Jantung Bermasalah, Ternyata Solusinya Mudah, Jaga Lidah!

Kolom Hikmah

Jantung Bermasalah, Ternyata Solusinya Mudah, Jaga Lidah!

Abdurachman - detikHikmah
Minggu, 07 Jul 2024 05:00 WIB
Abdurachman Guru Besar FK Unair Surabaya
Abdurachman Guru Besar FK Unair Surabaya. Foto: Dokumen pribadi Abdurachman
Jakarta -

Seprei kasur bekas dijadikan tempat istirahat semalam. Terlihat berlekuk bergelombang di sana-sini. Tanda bekas ditempati. Boleh jadi bekas ditempati tidur orang yang memiliki resah-gelisah dalam hati. Membuat pemandangan yang mengganggu suasana hati.

Bisakah segera dibuat rapi kembali. Mudah saja. Ambil penebah. Sedikit diayunkan ke sana-sini. Sebentar lagi akan tampak seprei kembali rapi. Siap dihuni kembali. Mudah bukan?

Boleh jadi sebagian kita tak pernah peduli. Karena memang ilmunya perlu lebih digali. Tapi para ahli histologi. Terlebih ahli patologi anatomi. Gambaran seprei yang bekas ditempati akan mengingatkannya pada rapi tidaknya tataan susunan otot-otot jantung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sediaan histologi otot jantung yang mengalami proses patologis, menderita sakit, terutama yang lanjut. Bisa menimbulkan gambaran sangat mirip dengan seprei yang bekas ditempati tidur. Apalagi orang yang memiliki jantung acapkali resah gelisah. Hati 'dilamun' gelombang, kurang tenang.

Apa solusinya? Apa bisa semudah mengayun penebah lalu segera berubah? Rapi lagi pertanda sudah mulai sehat kembali.

ADVERTISEMENT

Tahan dulu! Sebagian harus menempuh jalan darurat. Duit segudang amblas, tapi jantung belum bisa selamat. Lalu dijemput kiamat. Kiamat dekat bagi seorang yang menjadi mayat.

Sebagian lagi masih bisa selamat. Melalui beberapa tahap pengobatan, dalam negeri, luar, dalam lagi dan luar lagi. Bertubi namun akhirnya bisa kembali sehat. Walau masih harus selalu dirawat.

Sebagian kecil mungkin. Ada yang segera bertaubat. Menebar manfaat melalui harta yang berlipat-lipat. Tebar keluarga, kerabat, sanak-famili, yatim-piatu, fakir-miskin, ART, cleaning service, security, sarana ibadah, dan seluruhnya di jalan Tuhan.

Sambil terus bermunajat kepada-Nya melalui upaya medis dan doa. Memohon maaf dan ampunan-Nya. Juga memohon maaf pada siapa pun yang dijumpa. Memohonkan maaf kepada siapa pun yang diingatnya. Baik yang diduga berjasa maupun yang dikira bersalah kepadanya.

Taubatnya terbilang nasuha. Prestasi taubat yang berpotensi diijabahi-Nya. Dia selamat. Kembali sehat sempurna. Tim medis pun bahkan tak mampu lagi menelisik satu, dua atau berapa pun gangguan yang dulunya pernah ada.

Gambaran sel-sel jantungnya kembali rata, tersusun rapi, seperti seprei mulus sebelum ditempati. Indah sekali.

Adakah jalan mudah, ringan, semudah dan seringan mengayun penebah? Hayo kita lihat fakta. Dari yang dulu, setelahnya, kemudian bagaimana tokoh sains berkata?

Pernah dulu ada seorang bijak yang memiliki penuh hikmah. Ia bernama Luqman al-Hakim. Luqman si ahli hikmah. Bukan Nabiy, bukan pula Rasul. Tapi yang aneh, namanya terpampang di dalam Al-Qur'an kitab suci. Berulang kali. Sekali menjadi nama surat, sekali masuk rangkaian ayat. Istimewa sekali. Bagaimana gerangan kisahnya?

Rupanya beliau hanyalah seorang pelayan raja. Kulitnya berwarna hitam. Sementara mungkin sebagian ada yang mengira orang-orang yang semisal dengannya biasa-biasa saja. Kalau tidak terlanjur menamai hina. Benarkah?

Pernah suatu ketika sang raja memerintahkannya menyembelih seekor domba. Lalu meminta Luqman membawakan kepada raja bagian yang terbaik dari domba itu. Luqman segera melakukannya. Dia membawakan sang raja jantung dan lidah domba. Raja diam tak berkata apa-apa.

Di lain waktu sang raja memintanya pula. Menyembelih seekor domba yang serupa. Dimintanya Luqman untuk mengambilkan untuk raja. Bagian yang paling buruk dari domba itu. Lukman pun bersegera melakukannya. Ia segera membawakan jantung dan lidah domba.

Kali ini rupanya sang raja mengungkap duga-duga dalam dadanya. Ia bertanya.

"Aku meminta bagian yang terbaik kamu majukan jantung dan lidah. Aku meminta kebalikannya. Kamu menyiapkan hal yang sama. Lalu apa bedanya?" ia berkata penuh tanda tanya.

"Tuan, jika jantung dan lidah domba itu baik maka baiklah seluruh tubuhnya. Jika sebaliknya maka sebaliknya pula," jawab Luqman si ahli hikmah dengan singkat. Namun penuh makna.

Boleh jadi itu alasannya mengapa sampai saat ini jantung menjadi jalan maut nomor wahid di seluruh dunia. Mungkin datanya sedikit berbeda di Indonesia (stroke). Tapi jika lebih teliti mencoba menera. Hasilnya, penyebab kematian nomor satu di dunia tidak berbeda. Jatung juga!

Jantung merupakan indikator utama sehat-sakit manusia. Sebagaimana contoh di kisah Luqman, domba. Siapa yang sehat jantungnya, rapi rangkaian susunan otot jantungnya. Dialah yang berstatus sehat mendekati sempurna. Siapa yang sebaliknya, dialah yang sebaiknya melakukan pengobatan sesuai kebutuhannya.

Lidah merupakan indikator spesial untuk jantung. Ia mudah dilihat daripada melihat jantung. Dan ia mudah dievaluasi. Sangat mudah. Melalui apa? Melalui produksi lidah yaitu kata-kata.

Informasi ini tidak asing terutama bagi pakar tafsir Al-Qur'an, pakar sarah al-hadits yang cukup cerdas dan berpengetahuan luas. Begitu pun bagi pakar kedokteran Timur yang memahami filsafat. Apalagi memahami fisika kuantum. Mereka mampu memahaminya dengan aman.

Namun, ada saja pakar psikologi yang menuai 100 prosen nilai ketelitian hasil risetnya. Beliau adalah Profesor John Bargh. Pakar psikologi Universitas Yale Amerika Serikat sana.

Penulis mengulik sedikit informasi, terkait risetnya dengan topik artikel ini dengan judul, "Wajah Gloomy, Aura Positif, Banyak Disenangi, Mau?" Juga di media online detikhikmah ini.

Jika kita semua berkenan, boleh jadi upaya setiap kita untuk menyucikan lidah atau lisan dari kata-kata buruk menggantinya dengan kata-kata yang mengandung makna baik. Insyaallah setiap kita pun berpotensi selamat dari pembawa maut nomor wahid.

Kita senang, keluarga senang, ketika maut menjemput, boleh jadi wajah kita berhias senyum, aamiin!

Kata-kata yang baik bagi yang Muslim mudah didapat. Ialah melalui informasi langsung Rasulullah SAW. Informasi sedikit lengkap mengenai ini bisa dilihat di, "Dzikrullah Menggapai Sehat, Mudah, Murah, Selamat!". Juga melalui artikel media online detikHikmah.

Terbayang jika setiap kita bisa dengan mudah, murah dan selamat dalam menggapai sehat. Kita pun selalu senang, keluarga bahagia, masyarakat aman sentosa, negara bertambah makmur dan berjaya.

Antara lain karena kita sungguh berusaha memompa, melejitkan potensi bangsa yang memang telah tersedia sejak dahulu kala. Bangsa kita kaya dengan budaya dzikrullah. Mereka sebut nama istighotsah dan semisalnya.

Bangsanya aman, tidak usah tukaran, tidak menjelek-jelekkan. Tapi hidup rukun, damai, sehat, aman, tentram, dan sejahtera. Mari kita berdoa kepada-Nya, agar setiap kita bersedia, aamiin!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis




(kri/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads