Dari Materi Menjelma Cahaya

Isra Sang Nabi

Dari Materi Menjelma Cahaya

Ishaq Zubaedi Raqib - detikHikmah
Senin, 13 Jan 2025 08:45 WIB
Ketua LTN PBNU Ishaq Zubaedi Raqib
Ketua LTN PBNU Ishaq Zubaedi Raqib
Jakarta -

Saat Nabi Muhammad berusia 50 tahun, sekitar tahun ke 10 kenabian, ujian berat menghampiri. Dua sosok yang sepenuh jiwa raga menjaminkan perlindungan, isterinya, Siti Khadijah dan pamanda Abu Thalib, wafat. Dua orang yang berpengaruh sangat besar di kalangan puak Quraisy, meninggal tidak lama setelah dicabutnya blokade sosial ekonomi kepada kaum beriman. Boikot yang secara serius telah melemahkan jiwa raga para pengikut Nabi.

Pasca wafat Siti Khadijah dan Abu Thalib, orang-orang yang memusuhi Nabi di Mekkah, mulai berlaku kasar dan menyerangnya secara fisik.Seorang penduduk Mekkah, misalnya, melewati rumah Nabi dan membuang isi perut hewan yang sudah busuk ke makanannya saat keluarganya sedang memasak. Bahkan, ada juga seorang lain melemparkan usus domba bercampur darah dan kotoran saat Nabi sedang salat di halaman rumah.

Dalam kejadian lain, kepala Nabi ditaburi tanah kotor saat pulang dari Ka'bah. Ketika putrinya membersihkan tanah ini sambil menangis, ia menghibur dengan berkata "tidak usah menangis, putriku, Allah akan melindungi ayahmu ini", dan menyebut bahwa sejak meninggalnya Abu Thalib, perlakuan orang-orang kepadanya semakin memburuk. Dalam situasi itulah, Allah SWT menghiburnya dengan mengundang "tamasya", melintasi lapisan-lapisan langit dan menyeberangi samudera kekuasan-Nya. Penghiburan di Tahun Penuh Kedukaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

***


Tiga makhluk itu bersicepat. Melesat tanpa meninggalkan jejak. Melebihi kecepatan pesawat ulang alik yang pernah digunakan Neil Amstrong menuju bulan. Kecepatan pesawat Discovery dan Columbia, baru mampu menembus angka 20.000 km per jam. Bisa jadi, jika melebihi itu, salah satu produk kehebatan otak manusia ini akan meledak menjelma zarah debu. Konon, untuk bisa sampai ke bintang terdekat saja, dua pesawat tersebut butuh waktu tempuh tidak kurang lebih 450 tahun!

ADVERTISEMENT

Menurut riwayat, bintang terdekat ke bumi berjarak 8 tahun perjalanan cahaya. Dan cahaya memiliki kecepatan 300 ribu km per detik. Berapa lama kita akan tiba di bintang itu? Perkiraanya adalah 8 tahun x 365 hari x 24 jam x 60 menit x 60 detik x 300.000 km = 75.686.400.000.000 km. Jika menggunakan pesawat Discovery atau Columbus yang berkecepatan 20.000 km per jam, maka kita baru akan sampai di bintang terdekat itu, setelah melalui perjalanan sekitar 450 tahun. Amboi. Alangkah lamanya!

Tapi, tiga makhluk itu melayang jauh. Sangat jauh. Di luar jangkauan ilmu pengetahuan. Di luar capaian sains paling canggih yang pernah ada. Di luar standar teknologi yang berhasil dibuat. Bahkah, tak terjangkau oleh produk digital paling mutakhir. Beribu-ribu kali lipat kecepatan Discovery dan Columbus. Menurut hitung-hitungan ilmu astronomi, kecepatan mereka 300 ribu km per detik. Jelas sekali, ketiga makhluk itu bukan dari jenis manusia.

Kalau sebangsa manusia atau yang yang sejenis, mereka akan meledak menjadi serpihan sub atomik. Sebab, tubuh manusia tersusun dari banyak organ. Seperti organ jantung, otak, lever, ginjal, usus, tangan, darah, kaki, kepala, kulit dan organ lainnya. Organ-organ itu, terbentuk dari zat yang lebih kecil, yaitu sel ; seperti sel jantung, sel otak, sel lever, sel ginjal, sel usus, sel kaki, sel tangan, sel darah, sel kepala, sel kulit dan sel-sel lain. Sel-sel itu pun tersusun dari molekul.

Dan, molekul-molekul yang jumlahnya miliaran, juga tersusun dari atom yang tiada terbilang jumlahnya. Atom-atom terdiri dari triliunan partikel sub atomik. Alhasil, tubuh manusia terbentuk dari organ, sel, molekul, atom dan partikel sub atomik yang sangat kompleks. Semua unsur tersebut meniscayakan tubuh memiliki massa. Karena punya massa, maka secara kodrati manusia tidak akan berkecepatan hingga 300 ribu km per detik ! Tubuhnya akan terburai!

***

Material tubuh manusia terbentuk dengan mekanisme tertentu serta sistem "energi ikat" yang sangat rumit. Karena adanya kekuatan saling ikat antarunsur, maka terbentuklah tubuh seperti yang dapat disaksikan saat ini. Partikel sub atomik berkumpul, dan membentuk atom. Atom-atom itu juga saling mengikatkan diri sehingga membentuk molekul. Demikian pula dengan molekul-molekul. Mereka saling ikat dan membentuk sel-sel.

Miliaran sel hasil bentukan molekul, juga saling ikat antar mereka sehingga terbentuklah semua organ. Terakhir; organ jantung, organ ginjal, organ otak, organ darah, organ tulang, organ lever, organ rambut, organ kulit, organ tangan, organ kaki, organ kuku, dan organ lainnya, saling ikat untuk membentuk sebuah tubuh manusia. Demikianlah ! Tubuh manusia akan terus seperti itu, sepanjang energi ikat masih bekerja alias sebelum ajal tiba.

Secara spesifik, konon terdapat tidak kurang dari 100 miliar sel membentuk kulit. Sebanyak 100 miliar neuron di otak memungkinkan manusia memproses hingga 60.000 pikiran berbeda setiap hari. Ada juga 127 juta sel retina yang dapat melihat dunia hingga 10 juta warna berbeda. Tubuh manusia memiliki 30 triliun sel darah merah, 42 miliar pembuluh darah, dan 6 liter darah.

Cairan ini membentuk sekitar 10% dari berat tubuh. Hidung memiliki 1.000 reseptor penciuman yang dapat membedakan 50.000 bau berbeda. Dengan paru-paru manusia bisa bernapas sebanyak 23.040 kali per hari, sementara jantung berdetak sekitar 115.200 kali per hari atau 42 juta kali per tahun. Tubuh memiliki 640 otot, 360 sendi, 206 tulang, dan 100.000 folikel rambut.

*

Lalu, siapa gerangan ketiga makhluk yang berkemampuan "beyond" manusia itu? Merujuk pada banyak riwayat, mereka adalah Jibril As, Buraq dan Baginda Nabi Muhammad. Ketiganya sedang mengarungi "samudera" alam semesta. Melintasi ruang dan waktu. Umat Islam wajib hukumnya beriman kepada Jibril. Ia bagian dari malaikat Allah. Sebagaimana juga kita wajib hukumnya mengimani Muhammad SAW sebagai bagian dari para nabi dan rasul-Nya.

Mengimani bahwa; penghuni alam malakut seperti Jibril, diciptakan dari material nur atau cahaya. Berbeda dari iblis yang dicipta dari material api. Kata ilmu fisika, di alam semesta, hanya cahaya yang memiliki kecepatan "tertinggi". Ia adalah makhluk Tuhan dengan kecepatan 300 ribu km per detik. Jibril As dan Buraq adalah cahaya. Jibril dan Buraq adalah dua di antara tiga makhluk yang malam itu melesat dari Masjidil Haram di Mekkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina. Satunya?

Satunya lagi; dialah Sang Nabi. Sang Manusia. Yang badannya tersusun dari organ, sel, molekul, atom, partikel sub atomik. Tubuhnya sarat material. Karena itu, amat sulit dinalar, ketika Sang Nabi terbukti leluasa bermanuver di atas kecepatan supersonic. Jika tidak biasa, naik pesawat akan membuat gendang telinga tersiksa. Itu baru tipe pesawat komersial. Kecepatannya berkisar 800 hingga 900 km per jam. Bagaimana dengan Buraq yang 300 ribu km per detik?

*

Malam itu, Nabi Muhammad ditemani Jibril As berselancar di alam semesta menaiki cahaya bernama Buraq. Naik dari satu langit ke langit lain. Keluar dari tingkap langit pertama dan masuk ke tingkap langit kedua. Demikian seterusnya. Hingga rejim pengetahuan mencapai puncak saat ini, ilmu astronomi pun belum pernah menyangka bahwa langit berada dalam posisi bertingkat-tingkat. Dan, ketiga makhluk itu menyelami lelangit, lalu hinggap di batas Al Baytul Ma'mur.

Bagaimana ini bisa terjadi? Sebabnya adalah kehendak Allah SWT. Tanpa itu, maka peristiwa fenomenal dan kontroversial tersebut tak akan pernah ada. Semua karena campur tangan dan skenario-Nya. Ini adalah peristiwa yang belum pernah terjadi dan diyakini tidak akan pernah terulang lagi di masa depan dalam sejarah kehidupan manusia. Rasul melakukan safar malam, karena diperjalankan. "Asraa bi 'abdihi-- Dia telah memperjalankan hamba-Nya."

Ini kata kuncinya. Adalah Tuhan yang berkehendak memperjalankan Nabi Muhammad SAW, dan bukan karena atas kehendak sendiri. Perjalanan yang melintasi dimensi-dimensi di luar kebiasaan. Untuk kepentingan itu, maka Allah mengutus Jibril As dan mengirim Buraq. Menyiapkan kumparan energi dan gelombang elektromagnetik di dua masjid; Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa. Mengirim sejumlah ruh para rasul pada setiap tingkatan langit.

*

Syahdan, turunlah malaikat Jibril dari alam malakut, membawa amar Tuhan. Ketika tiba di Masjidil Haram, ia terus beranjak menuju Baginda Rasul yang tengah khusyu' dalam munajat yang sublim. Jibril mendekat hingga sekitar jarak dua busur. Mendadak horison sekitar berkilau. Makhluk malakut tersebut membawa Nabi Muhammad ke sisi ka'bah. Membelah dadanya, membersihkan, dan mensucikannya. Lalu menyirami dengan air zamzam.

Ada yang membaca bahwa itulah isyarat yang menjelaskan bahwa Sang Jibril tengah melakukan tindakan modifikasi energi. Ia mengubah jasad Nabi yang memiliki massa dan terbentuk dari sejumlah unsur. Memodifikasinya menjadi makhluk berbadan cahaya, seperti dirinya dan Si Kilat alias Buraq. Adanya kumparan elektromagnetik yang tersedia di Masjidil Haram--medium ibadah selama puluhan ribu tahun, turut mempercepat proses modifikasi.

Adalah teori "annihilasi" yang dapat menjelaskan proses modifikasi yang dilakukan Malaikat Jibril terhadap badan Nabi. Menurut kaidah itu, tiap materi memiliki antimaterinya. Dan begitu materi dipertemukan dengan antimaterinya, maka kedua partikel tersebut akan lenyap dan berubah menjadi seberkas sinar. Dalil ini membuktikan bahwa dengan menggunakan teori tertentu, material badan Nabi diubah oleh Malaikat Jibril menjadi cahaya.

*

Penjuru para kaum malaikat ini, atas izin dan qudrat Allah, secara presisi merekonstruksi dan memanipulasi sistem energi dalam tubuh Rasulullah. Meng-annihilasi badan Nabi, dari yang semula bersifat material bermassa, berubah menjadi cahaya, unsur yang sangat ringan dan tanpa bobot. Sifatnya yang ringan tanpa bobot itulah yang menyebabkan cahaya memiliki tingkat kecepatan di angka 300 ribu km per detik. Kecepatan yang tiada tanding.

Teknologi transportasi modern dapat dengan mudah menjelaskan proses perjalanan Nabi dari Mekkah menuju Palestina yang berjarak sekitar 1500 km. Dengan pesawat komersial, satu jam adalah waktu yang cukup. Tapi melakukan perjalanan sejauh itu di era Nabi, bisa berbulan-bulan jika mengendarai unta apalagi jalan kaki. Dan isra' Nabi adalah perjalanan tidak lebih dari 000,5 detik alias tak sampai sedetik. Alias hanya sekelebatan cahaya saja!

Menjelang subuh, Nabi sudah tiba kembali. Badan tetap utuh. Persis sebagaimana beliau sebelum berangkat. Tidak cedera sedikit pun. Tidak berkurang apalagi terburai. Nabi mengalami perjalanan isra dan mi'raj dalam kesadaran penuh. Dapat mengingat semua yang dialami. Sempat mengimami salat bersama sejumlah rasul dalam sekian kesempatan dan di semua tingkatan langit. Mampu merekam kisah-kisah di surga dan neraka. Bahkan dapat dengan mudah bercerita saat berpapasan dengan kafilah dagang Quraisy yang sedang dalam perjalanan.

Hanya karena izin Allah lewat ketebalan iman, seseorang akan menerima kisah isra' dan mi'raj sebagai sebuah mukjizat. Menerima tanpa syarat. Mukjizat tidak butuh penjelasan. Ia akan menjelaskan dirinya sendiri dengan spektrum dan medium yang tersedia. Persis Sahabat Abu Bakar bin Abi Kuhafah yang mendapat dejarat "As Shiddiq"--yang membenarkan kisah Nabi soal perjalanan malamnya itu. Dengan ketebalan imannya, Abu Bakar selalu meyakini dan mengimani apa saja yang datang dari Baginda Rasul.

"Subhabakallah--Mahasuci Engkau ya, Allah"...

Selamat menyongsong Isra dan Mi'raj 2025 dan selamat menikmati kemuliaan bulan Rajab.

Ishaq Zubaedi Raqib
Ketua Lembaga Informasi, Komunikasi dan Publikasi PBNU




(erd/erd)

Hide Ads