Bekal Berhaji, Bekal Taqwa Itu Pilihan!

Kolom Hikmah

Bekal Berhaji, Bekal Taqwa Itu Pilihan!

Abdurachman - detikHikmah
Kamis, 20 Jun 2024 05:33 WIB
Abdurachman

 Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
Foto: Dokumentasi pribadi Abdurachman
Jakarta - Kisah Viral

Viral ketika seorang presenter senior ternama di Indonesia melansir kisahnya. Kisah heroik, kisah spirit, disampaikan apa adanya. Begini sekelumit kisahnya itu;

'Ketika itu ia mengikuti antrian panjang untuk memasuki Raudhah. Tempat mustajabah di masjid Nabawi, Madinah. Demi melihat antrian sangat panjang, dirinya bingung apa yang hendak dimunajatkan. Terbetik di hatinya akankah keluar saja dari antrian. Paling tidak dirinya akan mengurangi jatah antrian orang lain yang memang benar-benar memiliki kepentingan.

Tiba-tiba dilihatnya ada tempat kosong. Agak aneh karena di sekitarnya orang-orang berjejal-jejal. Dirinya masuk ke situ lalu berulang timbul kebingungan. Doa apakah yang akan dipanjatkan. Kembali dirinya ingin berbagi kesempatan. Kepada orang-orang yang sedang berjejalan.

Sebelum tiba-tiba ada orang berwajah tampan. Menyapanya dengan bahasa Palembang. Padahal dia jelas orang Arab tampan yang beraroma semerbak harum.

Tak cukup menyapa, ia memberikan buku kumpulan doa mustajabah khusus Raudhah. Berbahasa Indonesia yang gampang.

Namun sayang. Ketika dirinya pulang ke Indonesia. Bukunya tak lagi ditemukan.
Alamat orang tampan yang di Palembang pun ternyata bukan alamat betulan'.

Mengapa disebut heroik? Karena setiap kali dirinya enggan melanjutkan upaya penuh jerih payah. Adalah perasaan jangan-jangan orang lain kurang peluang. Hanya karena dirinya merasa, jangan-jangan ia menjadi penghalang orang lain untuk menemukan kelapangan tempat. Heroik, karena dirinya tidak egois. Heroik karena perhatiannya yang lebih kepada bukan dirinya.

Mengapa disebut spirit? Karena semuanya serba di luar logika normal. Ada orang tampan beraroma harum. Langsung menyapanya padahal belum pernah kenalan. Di tempat yang pastinya penuh kesulitan untuk mendapatkan lokasi walau hanya sejengkal. Di Raudhah. Tempat yang diagungkan. Bagi yang berumrah mau pun berhaji.

Orang tampan itu berkebangsaan Arab tapi fasih berbahasa Palembang. Segera menyerahkan buku berbahasa nasional. Bahasa Indonesia yang gampang. Buku yang berisikan doa-doa sesuai kebutuhan di tempat yang bersangkutan.

Orang tampan mengajukan alamat yang tak disebutkan lisan. Alamat yang tercantum di halaman buku. Setelah dicek ternyata alamatnya bukan alamat betulan. Bukunya pun tak dapat lagi ditemukan.


Ketika yang bersangkutan sampai di negara asal. Banyak sudah urutan alasan yang tak satu pun bisa dipecahkan dengan logika yang wajar. Semuanya di luar nalar yang normal.

Sungguh belum mudah dinalar. Ia pergi ke suatu tempat mustajabah (Raudhah), tanpa persiapan pemahaman. Awam dari bahasa Arab terkait doa. Awam tentang permohonan apa yang sewajarnya dipanjatkan. Entah awam apalagi yang semuanya menjadi alasan untuk membalikkan badan. Batal munajat walau sudah terlanjur lewati antrian sangat panjang.

Kebaikan Langka Yang Termasuk Taqwa. Mengutamakan orang lain daripada dirinya, adalah perilaku yang selalu disanjung pujian dalam Islam. Ada ayat alQuran yang jelas menyanjung ulung mereka yang mampu melakukannya (al Hasyr: 9) "Mereka lebih mengutamakan (orang lain) daripada dirinya, sekalipun mereka sendiri butuh."

Pernah di masa Rasulullah saw. seorang perantauan kehabisan bekal. Ia datang
ketika hari petang menjelang malam. Bukan hanya habis bekal. Ia pun mengeluh
lapar.

Demi di rumah Rasulullah tidak tersedia makanan. Beliau menawarkan kepada para sahabatnya siapa yang berkenan menjamu musafir itu.

Spontan satu orang mengacungkan tangan, Abu Thalhah al-Anshari. Ia berkenan menyiapkan makan untuk sang musafir.


Diajaklah orang asing itu ke rumahnya. Sesampai di rumah, ia menyampaikan pesan kepada istrinya, Ummu Sulaim agar menyiapkan makan.

Namun sayang, istrinya bilang makanan yang ada hanya cukup untuk satu orang. Untuk anaknya yang juga belum makan.


Sontak Abu Thalhah menyiapkan strategi pengamanan. Istrinya diminta menidurkan putranya lebih awal. Agar ketika sampai jam makan, putranya sudah ketiduran.

Piring satu disiapkan untuk tamu. Abu Thalhah siapkan piring tampa isi makanan. Ada sendok sebagai strategi pengaburan.

Agar berbunyi seolah dirinya menemani makan sang musafir yang telah diundangnya makan.

Lampu dimatikan. Strategi gampang agar tak menjadikan tamu paham kalau tuan rumah siapkan piring tampa isi makanan.

Tamu lahap menyantap hidangan. Sementara Abu Thalhah, istrinya, berikut putranya lewatkan malam tampa secuil makanan.

Esok harinya Abu Thalhah menuju Rasulullah untuk melaporkan kejadian semalam. Namun sebelum Abu Thalhah berbincang kejadian semalam. Sambil tersenyum
Rasulullah berujar, "Wahai Abu Thalhah, Allah SWT kagum dengan perbuatanmu menjamu tamu semalam."

Allah berkenan kepada Abu Talhah dan keluarganya atas perbuatan mereka tadi malam. Malaikat Jibril as. menyampaikan
berita itu kepada Rasulullah sebelum Abu Thalhah datang.

Karakter, akhlak biasa mendahulukan kepentingan orang lain dalam kebaikan, adalah perbuatan taqwa. Bekal taqwa menjadikan orang terselamatkan. Siapa yang berbekal taqwa mudah menggapai tujuan, mudah memperoleh bantuan tepat pada waktu yang dibutuhkan di mana pun dan kapan pun. Tidak harus melalui logika yang biasa dipahamkan orang. Presenter senior kenamaan itu menceritakan bukti apa adanya.

Perilakunya selaras dengan tauladan Abu Thalhah dan keluarganya. Gemar mendahulukan orang lain, menjadi dasar perilaku shalehnya. Perilaku taqwa. Perilaku yang diridlai Tuhan. Ia memperoleh sekian banyak kemudahan yang sulit dilogikakan.

Siapa pun kita, kemana pun arah kita menuju, taqwa adalah pilihan utama sebagai bekal. Terlebih dalam berhaji, bekal taqwa merupakan bekal yang dipilihkan Tuhan.

Hayo kita upayakan, untuk selalu berbekal taqwa dalam setiap perjalanan. Utamakan orang lain daripada diri sendiri untuk setiap keperluan maslahat di jalan Tuhan.

Kita berlatih dan terus latihan. InsyaAllah kita pun bisa disayang Tuhan. Ditolong Tuhan kapan pun kita memerlukan!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Hide Ads