AlQuran Adalah Cermin, alFurqan dan Shafa'ah

Kolom Hikmah

AlQuran Adalah Cermin, alFurqan dan Shafa'ah

Abdurachman - detikHikmah
Rabu, 26 Jun 2024 05:00 WIB
Abdurachman  Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
Foto: Dokumentasi pribadi Abdurachman
Jakarta -

Cermin, 'pasti' selalu bersama para kaum hawa. Sulit para mereka hidup tanpa cermin. Di kamar mandi, kamar rias, kamar tidur, dalam mobil, kaca spion. Bahkan kaca spion mobil orang yang belum tentu ia kenal, entah mobil siapa. Satu fungsi utamanya agar bisa tampil prima.

Dalam bahasa Inggris cermin adalah mirror. Bahasa Arab cermin adalah mir-ah. Dan bahasa Arab nya kaum hawa adalah mar-ah. Dalam bahasa Arab, cermin dan wanita memiliki kesamaan huruf penyusunnya, mim, ra, alif, ta'.

Cermin membuat seseorang bisa mengevaluasi dirinya secara mandiri. Tidak harus di depan umum. Bahkan cermin lebih baik dilihat di kala sendiri. Tampil menawan adalah harapan setiap insan. Lega rasanya bisa tampil percaya diri di mana pun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika raga kita butuh cermin untuk evaluasi. Maka jiwa pun butuh. Bahkan jiwa ini lebih butuh dievaluasi untuk bisa tampil menawan. Iya, karena jiwa yang menawan melahirkan raga yang menarik.

Bertebaran informasi di media sosial yang menghubungkan kekuatan hafalan alQuran para penghafal dengan perilakunya. Perilaku taat mengokohkan hafalan, perilaku keliru memudarkannya. Jangankan keliru besar seperti ghibah dengan mulut. Bahkan baru terlintas ghibah (menduga orang lain buruk) dalam hati saja sudah bisa membuat penghafal alQuran luntur hafalannya, sedikit atau banyak.

ADVERTISEMENT

Jika dikaitkan dengan cermin, maka alQuran berfungsi mirip dengan cermin, yang segera akan memberitahu para penghafalnya jika wajah batinnya keliru. Ialah berbuat dosa.

Tidak hanya bagi penghafal alQuran, bagi Muslim yang biasa membaca alQuran, kekeliruan atau dosa akan segera membuatnya merasa malas membacanya.


Ibnu Abbas pernah berkata: "Sesungguhnya pada kebaikan terdapat sinar pada wajah, cahaya dalam hati, kelapangan dalam rezeki, kekuatan pada badan, dan kecintaan pada hati makhluk. Sesungguhnya pada keburukan terdapat kegelapan pada wajah, gulita pada hati, gulita di alam kubur, dan kelemahan pada badan (malas membaca alQuran), kekurangan dalam rezeki, dan kebencian pada hati makhluk."


AlQuran sebagai cermin jiwa mengevaluasi wajah batin. Demi peran alQuran yang demikian itu, maka alQuran menjadi petunjuk, penerang agar pembacanya tidak keliru jalan. Gelapnya keadaan membuat siapa pun kesulitan memilih, yang mana pisau yang mana penggaris. Bahkan kegelapan yang sangat, menyebakan orang tidak hanya kesulitan memilih, bergerak pun sulit.

Fungsi alQuran sebagai nur, penerang membuat orang mudah memilah mana yang manfaat dan mana yang membahayakan. Kemampuan demikian adalah kemampuan cerdas untuk tepat memilih mana yang benar, mana mana yang keliru.


Kemampuan cerdas alQuran agar si pembaca mampu membedakan yang benar dan yang keliru dengan jelas adalah fungsi alQuran sebagai alFurqan. Pembeda dengan jelas mana yang diperlukan dan mana yang membahayakan.


Kemampuan ini antara lain penting bagi para hakim. Pada waktu kesulitan memutuskan kasus hukum karena berbagai keadaan.

Pada saat Nabi Daud as. menjadi raja, datang dua perempuan yang sedang berperkara. Satu orang bayi diakui oleh dua orang ibu. Masing-masing tidak mau mengalah. ''Itu adalah bayiku, seorang ibu selalu tahu dan mengenal bayinya,'' ujar perempuan muda.
''Tidak! Ini bayiku. Bayimu telah tewas dimakan serigala,'' ujar yang lain.

Nabi Daud pun kesulitan memutuskan. Hampir saja Nabi Daud as. percaya bahwa Ibu yang kedua adalah orang tua asli bayi itu. Nabi Sulaiman as. putra beliau yang masih sangat belia mencoba membantu sang ayah. ''Ambilkan aku pedang untuk membelah dua bayi ini untuk kalian berdua,'' ujar Sulaiman.

Sontak perempuan muda berteriak, ''Tidak jangan, tolong jangan lakukan itu. Kau akan membunuhnya. Oh rajaku, berikan saja bayi itu padanya,'' teriak sang ibu muda dengan deraian air mata.


Teriakan tersebut mengantar Nabi Sulaiman mengerti bahwa pemilik bayi sebenarnya adalah Ibu muda itu.

Nabi Daud as. adalah seorang raja yang juga hakim agung. Masih kesulitan memutuskan perkara yang pelik, samar, dan tidak bisa diselesaikan hanya berdasar perasaan dan hasil rekayasa perdebatan.

Inilah contoh kasus di bidang hukum. Kasus ini memerlukan kecerdasan dan ketelitian yang tinggi, agar hakim mampu membedakan dengan tegas mana yang ibu asli, mana yang sekedar mengaku-ngaku.


Kebijakan metode Sulaiman as. memintas jalan adil. Itulah makna furqan. Memisah mana yang benar dan mana yang keliru betapa pun tipisnya perbedaan.

Bagi dosen, alFurqan adalah kemampuan untuk menuntun mahasiswa kepada obyektifitas ilmu. Bagi para ibu-ibu yang sedang bereblanja di mall, adalah kemampuan mudah menentukan pilihan baju kesayangan. Sehingga para suami yang mengantarnya bisa senang, karena baju lekas terbeli, bisa segera pulang. Bagi para remaja, mudah memilih pasangan yang 'pasti' membahagiakan.

AlQuran sebagai alFurqan pasti sangat diperlukan para mahasiswa terutama untuk menggapai nilai tinggi dalam evaluasi ujian.
Pernah ketika masih di Jerman, pak Habibie merasa kewalahan mengejar prestasi kawannya yang keturunan Yahudi. Laki dan perempuan. Mereka selalu berada di peringkat atas. Habibie ingin sekali menempati prestasi puncak.
Lalu Habibie dengan rasa kepo bertanya,"Dengan cara apa kalian belajar sehingga sulit bagi saya untuk menduduki posisi kalian?"
Mereka berdua menjawab singkat,"kami membaca alQuran".


Jawaban mereka seolah menampar wajah Habibie. Bagaimana tidak, bukankah alQuran merupakan kitab suci Muslim. Mengapa teman Yahudi yang justru memilihnya sebagai jalan menuju puncak? Serentak dia mencontoh laku mereka itu. Terbukti setelah ia membaca alQuran, dia benar-benar menggapai puncak teratas prestasi mahasiswa, menggeser dua orang kawan Yahudinya.

Keunggulan Habibie di peringkat tertinggi ini, membawanya pada prestasi fenomenal. Dia mampu mengatasi masalah retaknya ekor pesawat Boeing ketika naik pada ketinggian tertentu. Belakangan, atas keberhasilannya itu ia sangat terkenal dengan sebutan Mr. Crack, berkat alQuran.


Itulah sekelumit syafa'ah alQuran!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads