detikcom.




(dvs/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads