Ceramah atau kultum mengenai keutamaan dan amalan waktu istimewa banyak disampaikan selama bulan Ramadan, salah satunya pada malam Lailatul Qadar. Berikut contoh ceramah malam Lailatul Qadar singkat.
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan. Berdasarkan dalil, malam Lailatul Qadar ada pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda,
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan." (HR Bukhari dalam Shahih-nya dan terdapat dalam Fath Al-Baari bab Fadhl Lailatul Qadar. Imam Muslim turut mengeluarkan riwayat ini dalam Shahih-nya)
Ceramah Malam Lailatul Qadar Singkat
Untuk menyambut datangnya malam istimewa tersebut, para mubaligh bisa menyampaikan ceramah malam Lailatul Qadar. Berikut contoh ceramah malam Lailatul Qadar dikutip dari Kumpulan Tema Khutbah Pilihan yang disusun Abdul Qodir dan Wahyu Fauzi Aziz.
Menggapai Keutamaan Lailatul Qadar
Tidak terasa Ramadan telah memasuki sepertiga akhir. Artinya, Ramadan telah memasuki dua puluh hari pertamanya. Orang Jawa biasa menyebutnya dengan likuran. Di sepertiga akhir Ramadan, pada malam harinya tampak pemandangan umat berbondong melakukan iktikaf di masjid, guna mendapatkan Lailatul Qadar, yaitu malam seribu bulan. Berlombalah setiap muslim untuk mendapatkannya. Malam-malam ganjil menjadi prioritas para muslim melakukan iktikaf.
Suasana malam hari, tepatnya menjelang dini hari sampai fajar, menjadi semarak di hampir setiap masjid. Suasana ini beda dengan hari-hari di dua pertiga Ramadan, apalagi dengan hari-hari di luar Ramadan. "Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu bulan." (QS Al-Qadr: 3) Dalam surah ini dijelaskan Allah SWT menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar, sebuah malam yang sangat berkah dan lebih baik dari seribu bulan, yang jika kita hitung maka nilainya sama dengan sekitar 83 tahun 4 bulan. Sesungguhnya seseorang yang beribadah pada malam itu, maka sama baginya dengan beribadah selama 83 tahun 4 bulan lamanya pada malam atau hari-hari biasa.
Hari demi hari telah kita lalui dan tak terasa sekarang kita telah berada pada separuh lebih bulan Ramadan. Artinya, sebentar lagi kita akan memasuki sepertiga terakhir dari bulan mulia ini yang menurut pandangan mayoritas ulama di dalamnya terdapat satu malam istimewa, yaitu Lailatul Qadar. Karenanya, dirasa sangat penting untuk membahas malam tersebut sebab ibadah pada malam itu khairun min alfi syahr (lebih baik dibanding ibadah selama seribu bulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar). Hal ini selaras dengan penuturan Mujahid bin Jabir,
"Sesungguhnya Rasulullah SAW mengisahkan seorang laki-laki dari kalangan bani Israil yang senantiasa mengangkat senjatanya untuk berjuang di jalan Allah SWT selama seribu bulan. Perkara tersebut membuat kaum muslimin merasa takjub sehingga Allah SWT menurunkan tiga ayat pertama surat Al-Qadr." (Fadhailu-1 Awqat li-l Baihaqi, juz 1 hal. 207)
Selain hal tersebut, keutamaan lain dari Lailatul Qadar adalah para malaikat dari tiap lapis langit bahkan dari sidratil muntaha turun ke bumi untuk mengaminkan doa manusia hingga waktu munculnya fajar sebagaimana penuturan Imam Al-Qurthubi. Mereka, termasuk malaikat Jibril, turun dengan membawa rahmat Allah dan segala ketentuan Allah SWT pada malam tersebut hingga setahun ke depan.
Keutamaan terakhir yang tersurat dalam surat Al-Qadr adalah setiap detik dari Lailatul Qadar sepenuhnya hanya berisi keselamatan serta tidak ada keburukan di dalamnya hingga muncul fajar, bahkan dikatakan bahwa setan tidak dapat berbuat buruk pada malam tersebut. Sedangkan pada malam lainnya, selain keselamatan, Allah SWT juga menetapkan bala' (Tafsir Al-Qurthubi, juz 20, hal. 133- 134).
Keberadaan Lailatul Qadar sangat layak untuk kita syukuri sebab malam mulia ini merupakan malam spesial yang hanya Allah SWT ciptakan kepada segenap umat Rasulullah SAW berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Seandainya tidak ada Lailatul Qadar, maka nyaris tidak mungkin bagi kita untuk mendapatkan pahala ibadah seribu bulan mengingat terbatasnya umur umat Rasulullah SAW. Beliau bersabda,
"Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sangat sedikit yang bisa melampaui umur tersebut." (Sunan Ibni Majah, juz 2 hal. 1415)
Mengenai waktu munculnya Lailatul Qadar, begitu banyak riwayat yang secara dhahir saling bertentangan.
Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa malam itu berputar dalam sebulan Ramadan hingga yang terkhusus pada malam tertentu. Karenanya, para ulama menganjurkan untuk mencarinya dalam sebulan penuh dan lebih dianjurkan lagi pada sepuluh malam terakhir. Pengukuhan anjuran paling kuat adalah pada malam ganjil sebagaimana pendapat jumhur fuqaha' sesuai sabda Rasulullah SAW tentang Lailatul Qadar.
"Malam itu berada pada bulan Ramadan, maka carilah pada sepuluh malam terakhir. Sesungguhnya Lailatul Qadar berada pada malam ganjil yaitu malam ke-21, malam ke-23, malam ke- 25, malam ke-27, malam ke-29, atau malam terakhir Ramadan. Barang siapa menghidupkannya karena ikhlas mengharap ridha Allah SWT, maka diampuni dosanya yang telah lalu." (Musnad Ahmad, juz 37 hal. 423)
Lailatul Qadar memiliki tanda-tanda yang tampak di langit maupun di permukaan bumi sebagaimana yang telah masyhur di masyarakat. Bahkan, terdapat tanda batin yang dapat dirasakan oleh sebagian kaum muslimin yaitu kenikmatan beribadah pada malam tersebut. Namun, para ulama saling bersilang pendapat apakah harus mengetahui secara pasti keberadaan malam tersebut untuk meraih fadilahnya atau tidak.
Pendapat yang paling unggul menurut fuqaha' mazhab adalah bahwa tidak disyaratkan mengetahui Lailatul Qadar secara pasti. Namun, jika kita mengetahui malam tersebut sekaligus menghidupkannya, maka fadilah yang kita raih akan lebih sempurna. (Mughni-l Muhtaj, juz 1 hal. 450)
Karenanya, mari bersama-sama kita tapaki kemuliaan Lailatul Qadar pada malam-malam yang telah disebutkan dengan berbagai macam ibadah baik salat berjamaah, salat Tarawih, salat witir, tadarus Al-Qur'an, iktikaf, dan sebagainya. Juga bagi keluarga perempuan kita yang sedang menjalani haid atau nifas, maka ibadah-ibadah tersebut bisa diganti dengan zikir, thalabu-l 'ilmi, dan doa.
Apakah kita bisa memperoleh keutamaan Lailatul Qadar dengan doa? Jawabannya adalah iya. Rasulullah SAW bersabda, "Doa itu adalah ibadah." (Sunan Abi Dawud, juz 2 hal. 76)
Semoga kita senantiasa diberi anugerah Islam dan iman agar selalu semangat menjalankan ibadah selama Ramadan terutama pada tanggal-tanggal akhir sebab amal ibadah itu tergantung pada penutupnya.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi